Anak Muda Terjerat Pinjol Berpotensi Masuk Daftar Hitam dan Tak Bisa Mengakses Pinjaman
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Banyaknya anak muda Gen Z dan Milenial yang mengakses pinjaman online berpotensi membuat mereka ‘mati’ secara perdata dalam 10 sampai 20 tahun ke depan. Bukannya menjadi pendorong dalam Indonesia Emas tahun 2045, masalah pinjaman ini justru bisa menjadi beban berat negara.
Menurut data statistik financial technology (fintech) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juni 2023, peminjam usia muda 19 tahun sampai dengan 34 tahun mencapai Rp26,9 triliun. Angka ini sekitar 57% dari seluruh pinjaman yang ada di fintech dengan total Rp47 triliun. Adapun total peminjam hampir mencapai 11 juta rekening. Di samping itu, anak-anak seusia anak sekolah menengah atas (SMA) atau Gen Z (usia 8-23 tahun) dengan usia di bawah 19 tahun mempunyai saldo pinjaman mencapai Rp169 miliar.
Advertisement
BACA JUGA : Perusahaan Pinjol Jadi Sarana Cuci Uang? Begini Penjelasan Ekonom
Chairman Infobank Institute, Eko B. Supriyanto, mengatakan angka itu belum termasuk portofolio dari pinjol ilegal, yang akan menambah portofolio pinjaman individu. Dari banyaknya pinjaman tersebut, proses pengembalian tidak semuanya lancar. Secara persentase, kredit bermasalah mencapai 7%. Angka kredit bermasalah menembus Rp1,9 triliun dan yang macet mencapai Rp764 miliar.
“Secara kasar ada sekitar 770.000 anak muda, yang terdiri atas Gen Z dan Milenial, yang terancam masa depannya. Jika ini terus berlanjut, maka secara perdata mereka anak-anak muda ini akan mati secara perdata. Artinya, mereka tidak akan bisa mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, karena masuk blacklist (SLIK), dulu [namanya] BI Checking,” kata Eko, Minggu (17/9/2023).
Meski nantinya para Gen Z dan Milenial memiliki uang, mereka yang pernah memiliki masalah pinjol tidak akan bisa melakukan pinjaman untuk beli rumah, beli kendaraan, dan lainnya. Segala bentuk fasilitas pinjaman tidak bisa diakses.
BACA JUGA : Fintech Pinjol Bisa Isi Celah Pembiayaan UMKM
“Bahkan, ada kabar, anak-anak muda yang masuk SLIK tak akan bisa mendapatkan pekerjaan formal. Apalagi bekerja di lembaga keuangan, seperti bank. Madesu, masa depan suram, bagi mereka yang masuk SLIK, karena secara perdata sudah ‘mati’,” kata Eko yang juga pengamat perbankan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
Advertisement
Awasi Masa Tenang, Bawaslu Siagakan Semua Petugas Pengawas
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Harga MinyaKita Melambung hingga Rp18.000, Kemendag Segera Panggil Distributor
- GATF Kembali Digelar di Jakarta, Hadirkan Lebih dari 500 Ribu Kursi dengan Harga Terjangkau
- Menko Bidang Pangan Sebut Ada Rencana Setop Impor Beras Tahun Depan
- OJK: KUR Tidak Termasuk Utang Macet yang Bisa Dihapus
- Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Capai 4,7 hingga 4,9 Persen di 2025
- Harga Bitcoin Pecah Rekor, Investor Diminta Berhati-hati Titipkan Dana Investasinya
- Sah! Maya Watono Jabat Direktur Utama Holding BUMN InJourney, Berikut Profilnya
Advertisement
Advertisement