Industri Tekstil DIY Belum Ada yang Gulung Tikar Meski Rantai Bisnis Kacau

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Industri tekstil di DIY masih mengandalkan pasar ekspor, di tengah terpuruknya pasar dalam negeri karena pandemi Covid-19.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) DIY, Iwan Susanto mengatakan dengan kebijakan lockdown sejumlah negara seperti Vietnam dan Myanmar membuat peluang pasar baru bagi Indonesia. Untuk pasar ekspor, industri tekstil dari DIY banyak yang menggarap merk-merk terkenal di luar negeri.
“Ekspor pun sebagian besar ke Amerika, Eropa. Terutama untuk underwear dalam kondisi sekarang bertumbuh, mereka menambah karyawan dan marketnya ke seluruh dunia,” ucap Iwan, Selasa (22/6/2021).
Baca juga: Rocky 1.2L, Mobil Baru Daihatsu Khusus Pasar Otomotif Tanah Air
Lain halnya dengan kondisi pasar ekspor, industri yang hanya bisa menjangkau pasar dalam negeri di tengah pandemi saat ini terpuruk. Terlebih persaingan dengan produk impor, membuat industri tekstil dalam negeri semakin berat. Dia berharap adanya keberpihakan pemerintah pada produk dalam negeri, sehingga tidak kalah bersaing dengan produk dari luar negeri.
Tantangan lain yang dihadapi industri tekstil di DIY saat pandemi Covid-19 ini, rantai pasokan yang kacau. Mahalnya harga sewa kontainer dan melonjaknya bahan baku material membuat industri semakin berat. Meski untuk anggota API DIY saat ini belum ada yang gulung tikar, namun kondisi saat ini menurut Iwan terlampau berat.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Sugeng Arianto mengatakan tiga besar komoditas utama ekspor dari DIY April 2021 adalah Pakaian Jadi Bukan Rajutan mencapai US$14,1 Juta, disusul Perabot, Penerangan Rumah US$7,3 juta dan Barang-barang Rajutan US$4,4 juta.
Baca juga: DIY Siapkan Aturan, Hajatan dan Wisata di Zona Merah Dilarang
“Nilai ekspor selama April 2021 dibanding Maret 2021 menunjukkan penurunan sebesar US$3,1 juta atau 6,57%. Komoditas dengan penurunan nilai ekspor terbesar adalah Minyak Atsiri, Kosmetik Wangi-wangian sebesar US$0,9 juta atau setara 60,00%. Sementara komoditas Plastik dan Barang dari Plastik mengalami kenaikan terbesar yaitu US$0,8 juta atau 100%,” ucapnya.
Selama Januari-April 2021, ekspor dari 10 golongan barang HS 2 digit di atas memberikan kontribusi 86,29% terhadap total ekspor DIY. Tiga komoditas dengan kontribusi terbesar adalah Pakaian Jadi Bukan Rajutan sebesar 31,61%. Perabot, Penerangan Rumah sebesar 15,69%. Barang-barang Rajutan sebesar 9,18%. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang HS 2 digit tersebut meningkat 37,83% terhadap periode yang sama 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- UU Cipta Kerja Disahkan, Begini Cara Hitung Pesangon sesuai Masa Kerja
- Berhenti Jual Dawet dan Bakso Keliling, Wahyudin Sukses Berjualan Martabak dan Jadi Mitra UMKM Indomaret
- UMKM Expo, Kemenkeu Hadir untuk UMKM di DIY
- YATS Colony Hotel Yogyakarta Launching Paket Buka Bersama
- Ajinomoto Giatkan Inisiatif Kesehatan dan Lingkungan untuk Masyarakat Indonesia
Advertisement

Pelaku Klitih Banyak dari Usia Anak, Bapas Jogja Jamin Tak Perlakukan Istimewa
Advertisement

Bisa Dicoba! Ini 3 Wisata Air di Jogja Langsung dari Sumbernya
Advertisement
Berita Populer
- Butuh Pinjaman Saat Ramadhan, Kenali Dulu Ciri-ciri Pinjol Legal
- Berbuka Puasa Sambil Beramal di Bulan Ramadan Penuh Berkah
- [email protected] Hotel Yogyakarta Hadirkan All You Can Eat Dinner Ramadan & Syawalan
- Ingat! Deadline SPT Tahunan 31 Maret, Ini Cara Dapatkan EFIN Pajak
- Pantau Harga Emas Hari Ini, 24 Karat Tembus Rp1,2 Juta Per Gram
- Penjual Baju Bekas Bayar Pajak? Ini Kata Ditjen Pajak
- Rayakan Semarak Ramadan, Kotta GO Hotel Yogyakarta Hadirkon Promo Menarik hingga Menginap Gratis
Advertisement