Advertisement
Bisnis Pertashop Suram, Pakar UGM: Seharusnya Diperluas ke Wilayah Terpencil

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Keberadaan gerai pelayanan bahan bakar minyak (BBM) Pertashop sangat dibutuhkan masyarakat sehingga Pertamina seharusnya memperluas ke berbagai wilayah terpencil. Hal ini diutarakan Pakar ekonomi dan bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Mudrajad Kuncoro.
"Ini program bagus. Makanya harus diperluas dan menjangkau daerah-daerah yang membutuhkan, misalnya pesisir atau daerah pegunungan yang susah dapat pasokan energi," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (12/7/2023).
Advertisement
Mudrajad menilai program kemitraan Pertashop merupakan bukti bahwa negara dan Pertamina hadir untuk memberikan energi, di mana target penjualannya adalah Pertamax yang tidak bersubsidi ke berbagai pelosok, termasuk daerah-daerah terpencil, tertinggal, dan terluar.
Keberadaan gerai BBM tersebut, juga dinilai memudahkan masyarakat untuk mengakses energi karena masyarakat pelosok tidak perlu jauh-jauh lagi ke kota untuk membeli BBM sehingga bisa menghemat biaya transportasi
Apalagi, lanjutnya, saat ini Pertamina baru mengembangkan 6.152 Pertashop dari target semula 10.000, sementara kebutuhannya lebih dari itu dengan jumlah desa di Indonesia sudah berkembang dan mencapai 33.000 kawasan.
Oleh karena itu Mudrajad berharap, pemerintah melakukan afirmasi terhadap para pelaku usaha Pertashop, sebab umumnya mereka adalah pengusaha kecil-menengah, sehingga sering kali kesulitan memperoleh modal dan lahan untuk membuka gerai BBM tersebut.
BACA JUGA: Harga Rumah Subsidi Naik, Karyawan Bergaji Standar UMR Bisa Beli?
“Pemerintah perlu membuat berbagai macam kemudahan agar pengusaha kecil memiliki kesempatan merasakan bisnis Pertashop tersebut," katanya.
Dari segi permodalan, lanjutnya, perbankan juga harus disertakan agar para calon pengusaha gerai BBM tersebut bisa mengakses dengan baik.
Ratusan Berguguran
Sebelumnya seperti dikutip dari Bisnis.com diberitakan, para pengusaha Pertashop (Pertamina Shop) Jawa Tengah dan DIY mengeluhkan kerugian bisnis yang dialami akibat disparitas harga Pertamax dan Pertalite yang lebar sejak April 2022 lalu.
Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan DIY Gunadi Broto Sudarmo mengatakan, omzet bulanan yang dihimpun pengusaha turun drastis 90 persen selama lebih dari setahun usai harga Pertamax naik menjadi Rp12.500 per liter pada April 2022, sementara harga Pertalite Rp7.650 per liter.
Omzet atau volume penjualan Pertashop turun menjadi 16.000 liter per bulan, dari sebelumnya bisa mencapai 38.000 liter per bulan pada saat harga Pertamax dipatok Rp9.000 per liter. Adapun, sebagai lembaga penyalur Pertamina skala kecil, Pertashop hanya menjual produk BBM Pertamax dan Dexlite.
“Setelah ada disparitas harga Pertamax dan Pertalite mulai April itu omzet langsung turun drastis, itu di harga [Pertamax] Rp12.500 per liter omzetnya 16.000 liter per bulan, berlanjut ada fluktuasi harga sampai Rp14.500, ada yang Rp13.900 [Pertamax]. Sampai sekarang di harga Rp12.500, omzet Pertashop belum bisa kembali di saat harga Pertamax Rp9.000 dan Pertalite Rp7.650 per liter,” kata Gunadi saat audiensi dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (10/7/2023).
Disparitas harga tersebut, lanjutnya, kemudian dimanfaatkan oleh pengecer ilegal, seperti Pertamini untuk menjual Pertalite yang lebih murah. Dia menuturkan, margin pengecer ilegal bahkan lebih besar, yakni bisa mencapai Rp2.000-Rp2.500 per liter dibandingkan margin Pertashop yang hanya Rp850 per liter.
Konsekuensinya, kata Gunadi, ratusan Pertashop akhirnya tutup dan merugi akibat disparitas harga Pertamax dan Pertalite yang kembali berlanjut hingga pertengahan tahun ini. Dia mengungkapkan, setidaknya terdapat 201 Pertashop dari 448 Pertashop mengalami kerugian signifikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Baru Ada Satu, BPBD Bantul Berencana Tambah 11 EWS Banjir
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- NATO Diingatkan Trump untuk Berhenti Beli Minyak Rusi
- Insentif TKDN 25 Persen, Peluang Baru untuk Industri Ponsel Lokal
- BEI DIY Optimistis Bisa Menambah 50.000 Investor di 2025
- Pakar UGM: Kesinambungan Kebijakan Fiskal Jadi Kunci Stabilitas Pasar
- 5 Bank Disuntik Rp200 Triliun, Begini Penjelasan Indef
- Alasan dan Skema Merger Pelita Air dan Garuda
- Modal Asing Rp14,2 Triliun Kabur Pekan Ini
Advertisement
Advertisement