Advertisement
Industri Tekstil DIY Sedang Terpuruk, Ini Penyebabnya..

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY menyampaikan industri tekstil DIY akhir-akhir ini sedang mengalami penurunan.
Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti mengatakan ekspor pakaian jadi bukan rajutan tahun ini hingga Agustus 2023 turun sekitar 21% dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.
Penyebab utama masih berasal dari dampak global, sehingga terjadi penurunan permintaan. Kompetisi yang semakin ketat antar negara kompetitor.
"Industri tekstil di Jogja akhir-akhir ini memang mengalami penurunan. Untuk produk pakaian jadi bukan rajutan ekspor tahun 2023 sampai dengan Agustus turun sekitar 21% dibandingkan bulan yang sama tahun 2022," ucapnya, Jumat (17/11/2023).
Advertisement
BACA JUGA: Industri Tekstil DIY Belum Ada yang Gulung Tikar Meski Rantai Bisnis Kacau
Dia menjelaskan terjadinya perang mempengaruhi kondisi global, di mana perekonomian di beberapa negara mitra Indonesia melambat, terjadi inflasi dan resesi. Juga mempengaruhi negara sekitarnya menjaga diri dengan kondisi ketidakpastian global.
"Konsumsi prioritas ada di kebutuhan makanan, bukan tekstil," ungkapnya.
Tidak hanya ekspor yang turun, penjualan ke pasar domestik juga turun. Disebabkan semakin banyaknya impor melalui marketplace termasuk impor ilegal pakaian bekas.
"Sedangkan untuk pasar dalam negeri disebabkan semakin banyaknya impor melalui marketplace, termasuk impor ilegal seperti thrift," jelasnya.
Menurutnya tekstil merupakan andalan ekspor DIY. Saat ini hampir semua benua merupakan tujuan ekspor DIY seperti Amerika, Asia, Afrika, Australia, Eropa. Ekspor terbesar masih di Amerika.
Lebih lanjut dia menyampaikan, memang ada rencana dari pemerintah pusat untuk memberikan insentif bagi industri tekstil. Seperti memberikan kesempatan bagi industri TPT [industri tekstil dan produk tekstil] untuk kawasan berikat dapat melakukan penjualan dalam negeri sebesar 50%, karena peluang dalam negeri juga cukup bagus.
"Mendorong pengetatan impor tekstil dengan persetujuan impor (PI) dan laporan surveyor (LS), yang rencananya akan mengembalikan pengawasan di border, karena saat ini masih post border, tetapi kedua insentif saat ini belum keluar aturannya," jelasnya.
BACA JUGA: Tanggapi UMP 2024, Pengusaha DIY: Kami Tegak Lurus pada Konstitusi
Ketua Badan Pengurus Provinsi (BPP) Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) DIY, Iwan Susanto mengatakan sektor tekstil mulanya berharap bisa membaik pasca pandemi. Tapi kenyataannya saat ini dihadapkan dengan ketidakpastian global. Perang Rusia-Ukraina menyebabkan penurunan masih terus berlanjut sejak Agustus tahun lalu.
Kondisi saat ini diperparah dengan adanya perang Israel-Palestina. Perusahaan dengan orientasi ekspor kapasitasnya tinggal 50%-60% saja. Sudah turun 40% dan perusahaan mencoba mengefisiensikan produksi dengan menggilir karyawan, mengurangi jam kerja, meniadakan lembur. Bahkan ada perusahaan yang kapasitas operasinya tinggal 30%.
"Sudah empat hari kerja, sudah kurangi karyawan. Bagaimana perusahaan dengan market lokal? kami waktu itu masih berharap banyak karena penduduk banyak, tapi yang terjadi adalah semua yang orientasi ekspor ke lokal dan yang terjadi pasar kita pun diserbu impor ilegal dari luar," ungkapnya.
Ada perusahaan yang kapasitas untuk bayar gaji saja sudah nunggak. Tidak bisa bayar listrik dua bulan, BPJS berhenti tidak bisa bayar.
"Kondisi cash flow sudah bahaya sekali, dari catatan kami survei anggota kami sudah ada 1.500 karyawan di PHK. Baik yang resmi PHK maupun kontrak gak diperpanjang," ungkapnya.
Komoditas pakaian jadi bukan rajutan memiliki share paling tinggi ekspor DIY, mencapai 32,88% pada September 2023. Disusul perabot, penerangan rumah 12,67%, dan barang-barang dari kulit 11,59%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Harga Emas Antam Turun Tajam Hari Ini 28 Mei 2025
- PP 46/2025 Dinilai Mampu Selamatkan 1,7 Juta Pekerja Sektor Perindustrian dari PHK
- Pemerintah Telah Gelontorkan Dana Bansos Rp43,6 Triliun, Terserap 12,1 Persen
- 6 Mata Uang Ini Gilas Dolar AS
- Tiga Alasan Bank Indonesia Menurunkan Suku Bunga Saat Ini Jadi 5,5 Persen
Advertisement

Prabowo Tiba di Jogja Jelang Kedatangan Macron untuk Kunjungan ke Candi Borobudur
Advertisement

Berikut Rangkaian Peringatan Iduladha 2025 Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dari Numplak Wajik hingga Hajad Dalem Garebeg Besar
Advertisement
Berita Populer
- Credit Scoring Berpengaruh pada Masa Depan Mahasiswa
- Libur Kenaikan Isa Almasih, KAI Commuter Tambah Empat Perjalanan KRL Jogja Solo
- Rangkaian HUT ke-47 Pasar Modal Indonesia Tanam 1.500 Pohon di Banyumas
- Realisasi Belanja APBN di DIY hingga April 2025 Mencapai Rp5,95 Triliun
- Tingkatkan Bauran EBT hingga 2034, PLN Siap Jalankan RUPTL Terhijau Sepanjang Sejarah
Advertisement