Advertisement
Pakar Energi UGM Menilai Penerapan BBM Campuran Berbasis Minyak Sawit Belum Efektif

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Pemerintah mulai menerapkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dengan campuran bahan bakar nabati biodiesel berbasis minyak sawit sebesar 40% atau B40 per 1 Januari 2025. Melalui program ini diharapkan bisa meningkatkan ketahanan energi dan menekan emisi.
Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmy Radhi mengatakan pencapaian B40 sebagai energi bersih belum efektif, sebab 60% nya masih menggunakan energi kotor atau fosil. Menurutnya baru bisa efektif menjadi salah satu Energi Baru Terbarukan (EBT) jika sudah mencapai B100. "Belum efektif, 60 persen masih menggunakan energi kotor," ucapnya, Kamis (9/1/2025).
Advertisement
BACA JUGA : Harga Minyakita Masih Saja Mahal, Begini Komentar Mendag
Fahmy mengatakan alokasi B40 sebesar 15,6 juta kiloliter (kl) cukup berlebihan. Hal ini dikarenakan belum ada jaminan pasar akan menyerap B40 atau tetap menggunakan solar yang harganya lebih murah.
Ia menjelaskan untuk meningkat jadi B50 pada 2026 mendatang sebagaimana ditargetkan pemerintah, tidak terlalu banyak perbaikan yang perlu dilakukan. Kecuali untuk menuju ke B100. "Kalau perbaikan dari B40 menjadi B50 tidak banyak," ucapnya.
Penggunaan B100 berpotensi menimbulkan trade off penggunaan sawit antara untuk energi atau pangan. Kalau tidak dikelola secara benar bisa menimbulkan krisis.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah akan mendorong implementasi B50 pada 2026. Menurutnya jika ini dilakukan tidak ada lagi impor solar di 2026. Ia menyebut mandatori biodiesel ini menjadi bagian dari perintah Presiden tentang ketahanan energi dan mengurangi impor.
"Kita akan mendorong implementasi B50 pada 2026 dan kalau ini kita lakukan, maka impor kita terhadap solar, Insya Allah dipastikan sudah tidak ada lagi di tahun 2026."
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi menyampaikan program mandatori BBN ini dapat mengurangi impor BBM, sehingga menghemat devisa.
Penghematan devisa untuk B40 sebesar Rp147,5 triliun, sedangkan untuk B35 sebesar Rp122,98 triliun. Sehingga terjadi penghematan devisa sekitar Rp25 triliun dengan tidak mengimpor BBM jenis minyak solar. Pada 2025, pemerintah menetapkan alokasi B40 sebanyak 15,6 juta KL biodiesel. "Rincian 7,55 juta KL diperuntukkan bagi Public Service Obligation atau PSO, sementara 8,07 juta KL dialokasikan untuk non-PSO."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Garuda Indonesia Dapat Pinjaman Pemegang Saham Rp6,65 Triliun dari Danantara
- Pertamina Bentuk Timsus Investigasi Dugaan BBM Oplosan di Bali
- Harga Pangan Hari Ini: Daging Ayam & Gula Naik
- Banyak Kantor Bank Tutup, Kemenkeu: Bukan Kemunduran, Tapi Dampak Inovasi
- Harga Emas Antam di Pegadaian Hari Ini, Termurah Rp1.051.000 per 0,5 Gram
Advertisement

Lokasi Penjemputan Penumpang Bus Sinar Jaya Rute Malioboro ke Pantai Baron Gunungkidul Hari Ini Rabu 25 Juni 2025
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Harga Pangan Selasa 24 Juni 2025
- Harga Pangan Hari Ini: Daging Ayam & Gula Naik
- Pertamina Bentuk Timsus Investigasi Dugaan BBM Oplosan di Bali
- Danantara Melirik Peluang Kerja Sama dengan Industri Hiburan Korea Selatan
- Libur Sekolah Reservasi Hotel DIY Baru 38 Persen, PHRI DIY Targetkan 70 Persen
- 7,3 Juta Peserta Penerima Bantuan Iuran JKN Dinonaktifkan, Ini Syarat Agar Bisa Aktif Lagi
- Dibuka Peluang Jadi Mitra KAI Logistik untuk Warga
Advertisement
Advertisement