Advertisement
Perusahaan Amerika Serikat yang Pindahkan Produksi dari China Jadi Incaran India

Advertisement
Harianjogja.com, NEW DELHI—Perang tarif impor antara Amerika Serikat dan China menjadi peluang empuk bagi negara lain. Seperti India yang kini membidik dan berupaya menarik perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang memindahkan fasilitas produksinya dari China.
Seperti yang dikutip dari The Economic Times, Kamis (17/4/2025), langkah identifikasi diambil India untuk memanfaatkan pergeseran rantai pasok global, khususnya di sektor elektronik, mainan, dan farmasi, di tengah memanasnya perang tarif antara AS dan China, kata sumber yang tak disebutkan namanya kepada surat kabar itu.
Advertisement
Pemerintah India juga mendorong perusahaan-perusahaan domestik untuk menjangkau pasar AS. Menurut laporan, pemerintah telah menggelar pertemuan dengan perwakilan industri guna membahas strategi yang dapat ditempuh.
Langkah-langkah tersebut berkaitan dengan perundingan perdagangan bilateral antara Washington dan New Delhi yang dijadwalkan dimulai akhir pekan ini.
“Pemerintah telah mengidentifikasi 10–12 sektor seperti elektronik, farmasi, bahan kimia, otomotif, mainan, pendingin udara, peralatan rumah tangga, dan lainnya, di mana India memiliki keunggulan kompetitif dan sektor-sektor ini akan didukung,” ujar seorang sumber kepada The Economic Times.
Sementara sumber lain mengatakan bahwa pemerintah India akan mengutamakan bentuk kerja sama berupa usaha patungan dan perjanjian alih teknologi, mengingat India masih membutuhkan ekosistem industri yang lebih berkembang.
BACA JUGA: Tim Gegana Sterilisasi Dua Gereja di Bantul Jelang Paskah 2025
Sebelumnya pada 2 April lalu, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif timbal balik atas impor dari berbagai negara.
Tarif dasar ditetapkan sebesar 10 persen, dan tarif lebih tinggi diberlakukan terhadap 57 negara berdasarkan defisit perdagangan AS dengan masing-masing negara.
Selanjutnya pada 9 April, Trump menyatakan bahwa tarif dasar sebesar 10 persen akan diterapkan selama 90 hari terhadap lebih dari 75 negara yang tidak membalas kebijakan tarif AS dan mengajukan permintaan negosiasi, kecuali China.
Seiring berjalannya perang dagang, tarif AS terhadap barang-barang asal China mencapai 145 persen, sementara tarif China atas barang asal AS mencapai 125 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Jadwal Bus Damri Jogja Semarang Hari Ini 15 September 2025
- Ini Rencana Penyaluran Kedit BBNI Saat Kantongi Rp55 Triliun Dana Pemerintah
Advertisement

Baznas RI Turun Tangan Bantu Perbaikan Gizi Balita di Kulonprogo
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Hingga Juli 2025, Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp7.089 Triliun
- Pekerja Bisa Nikmati Relaksasi Bunga KPR Lewat BPJS Ketenagakerjaan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Anggaran Rp114 Triliun untuk Kemenkes 2026 Disepakati Komisi IX DPR
- KUR Perumahan Rp130 Triliun Dipastikan Cair Tahun Ini
- Mainan Jepang Jadi Magnet Wisata, Orang Dewasa Ikut Borong Koleksi
Advertisement
Advertisement