Advertisement
Perang Dagang Munculkan Peluang

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok memberikan dampak pada perekonomian global. Momen ini juga bisa ditangkap sebagai peluang untuk meningkatkan bisnis di DIY seperti mebel meskipun dibutuhkan persiapan yang panjang. Di sisi lain juga mengandung ancaman pada pasar lokal.
Kepala Bidang Hubungan Antarlembaga Asmindo DIY Rumekso Setiadi mengungkapkan adanya perang dagang sebenarnya belum terlalu berpengaruh banyak di sektor mebel khususnya di DIY. "Tetapi kondisi ini sudah membuka peluang untuk membuka pasar ke AS karena dengan tarif tinggi bea masuk dari Tiongkok memungkinkan kita masuk ke segmen pasar yang ditinggalkan Tiongkok karena sudah enggak menguntungkan bagi mereka khususnya di sektor perkayuan," ujar dia melalui sambungan telepon, Senin (16/9).
Advertisement
Ia mengungkapkan meskipun peluang itu terbuka, tetapi untuk memanfaatkan kesempatan itu masih diperlukan waktu panjang dan tidak serta-merta bisa mengisi kesempatan itu di tengah kondisi industri saya ini. Menurutnya, industri yang sifatnya padat karya sebelumnya sudah menghadapi situasi sulit karena situasi ekonomi global yang tidak menguntungkan seperti kondisi Eropa yang belum pulih, adanya Brexit, dan persoalan legalitas kayu.
"Kita butuh waktu. Kemudahan berusaha kita juga masih di titk yang belum menguntungkan misalnya soal perizinan denga penyederhanaan lewat Online Single Submission [OSS] di tingkat Pusat. Itu enggak serta-merta mudah ketika menyangkut izin prinsip yang turun di kabupaten kota karena berbenturan dengan tata ruang ataupun Perda," kata dia.
Hal itu berarti, kata dia, kesempatan yang bisa ditangkap masih memerlukan waktu untuk kemudian ekosistem yang mendukung terbentuk untuk masuk ke Pasar Amerika. Hal ini menjadi kerja semua pihak baik pengusaha maupun pemerintah untuk memanfaatkan peluang ini.
"Tentu kesempatan ini belum tentu datang lagi tiga, lima, atau 10 tahun akan datang. Harus bangun perspektif yang sama di antara pelaku usaha dan pemangku kepentingan. Ini kesempatan di tengah rambu-rambu resesi global karena perang dagang dan belum pulihnya ekonomi," jelas dia.
Ia mengungkapkan pengaruh perang dagang belum terlihat signifikan untuk bisnis mebel di DIY. Namun, AS memang pasar potensial dan pasar tradisional tujuan ekspor mebel dari DIY selain Eropa, Jepang, dan Tiongkok. "Untuk ekspor ke sana [AS] untuk tingkat nasional ada sedikit peningkatan berdasarkan data 2018. Ada peningkatan nilai ekspor dari US$1,6 miliar [Rp22,4 triliun] menjadi US$1,7 miliar [Rp23,8 triliun]. Ada kenaikan sedikit," ungkap dia.Â
Waspadai Impor
Rumekso mengungkapkan selain berusaha mengisi pasar yang kosong, pengusaha dan pemerintah harus mewapadai pergerakan impor mebel dari Tiongkok. "Jangan salah dengan perang dagang ini, dengan Tiongkok meninggalkan pasar AS, tampak ada pergerakan signifikan barang impor masuk ke kita terutama mebel panel yang banyak dijual di pusat perbelanjaan," kata dia.
Menurutnya, perusahaan itu masuk ke sektor yang dahulu juga dikerjakan oleh perajin lokal. Produk asing tersebut juga masuk dalam tender dengan pemerintah yang melalui e-katalog. "Kita enggak sadar itu. Dengan perang dagang ini impor dari mereka akan banjir karena soal desain, harga kompetitif, ketersediaan produk, dan kepastian produksi. Bisa jadi justru yang di dalam negeri kecolongan," kata dia.
Rumekso melihat pasar lokal tetap harus dijaga. Ia meyakini faktor perang dagang berimbas pada ekonomi dalam negeri. "Sudah ada pergerakan misal retailer bekerja sama dengan perusahaan lokal untuk masuk ke tender pemerintan untug pengadaan barang dan jasa," ujar dia.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Hilman Tisnawan mengungkapkan dari hasil penelitian yang dilakukan Bank Indonesia (BI) DIY, untuk beberapa bidang usaha, seperti kerajinan rotan justru berdampak positif. "Hal ini terlihat dari meningkatnya volume ekspor sampai 15 persen," kata dia.
Dampak positif juga terlihat di industri garmen di mana juga terjadi peningkatan ekspor. Menurutnya, dalam kondisi perang dagang maka pelaku usaha seharusnya lebih jeli untuk memanfaatkan peluang pasar yang kosong. "Memang ada kekhawatiran-kekhawatiran. Tetapi, justru ada peluang yang terbuka untuk pengusaha kita. Nah, potensi inilah yang belum dimanfaatkan dengan maksimal. Kita harus jeli melihat kesempatan untuk mengisi pasar yang kosong akibat ketegangan Tiongkok dan Amerika Serikat," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Perang Dagang, China Balas Amerika Serikat dengan Mengenakan Tarif Impor 125 Persen
- Tarif Impor Amerika Serikat atas Barang-Barang dari China 145 Persen, Bukan 125 Persen
- Kementerian Pekerjaan Umum Setujui Kenaikan Lima Ruas Jalan Tol, Ini Daftarnya
- Rencana Pembukaan Keran Impor Tanpa Kuota, Wamentan Pastikan Tidak Merugikan Industri Lokal
- Trump Berlakukan Tarif Impor, Ini Daftar Negara yang Negosiasi dengan AS
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Perang Dagang, China Balas Amerika Serikat dengan Mengenakan Tarif Impor 125 Persen
- Cerita Wiji: Berbuka Puasa di Grand Altuz Hotel Seturan Yogyakarta, Pulang Bawa Hadiah Motor!
- Presiden Prabowo Terbitkan Aturan Suntik Modal Danantara, Ini Isinya
- BPJPH Buka Kuota 1 Juta Sertifikasi Halal Gratis untuk Pelaku Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia
- Libur Lebaran 2025, Konsumsi LPG Naik 5,4 Persen
- Harga Emas Naik Drastis Hari Ini Sabtu 12 April 2025
- PLN UP3 Yogyakarta Sebut Layanan SPKLU Saat Lebaran Berjalan Lancar
Advertisement