Advertisement
Warga DIY Cenderung Tidak Konsumtif, BPS: Pengaruhi Penghitungan Kemiskinan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Badan Pusat Statistik (BPS) DIY menyampaikan konsumsi menjadi alat ukur di dalam menghitung besaran kemiskinan. Di sisi lain, kultur di daerah seperti DIY yang cenderung tidak konsumtif diperkirakan juga berpengaruh pada perhitungan kemiskinan.
Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati menjelaskan, menggunakan alat ukur konsumsi, BPS melakukan wawancara kepada masyarakat berapa yang dikeluarkan secara rupiah dalam sepekan dan sebulan. Misalnya dalam satu rumah tangga ada lima orang, kemudian bisa dihitung besaran konsumsi per kapita per bulan.
Dari data konsumsi tersebut, kemudian disandingkan dengan garis kemiskinan. Apakah pengeluarannya memenuhi kebutuhan 2.100 kilo kalori (kkal) per kapita per hari.
BACA JUGA: Pekan Depan, Satpol PP DIY Akan Segel Lagi Bangunan Ilegal di Lahan Tanah Kas Desa
Apabila rata-rata konsumsi per kapita per bulan lebih tinggi garis kemiskinan berarti dia tidak miskin. "Tapi kalau rata-rata pengeluaran riilnya di bawah garis kemiskinan berarti dia termasuk rumah tangga miskin," ucapnya, Jumat (20/5/2023).
Di sisi lain rata-rata pengeluaran di DIY juga dipengaruhi kultur dan budaya."Misalnya masyarakat Jogja, mohon maaf, lebih ngirit dalam tanda petik, ini akan berpengaruh pada total rata-rata tadi," jelasnya.
Sehingga jika kemiskinan di DIY cukup tinggi untuk pulau Jawa, semata-mata karena cara pengukurannya berdasarkan pengeluaran konsumsi yang dibelanjakan rumah tangga. Kemudian disandingkan dengan garis kemiskinan.
"Jadi kalau budaya konsumsinya itu hati-hati, lebih irit bisa dia rata-ratanya di bawah garis kemiskinan."
Lebih lanjut dia menyampaikan saat ini dalam menghitung kemiskinan secara makro masih dengan alat ukur konsumsi. Meski sebagian masyarakat juga memiliki aset. "Kalau kemiskinan makro saat ini untuk alat ukurnya masih pendekatan itu. Pendekatan pengeluaran."
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Masuk Indonesia, Minuman Beralkohol dan Daging Babi Asal Amerika Serikat Tetap Kena Tarif Impor
- Ribut-Ribut Beras Oplosan, Kemendag Minta Produsen Tarik Beras dari Peredaran
- 10 Besar Produk Ekspor Nonmigas AS ke Indonesia yang Kini Dipatok Tarif 0 Persen
- Harga Emas Galeri24 dan UBS di Pegadaian Hari Ini, Mulai Rp996.000
- Bersiap Impor Minyak dari Amerika Serikat, Pertamina Minta Dukungan Aturan dari Pemerintah
Advertisement

Nelayan KulonprogoButuh SPBU Khusus untuk Meringankan Ongkos Produksi
Advertisement

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas Galeri24 dan UBS di Pegadaian Hari Ini, Mulai Rp996.000
- 10 Besar Produk Ekspor Nonmigas AS ke Indonesia yang Kini Dipatok Tarif 0 Persen
- Konsumsi Pertalite di Jawa Tengah dan DIY Turun 6 Persen
- Ribut-Ribut Beras Oplosan, Kemendag Minta Produsen Tarik Beras dari Peredaran
- Masuk Indonesia, Minuman Beralkohol dan Daging Babi Asal Amerika Serikat Tetap Kena Tarif Impor
- eL Hotel Yogyakarta - Malioboro Raih Penghargaan The Top 10% of Hotels Worldwide dalam Tripadvisor Travelers Choice Award 2025
Advertisement
Advertisement