Advertisement
Bos OJK Sebut Kondisi Ekonomi Indonesia Masih Terjaga Baik
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar. - Youtube Kemenkeu
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA–Bayang-bayang resesi ekonomi global pada 2023 semakin nyata. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut resesi kemungkinan akan terjadi lebih cepat dari perkiraan.
Hal itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam dalam konferensi pers RDK Bulanan September 2022 secara virtual, Senin (3/10/2022). “Saya rasa memang kita paham bahwa resesi global hampir pasti akan terjadi, setidaknya pada 2023. Kalau tidak lebih cepat dari itu,” kata Mahendra.
Advertisement
Mahendra mengatakan ada beberapa hal yang belum dapat diprakirakan, yakni seberapa berat kondisi resesi dan berapa lama resesi tersebut akan terjadi. Meski demikian, Mahendra optimistis prakiraan ekonomi Indonesia di tahun ini dan 2023 akan tetap tumbuh di atas 5 persen.
Mahendra menyatakan bahwa saat ini lembaganya belum bisa menyebutkan kebijakan apa yang dibutuhkan secara pasti untuk mengatasi resesi. Namun, kata Mahendra, upaya OJK menjaga pertumbuhan ekonomi berkelanjutan sesuai sasaran yang ditetapkan pemerintah, yakni mencapai tingkat pertumbuhan.
“Sekiranya dalam perkembangan nanti kalau diperlukan kebijakan untuk mencapai sasaran itu akan dirumuskan dan ditetapkan,” imbuhnya.
Mahendra menegaskan di tengah kondisi global yang berat, hingga saat ini perkembangan ekonomi Indonesia juga masih terjaga dalam kondisi yang baik. Dia menyampaikan prakiraan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi Indonesia terjaga baik.
BACA JUGA: Benarkah KUR Bisa Sasar Petani Kecil? Berikut Penjelasan Pakar
Di tengah revisi ke bawah outlook pertumbuhan global, Mahendra mengungkapkan outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dinaikkan di tahun 2022 seiring dengan masih tingginya harga komoditas dan terkendalinya pandemi.
Adapun, indikator perekonomian terkini juga mengkonfirmasi berlanjutnya kinerja positif perekonomian Indonesia, antara lain terlihat dari neraca perdagangan yang melanjutkan surplus, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur di zona ekspansi, dan indeks kepercayaan konsumen yang tetap optimis.
“Otimisme itu saya rasa kita tempatkan di kondisi realistis, yaitu kita jaga stabilitas dengan baik dan kebijakan serta fasilitas yang dibutuhkan namun waspada dan pahami risiko transmisi dari ekonomi global yang semakin berat,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penjualan Tiket Kereta Api Jarak Jauh Melonjak hingga Jutaan Kursi
- Pendapatan Box Office Disney 2025 Tembus Rp100 Triliun
- Harga Pangan Nasional di Hari Natal: Cabai hingga Telur
- Upah Minimum Naik, Industri Tekstil Waspadai PHK dan Otomatisasi
- Harga Emas Antam Naik Rp11.000, Kini Rp2.502.000 per Gram
Advertisement
Advertisement
Menikmati Senja Tenang di Pantai Kerandangan Senggigi Lombok Barat
Advertisement
Berita Populer
- Jelang Natal, Harga Emas Antam, UBS, Galeri24 Terus Menguat
- Harga Pangan Nasional di Hari Natal: Cabai hingga Telur
- Bulog Pastikan Harga Beras Stabil Jelang Natal dan Tahun Baru
- Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi: DKI Tertinggi, Jabar Terendah
- KAI Daop 6 Catat Pergerakan Penumpang Tinggi pada Libur Nataru
- China Desak AS Berlaku Adil dalam Kesepakatan Penjualan TikTok
- Pemerintah Siapkan Pendanaan Film Terintegrasi
Advertisement
Advertisement




