Advertisement
Bos OJK Sebut Kondisi Ekonomi Indonesia Masih Terjaga Baik

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA–Bayang-bayang resesi ekonomi global pada 2023 semakin nyata. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut resesi kemungkinan akan terjadi lebih cepat dari perkiraan.
Hal itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam dalam konferensi pers RDK Bulanan September 2022 secara virtual, Senin (3/10/2022). “Saya rasa memang kita paham bahwa resesi global hampir pasti akan terjadi, setidaknya pada 2023. Kalau tidak lebih cepat dari itu,” kata Mahendra.
Advertisement
Mahendra mengatakan ada beberapa hal yang belum dapat diprakirakan, yakni seberapa berat kondisi resesi dan berapa lama resesi tersebut akan terjadi. Meski demikian, Mahendra optimistis prakiraan ekonomi Indonesia di tahun ini dan 2023 akan tetap tumbuh di atas 5 persen.
Mahendra menyatakan bahwa saat ini lembaganya belum bisa menyebutkan kebijakan apa yang dibutuhkan secara pasti untuk mengatasi resesi. Namun, kata Mahendra, upaya OJK menjaga pertumbuhan ekonomi berkelanjutan sesuai sasaran yang ditetapkan pemerintah, yakni mencapai tingkat pertumbuhan.
“Sekiranya dalam perkembangan nanti kalau diperlukan kebijakan untuk mencapai sasaran itu akan dirumuskan dan ditetapkan,” imbuhnya.
Mahendra menegaskan di tengah kondisi global yang berat, hingga saat ini perkembangan ekonomi Indonesia juga masih terjaga dalam kondisi yang baik. Dia menyampaikan prakiraan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi Indonesia terjaga baik.
BACA JUGA: Benarkah KUR Bisa Sasar Petani Kecil? Berikut Penjelasan Pakar
Di tengah revisi ke bawah outlook pertumbuhan global, Mahendra mengungkapkan outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dinaikkan di tahun 2022 seiring dengan masih tingginya harga komoditas dan terkendalinya pandemi.
Adapun, indikator perekonomian terkini juga mengkonfirmasi berlanjutnya kinerja positif perekonomian Indonesia, antara lain terlihat dari neraca perdagangan yang melanjutkan surplus, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur di zona ekspansi, dan indeks kepercayaan konsumen yang tetap optimis.
“Otimisme itu saya rasa kita tempatkan di kondisi realistis, yaitu kita jaga stabilitas dengan baik dan kebijakan serta fasilitas yang dibutuhkan namun waspada dan pahami risiko transmisi dari ekonomi global yang semakin berat,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- Harga BBM Non Subsidi di Jogja Naik per Juli 2025, Pertamax Kini Rp12.500 per Liter
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
- Penuhi Syarat Keselamatan Terbang, Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha
Advertisement

Wujudkan Kulonprogo Ramah Bagi Penyandang Disabilitas, Pemkab Gandeng SIGAB
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Ekspor DIY Tumbuh 10,57 Persen hingga Mei 2025, Disperindag Sebut 3 Faktor Pendorong
- Ini Komentar Ekonom UMY Soal Pemangkasan Target Pertumbuhan Ekonomi
- Gojek Siap Kaji Perubahan Tarif Ojek Online Mengikuti Regulasi Pemerintah
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- DPR Usulkan Ada Sistem Cadangan Darurat Industri Nasional
- Pusat Data Indonesia Jauh Tertinggal Dibanding Malaysia
- Menteri Pertanian Sebut Beras Subsidi Oplosan Beredar di Minimarket
Advertisement
Advertisement