Advertisement
Indonesia Rangking 5 Dunia dalam Frekuensi Belanja Online
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Indonesia masuk lima besar negara yang memiliki frekuensi belanja online terbesar secara global.
Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat mengatakan pemerintah yang memberlakukan pembatasan wilayah yang mengharuskan mal dan pusat perbelanjaan tutup.
Advertisement
Namun, sektor ritel masih bisa bertahan dengan memanfaatkan penjualan melalui sistem online.
“Indonesia berada di posisi kelima sebagai negara dengan frekuensi belanja online yang tinggi dalam seminggu dan berada di kisaran 40 persen konsumen,” ujarnya Selasa (24/8/2021).
Angka ini naik dari jumlah konsumen belanja online tahun lalu yang hanya sekitar 22 persen setiap minggu, atau naik lima persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Berdasarkan publikasi Knight Frank Australia Urban Logistics - Australia July 2021, tahun lalu penjualan daring di beberapa kota di Asia Pasifik tahun lalu mengalami rerata naik sebesar 22 persen.
"Penjualan daring tahun ini terus meningkat, dan Jakarta terekam sebagai kota yang memiliki angka peningkatan penjualan daring lebih dari 30 persen," katanya.
Menurutnya, ritel harus menggenjot penjualan via online agar membuat rantai pasok produk mereka tetap berjalan sehingga ada pemasukan yang didapatkan.
Syarifah menuturkan ritel di mal dan pusat perbelanjaan juga melakukan stand alone retail juga menjadi salah strategi pada masa pandemi. Ritel stand alone sendiri merupakan ritel yang memiliki gerai di atas lahan komersial sendiri
Country Head dari Knight Frank Indonesia Willson Kalip menuturkan pusatperbelanjaan harus segera melakukan tinjau ulang lanskap ruangnya untuk menyiasati celah kesempatan yang masih terbuka saat ini.
"Sementara itu,pertumbuhan stand alone retail diperkirakan akan terus berlanjut di masa new normal ini," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, sejak tahun lalu, pengelola pusat perbelanjaan dilanda krisis akibat pandemi Covid-19. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memproyeksikan pusat perbelanjaan dan mal masih akan tertekan dan loyo hingga akhir 2021.
Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja mengatakan arus keuangan perusahaan pusat perbelanjaan dan mal mengalami defisit seiring dengan pembatasan jumlah maksimal pengunjung di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Menurutnya, kinerja pusat perbelanjaan dan mal anjlok sejak pemerintah menerapkan PPKM Darurat dan PPKM level 4. Hal itu dikarenakan pada awal PPKM, pemerintah sempat melarang pusat perbelanjaan dan sektor-sektor usaha yang tidak esensial dan kritikal untuk beroperasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
Advertisement
Lulusan Pertanahan Disebut AHY Harus Tahu Perkembangan Teknologi
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- BI Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin Jadi 6,25%
- Pasca-Lebaran, Bisnis Properti di DIY Reborn
- Tren Perlintasan Penumpang di Bandara Soetta Naik 10 Persen di Lebaran 2024
- InJourney Dukung Japanese Domestic Market di Sirkuit Mandalika
- Transaksi Rupiah di Lintas Negara Naik 100 Persen
- Harga Bawang Merah Naik 100 Persen, Ini Penyebabnya
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
Advertisement
Advertisement