Advertisement
2022, Indonesia Diramal Banjir IPO Startup Non-Unicorn
Direktur Utama PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) Rachmat Kaimuddin dan Komisaris Utama Bukalapak Bambang P.S. Brodjonegoro menunjukkan sertifikat pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia, Jumat (6/8/2021). - Istimewa
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Sejumlah perusahaan rintisan atau startup non-unicorn yang berencana melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) diprediksi membanjiri Indonesia pada 2022.
Menurut pantauan Bisnis-jaringan Harianjogja.com, sejauh ini sejumlah perusahaan rintisan yang mengungkapkan rencana mereka untuk melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) adalah RUN System, Blibli, Tiketcom, Dekoruma, Tani Hub, dan GoTo.
Advertisement
Sekadar informasi, lima dari enam perusahaan yang berencana melakukan IPO tersebut masih belum berstatus unicorn atau masih memiliki valuasi kurang dari US$1 miliar, atau masih berstatus centaur.
Centaur atau calon unicorn adalah kategori startup dengan valuasi US$100 juta—US$999 juta. Dalam laporan DSInnovate Startup Report pada 2019, tercatat ada 27 centaur dari perusahaan rintisan yang berbasis di Indonesia. Adapun, pada 2020 meningkat menjadi 43 startup.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan menilai aksi IPO dari perusahaan rintisan non-unicorn merupakan langkah wajar. Bahkan, wajib untuk dilakukan.
“Seharusnya memang harus melihat skema IPO, karena startup yang belum unicorn, memiliki lebih sedikit investor yang mengakibatkan kepentingan investor lebih sedikit,” ujarnya, Senin (30/8/2021).
Lebih lanjut, dia menjelaskan lantaran investor yang masih sedikit dalam menyuntikan dana membuat perusahaan bisa lebih leluasa dan berani go public dan menjadi upaya untuk meningkatkan citra perusahaan.
Dianta pun meyakini, aksi IPO dari non-unicorn akan lebih aman, lantaran pemain sudah melihat Bukalapak sebagai contoh perusahaan sehingga mereka akan lebih mempersiapkan narasi yang tepat untuk disampaikan kepada masyarakat.
Selain itu, dia menilai pemain akan mulai berfokus untuk menata dan memperbaiki laporan keuangan perusahaan agar makin baik ke depannya.
“Untuk mempersiapkan itu semua butuh waktu, jadi mungkin [IPO non-unicorn] akan lebih booming tahun depan. Karena semua startup lagi mempelajari apa yang terjadi dengan Bukalapak,” katanya.
Selain itu, dari sisi nilai pun langkah IPO turut meningkat hingga 215 persen secara tahunan (yoy) atau US$222 miliar. Adapun, sebanyak 27 persen di antaranya atau 284 perusahan yang melakukan IPO merupakan perusahaan teknologi.
Selain IPO, Ernst & Young (EY) memperkirakan bahwa perusahaan rintisan Indonesia akan turut memilih skema merger dan akuisisi hingga akhir 2021 dengan bertujuan agar mendapatkan untung pada 2022, yaitu sebanyak 37 persen perusahaan berencana melakukan aksi korporasi seperti merger dan akuisisi secara aktif selama pandemi Covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pertamina Pastikan Pertalite di Jawa Timur Bebas Air dan Etanol
- Harga Pangan Hari Ini, Cabai Rp 40 Ribu, Bawang Merah Rp41 Ribu per Kg
- PLN UP3 Yogyakarta Siagakan Lebih dari 500 Petugas Hadapi Musim Hujan
- Kemnaker Buka 80.000 Kuota Magang Nasional Tahap 2
- Cek Harga Sembako Hari Ini, Cabai Rp39 Ribu, Telur Rp31 Ribu
Advertisement
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- Kendalikan Harga dan Inflasi, Bulog DIY Salurkan Bantuan Pangan
- Harga Emas Batangan Hari Ini Senin 3 November 2025
- Harga BBM: Bensin Turun dan Solar Naik
- DIY Inflasi 0,42 Persen, Didorong Emas dan Biaya Kuliah
- Penumpang KA Jarak Jauh Daop 6 Naik 4,01 Persen pada Oktober 2025
- Emas, Cabai, dan Beras Jadi Pendorong Utama Inflasi Oktober 2025
- Pemda Diminta Percepat Pendataan Lahan Koperasi Merah Putih
Advertisement
Advertisement




