Advertisement
Pakar UGM Sebut Sentimen Eksternal Mendorong Penguatan Rupiah
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Tren nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat pekan ini. Kaprodi S1 Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, I Wayan Nuka Lantara mengatakan tren penguatan rupiah pekan ini banyak dikaitkan dengan faktor eksternal global.
"Khususnya rilis data pertumbuhan ekonomi (PDB) AS yang lebih tinggi 2,9% dari yang diperkirakan sebelumnya 2,5%," ucapnya, Sabtu (28/9/2024).
Advertisement
Dia menjelaskan di sisi lain juga didorong oleh ekspektasi The Fed atau Fed Fund Rate (FFR) yang diperkirakan bakal menurunkan tingkat suku bunganya.
Menurutnya kondisi ini diasumsikan bisa berdampak positif pada aliran dana investasi dari negara maju ke negara berkembang termasuk Indonesia.
Secara internal, pengalaman empiris selama ini menunjukkan bahwa penurunan tingkat bunga AS biasanya juga direspon dengan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI). Sehingga diharapkan bisa memberikan ruang ekspansi ekonomi yang lebih baik.
Kemudian, kata Wayan, apakah tren penurunan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6% masih akan berlanjut, tergantung dari beberapa faktor.
BACA JUGA: 75 Juta Gen Z Indonesia Bisa Kesulitan Keuangan Gegara Tren YOLO dan FOMO
Khususnya terkait masa transisi pemerintahan yang baru. Apakah pemerintahan baru di Indonesia mampu memanfaatkan momentum optimisme global dan menjaga stabilitas indikator ekonomi.
"Faktanya saat ini masih defisit meskipun di kisaran 3%," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan stabilitas politik juga menjadi kunci penting. Sebab tanpa stabilitas politik yang baik dan kondusif, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa jadi tidak mencapai angka yang diharapkan.
Nilai tukar rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI berdasarkan data terakhir Jumat (27/9/2024) ada di posisi Rp15.138 per dolar AS.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan berdasarkan hasil RDG BI 17-18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%.
Menurutnya keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi pada tahun 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1%, penguatan dan stabilitas nilai tukar rupiah, dan perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi.
Ke depan, BI terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan sesuai dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta pertumbuhan ekonomi yang perlu terus didorong agar lebih tinggi.
"Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Mendag Sita 11.000 Ton Siku Baja Tanpa SNI Senilai Rp11 Miliar
- Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia Diklaim Mampu Menarik Investasi dari Jepang
- Harga Rokok di Indonesia Disebut Terlalu Murah, Picu Banyaknya Perokok
- Wuih! Bank Dunia Sebut Harga Beras di Indonesia Termahal se-Asia Tenggara
- Momen 5 Tahun Transformasi BUMN, PLN Lakukan Penyalaan Pertama Bantuan Pasang Baru Listrik di DIY
Advertisement
Peringati Hari Kopi Sedunia, Kopi Merapi dan Menoreh Khas DIY Akan Dibagikan di Malioboro
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Garuda Indonesia Masuk Jajaran Perusahaan Paling Terpercaya di Dunia Tahun 2024
- Hanya Sepekan, Rp9,73 Triliun Modal Asing Kabur dari RI
- Komunitas Baju Bekas Ingin Ada Pengecualian Terbatas untuk Kebijakan Larangan Impor
- Hari Ini Harga Cabai Rawit Naik Lagi Jadi Rp45.170 per Kilogram
- Lima Tahun Di Bawah Kepemimpinan Menteri BUMN Erick Thohir, Pengguna Mobil Listrik Alami Kenaikan
- 75 Juta Gen Z Indonesia Bisa Kesulitan Keuangan Gegara Tren YOLO dan FOMO
- WG Event Organizer Gelar Piala Srigala Offline Tournament Efootball Mobile 2025
Advertisement
Advertisement