Advertisement

Menghirup Wangi Bisnis Minyak Atsiri

Lajeng Padmaratri
Sabtu, 18 Juni 2022 - 07:07 WIB
Arief Junianto
Menghirup Wangi Bisnis Minyak Atsiri Raras Soetoro, pemilik minyak atsiri Giriwangi. - Harian Jogja/Lajeng Padmaratri

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Sejak 1990-an, Maria Susana Hartanti telah mendalami dunia minyak atsiri. Puluhan tahun, dia meracik ramuan tumbuhan untuk dijadikan minyak atsiri atau essential oil lewat merek dagang Giriwangi.

Dari rumah produksinya yang berlokasi di Ngemplak, Sleman, Giriwangi menjalankan usaha dari hulu ke hilir berkaitan dengan minyak atsiri. Raras, sapaan akrab Maria Susana Hartanti menanam berbagai pohon hingga menyuling sendiri sejumlah bagian tanaman jadi minyak esensial.

Advertisement

Sarjana pertanian ini mengawali usahanya karena ketertarikannya dalam bidang riset tanaman. Kini, ia dibantu suaminya menjalankan usaha Giriwangi. "Memang senang riset tanaman, suka dan penasaran. Ini bisa enggak ya keluar minyaknya dengan cara penyulingan," kata Raras kepada Harianjogja.com, Jumat (3/6/2022) lalu.

BACA JUGA: Pengin Sukses Bisnis Furnitur Kayu, Jangan Abaikan Pasar Lokal

Minyak atsiri atau minyak esensial merupakan senyawa yang diekstrak dari bagian tumbuhan dan diperoleh melalui proses distilasi atau penyulingan. Bagian tumbuhan yang diekstrak dapat berupa kelopak bunga, daun, kulit kayu, biji, hingga akar.

Raras menuturkan ketertarikannya terhadap minyak atsiri berawal dari kabar bahwa minyak atsiri dari tanaman nilam di Indonesia merupakan yang terbaik di dunia.

Hal itu ia baca dari sebuah laporan pada 1998. Selang dua tahun, ada kawannya yang mengajaknya menanam nilam untuk dibudidayakan.

Setelah mendapatkan kenalan kelompok petani nilam di Turi, dia pun belajar untuk membudidayakannya. Dia lantas menyewa lahan seluas 2.000 meter di dekat Candi Sambisari untuk ditanami nilam. Rupanya, panennya bagus dan daun nilam itu ia jual sebagai bahan baku minyak atsiri.

Namun, lama-lama Raras merasa kurang puas hanya menjual bahan baku. Dia penasaran dengan proses penyulingan. Seiring berjalanya waktu, dengan dibantu suaminya, Raras merancang alat untuk proses distilasi minyak atsiri. Hingga kini, tabung penyulingan di rumah produksinya merupakan generasi yang keenam.

BACA JUGA: UMKM Perlu Ikuti Perkembangan Zaman, Giriwangi Terus Berinovasi

Dia pun berkawan dengan berbagai kelompok tani di DIY hingga Jawa Timur yang memiliki sentra tanaman penghasil minyak atsiri. Selain itu, ia juga menanam sejumlah tanaman di rumah produksinya yang rimbun.

Tabungan Minyak
Sebagai industri rumahan, kapasitas penyulingan di Giriwangi masih terbatas. Proses penyulingan juga tidak berlangsung setiap waktu, sebab menyesuaikan panenan tanaman dari kelompok tani.

Namun, sekali menyuling, Raras mengungkapkan bahwa dia bisa membutuhkan bahan baku hingga satu kuintal. Misalnya, setiap kali menyuling serai dapur, ia membutuhkan satu kuintal batang serai untuk menghasilkan minyak sekitar satu kilogram.

"Minyaknya cuma dapat satu persen dari bahan bakunya. Itu kalau musim kemarau. Kalau musim hujan, lebih turun lagi, karena kandungan airnya lebih banyak daripada minyaknya. Jadi kami ini sedih kalau musim hujan," kata dia.

Jika serai dapur hanya menghasilkan 1% minyak atsiri, berbeda dengan nilam yang bisa menghasilkan 2-3% minyak dan pala yang bisa menghasilkan 10-15% minyak atsiri. Waktu penyulingan pun beragam, ada yang delapan jam, bahkan ada juga yang mencapai dua hari seperti misalnya minyak cendana.

Lantaran minyak atsiri bukan barang primer, Raras menyadari putaran penjualannya cukup lambat. Dia pun beberapa kali harus menyetok minyaknya karena tidak cepat terjual.

"Lama-lama mikir, kenapa enggak dijadiin produk saja. Akhirnya, saya riset bikin produk perawatan tubuh dari ujung kepala sampai ujung kaki. Itu yang mem-backup kami kalau penjualan minyak stagnan. Istilahnya, kami enggak punya tabungan, tabungan kami itu minyak hasil sulingan," ucap dia.

Dari yang awalnya cairan minyak, Giriwangi kini sudah punya produk turunan seperti aromaterapi, produk perawatan tubuh, hingga pengharum ruangan. Bahkan, ia beberapa kali menerima permintaan khusus pembuatan pengharum ruangan hotel hingga pakaian. "Kalau sejauh ini aromaterapi yang paling diminati itu yang untuk mengatasi stres dan susah tidur. Jadi racikan aroma yang menenangkan seperti lavender, pala, hingga jasmine itu yang bikin rileks," kata dia.

BACA JUGA: Belanja Online Dikenai Bea Materai Elektronik, Begini Kata Pengamat

Di kalangan masyarakat awam, Giriwangi dianggap mahal. Padahal, Raras membuat minyak atsiri yang murni tanpa campuran apapun. Dia pun sering menemui berbagai produk minyak atsiri lain di pasaran yang memiliki harga jauh lebih murah, tetapi ia meragukan kandungannya.

"Kisaran harganya mulai dari Rp25.000, bahkan sampai ada yang Rp1 juta, sesuai dengan jenis produknya, kandungan, dan ukurannya. Kalau di kalangan orang yang sudah biasa pakai minyak atsiri, Giriwangi dianggap terjangkau. Sebab, mereka tahu kualitas kami sebagai produk minyak atsiri yang murni," tutur Raras.

Sejak awal berbisnis, Raras mengoptimalkan pemasaran via online. Sejak awal 2000-an, dia bergantung pada mailing list (milis) dan sejumlah situs gratisan di Internet.

Begitu era media sosial saat ini, Giriwangi pun turut serta masuk dalam arusnya. Ia juga menawarkan produksnya di lokapasar meskipun belum begitu optimal. "Penjualan Giriwangi lebih optimal lewat relasi dan beberapa pasar produk organik. Sebab, di sana kalangannya sudah lebih paham mengenai khasiat minyak atsiri dan kualitas Giriwangi," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Disbud DIY Rilis Lima Film Angkat Kebudayaan Jogja

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 19:27 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement