Advertisement

Ini Pekerjaan Rumah Menuju Swasembada Energi Menurut Pakar UGM

Anisatul Umah
Senin, 21 Oktober 2024 - 11:27 WIB
Sunartono
Ini Pekerjaan Rumah Menuju Swasembada Energi Menurut Pakar UGM Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). (Freepik)

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA— Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmy Radhi mengatakan Presiden Prabowo Subianto menjanjikan RI bakal mencapai swasembada energi dalam 4-5 tahun dalam pidatonya setelah dilantik. Sebelum pelantikan Prabowo juga pernah menyampaikan komitmen untuk mencapai kedaulatan energi melalui pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), menggunakan sumber daya energi yang tersedia berlimpah.

Fahmy menjelaskan sumber daya energi tersebut di antaranya kelapa sawit yang bisa menghasilkan solar dan bensin, serta tanaman lain seperti singkong, tebu, sagu, jagung, dan lain-lain. Menurutnya Indonesia juga punya energi panas bumi atau geothermal, batu bara, energi tenaga air, angin, dan matahari.

"Masalahnya, Indonesia tidak memiliki teknologi untuk mengolah sumber daya energi tersebut menjadi EBT," ucapnya, Senin (21/10/2024).

Dia menjelaskan ada dua upaya yang harus dilakukan untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan. Pertama, menarik investor asing pemilik teknologi untuk bekerja sama dengan perusahaan energi dan BUMN dalam negeri.

Kedua mengembangkan riset (R&D) di dalam negeri dengan menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta perguruan tinggi di Indonesia untuk menghasilkan teknologi yang dibutuhkan.

"Butuh komitmen jangka panjang karena R&D membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar," jelasnya.

Menurutnya komitmen Prabowo untuk mencapai swasembada energi harus ditindak-lanjuti oleh menteri-menteri terkait Kabinet Merah Putih secara konsisten dan berkelanjutan.

Ia menyebut Pertamina sudah mengusahakan lewat program biodiesel, yakni pencampuran solar dengan minyak sawit. Dimulai dengan B20 meningkat ke B35, naik menjadi B-40. Lalu berhenti lantaran ENI, partner usaha dari Italia menghentikan kerjasama dengan Pertamina.

Lebih lanjut dia mengatakan pengembangan biodiesel sebagai program EBT berbasis sawit juga berpotensi bertabrakan dengan program pangan untuk menghasilkan minyak goreng.

Demikian juga dengan program gasifikasi, mengolah batubara menjadi gas juga mengalami kegagalan setelah Air Product partner usaha dari Amerika Serikat hengkang dari Indonesia.

"Alasannya, gasifikasi dinilai tidak mencapai keekonomian lantaran harga pasar batubara berfluktuasi," lanjutnya.

Sebelumnya, dalam pidatonya Prabowo menegaskan pentingnya kerjasama dan kolaborasi untuk mewujudkan swasembada energi. Hal ini menjadi penting untuk diwujudkan segera karena negara lain tidak akan menjual begitu saja sumber energi dalam keadaan kritis atau genting.

Prabowo mengatakan swasembada energi bukan menjadi hal mustahil untuk diwujudkan. Apalagi Indonesia memiliki banyak sumber-sumber energi alternatif yang dapat dimanfaatkan, seperti kelapa sawit dapat menjadi solar dan bensin. Serta tanaman-tanaman lainya seperti singkong, tebu, sagu, jagung dan lainnya.

"Kita harus swasembada energi dan kita mampu untuk swasembada energi karena kita diberi karunia oleh Tuhan Yang Maha Besar tanaman-tanaman yang membuat kita bisa menjadi tidak bergantung dengan negara lain," tutur Prabowo.

Selain berbasis tanaman, Prabowo juga menuturkan Indonesia memiliki sumber energi lain seperti air, dan panas bumi yang tersedia sangat banyak dan dapat dimanfaatkan. 

Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Luncurkan Mini Album, Vidas Gelar Orkes Merayu

Jogja
| Selasa, 03 Desember 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Berkunjung ke Chengdu Melihat Penangkaran Panda

Wisata
| Sabtu, 30 November 2024, 21:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement