Advertisement
24.000 Nasabah KUR Berhasil Naik Kelas
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk mencatatkan perolehan yang baik selama 2018. Salah satunya dalam pengentasan nasabah kredit usaha rakyat (KUR).
Kepala Kantor BRI Wilayah Jogja Hendro Padmono menyampaikan indikator keberhasilan BRI 2018 terlihat dari jumlah nasabah yang mulai naik kelas. Seperti halnya nasabah KUR yang banyak beralih ke kredit selevel di atasnya yaitu kredit komersial. “Kami sudah mengentaskan debitur KUR menjadi komersial sekitar 24.000 debitur,” katanya saat menggelar bincang santai dengan awak media di lobi Kantor BRI Cik Ditiro, Selasa (7/1) petang.
Advertisement
Selain itu, debitur mikro yang naik ke kelas ritel ada sekitar 2.500 dan debitur program khusus yang diberi pinjaman lebih dari Rp500 juta ada sekitar 300 pengusaha.
Hendro menjelaskan pemetaan kredit di BRI paling rendah adalah kredit kemitraan yaitu dengan plafon maksimal Rp5 juta. Di atasnya ada KUR yang diberikan kepada nasabah yang sudah visibel tetapi belum bankabel. Plafon KUR maksimal Rp25 juta.
Di atas KUR ada kredit mikro mulai Rp25 juta-Rp250 juta. Di atasnya lagi ada kredit ritel komersial dengan plafon sampai Rp25 miliar. Selanjutnya kredit menengah sampai 200 miliar dan terakhir ada kredit korporate di atas Rp200 miliar.
BRI tidak hanya bertugas menyalurkan dana untuk UMKM tetapi bank milik negara ini juga turut andil mengembangkan kapasitas UMKM. Saat ini, sebanyak 44.000 UMKM tergabung di Rumah Kreatif BUMN di Sagan Jogja. Di situ, mereka mendapatkan pelatihan manajemen, pemasaran, keuangan, sampai pengemasan. Pelatihan yang diberikan bertujuan membuat pelaku UMKM naik kelas.
Dengan perkembangan UMKM, maka serapan dana ke bank untuk memacu ekspansi bisnis pelaku usaha sangat dibutuhkan. Kondisi ini membuat tingkat kredit di BRI tumbuh 18%. Angka tersebut masih belum final tetapi indikator pertumbuhan BRI sudah dapat termonitor. “Pinjaman di BRI bisa tumbuh karena core business kami ada di UMKM,” tutur Hendro.
Menurutnya, UMKM adalah penopang kondisi ekonomi Indonesia yang sangat stabil dan tidak terpengaruh terhadap kondisi ekonomi dunia. “Kalaupun krisis, pasti kita butuh makan kan? Nah BRI membiayai usaha-usaha yang pokok seperti itu,” katanya.
Pada 2019 ini, BRI menargetkan pertumbuhan simpanan seperti deposito mencapai 15%, pertumbuhan pinjaman 17%, Casa (giro dan tabungan) 76%, dan loan to deposit ratio (LDR) 89%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
- Satgas Pemberantasan Keuangan Ilegal Blokir 585 Situs Pinjol Ilegal
- Melemahnya Rupiah Tidak Lantas Mendorong Naiknya Kunjungan Wisman ke DIY
Advertisement
Tingkatkan Daya Saing, Pemkot Jogja Dorong Sertifikasi dan Legalitas Produk UMKM
Advertisement
Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Usai Libur Lebaran, Harga Cabai, Daging, Bawang Merah dan Gula Kompak Naik
- INNSiDE Yogyakarta Umumkan Pemenang Grand Prize Bu Iin
- Antisipasi Perang Iran Israel, Program Gas Murah Bakal Dilanjutkan
- PT KAI Sebut KA Joglosemarkerto Jadi Favorit saat Libur Lebaran
- Nilai Tukar Rupiah Remuk, Ini Langkah Menteri Keuangan Sri Mulyani Selamatkan Ekonomi
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
- Mark Zuckerberg Jadi Orang Terkaya Ke-3 di Dunia, Kalahkan Elon Musk
Advertisement
Advertisement