Advertisement
Perekonomian DIY 2022 dan Proyeksi 2023, Begini Kondisinya
Advertisement
Harianjogja.com, SEMARANG — Bauran aktivitas sejumlah sektor menjadi pendorong utama ekonomi DIY, beberapa di antaranya pariwisata, industri makanan dan minuman termasuk di dalamnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Dalam Laporan Perekonomian DIY yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada November 2022 lalu, disebutkan bahwa pengendalian Covid-19, peningkatan mobilitas masyarakat, juga peningkatan permintaan domestik menjadi tiga faktor utama yang mampu mendorong pemulihan ekonomi di wilayah tersebut.
Advertisement
Peran vital sektor pariwisata terlihat dari besarnya pertumbuhan yang dicatatkan lapangan usaha penunjang pariwisata pada kuartal III/2022. Misalnya saja lapangan usaha industri makanan dan minuman yang mampu tumbuh di atas 20% secara year-on-year (yoy). Hal yang sama juga terjadi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum di mana pertumbuhannya mencapai 20,22 persen (yoy).
Namun demikian, peningkatan kinerja perekonomian itu juga dibarengi dengan tantangan untuk menjinakkan angka inflasi. Dalam tiga kuartal berturut-turut, DIY mencatatkan tren lonjakan inflasi yang cukup mengkhawatirkan.
BACA JUGA: Kotta GO Hotel Yogyakarta Tampil dengan Wajah Baru
Pada kuartal I/2022 misalnya, inflasi tercatat di angka 2,95% (yoy). Pada kuartal berikutnya, angkanya melonjak hingga di 5,33%. Dalam laporan terakhir, pada kuartal III/2022, angka inflasi di DIY mencapai 6,81%.
Kepala Perwakilan BI DIY, Budiharto Setyawan menjelaskan bahwa inflasi pada November 2022 disumbang oleh beberapa komoditas pengeluaran antara lain bensin, bahan bakar rumah tangga, angkutan udara, beras, dan biaya pendidikan tinggi.
"Tekanan inflasi Yogyakarta pada akhir tahun cenderung meningkat. Bersumber baik dari sisi permintaan dan penawaran. Perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) dan hari libur akhir tahun mengakibatkan tekanan sisi permintaan," jelas Budiharto dalam konferensi pers yang digelar awal pekan ini.
Adapun ketersediaan barang kebutuhan pangan di wilayah DIY jelang Natal dan Tahun Baru masih diklaim mencukupi. Stok beras masih di angka 4.114 ton, gula pasir 189.84 ton, minyak goreng 34.631 liter, dan tepung terigu mencapai 7.91 ton. Dalam pantauan harga yang dilakukan beberapa waktu lalu, selisih harga komoditas antar wilayah kabupaten dan kota di DI Yogyakarta dilaporkan masih belum signifikan.
Pada 2023 mendatang, lonjakan inflasi diperkirakan masih akan terus berlanjut. Perbaikan rantai distribusi komoditas di tingkat global, menurut BI, berpeluang menimbulkan imported inflation yang mesti diwaspadai. Namun demikian, tantangan itu diikuti dengan peluang perbaikan permintaan domestik yang bakal memperkuat perekonomian DIY.
Secara umum, dengan mempertimbangkan peluang dan tantangan tersebut, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di wilayah DIY bisa mencapai 4,9%-5,7% (yoy) pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
Advertisement
Progres TPS 3R Karangmiri Mengalami Perlambatan, Pengolahan Sampah Pemkot Jogja Bertumpu pada Nitikan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kenaikan BI-Rate Bakal Berdampak Positif untuk Pasar Modal Lokal
- BI Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin Jadi 6,25%
- Pasca-Lebaran, Bisnis Properti di DIY Reborn
- Tren Perlintasan Penumpang di Bandara Soetta Naik 10 Persen di Lebaran 2024
- InJourney Dukung Japanese Domestic Market di Sirkuit Mandalika
- Transaksi Rupiah di Lintas Negara Naik 100 Persen
- Harga Bawang Merah Naik 100 Persen, Ini Penyebabnya
Advertisement
Advertisement