Advertisement

BI Akan Lihat Pengaruh Kenaikan Gaji terhadap Ekonomi di DIY

Kusnul Isti Qomah
Selasa, 02 April 2019 - 09:57 WIB
Mediani Dyah Natalia
BI Akan Lihat Pengaruh Kenaikan Gaji terhadap Ekonomi di DIY Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. - IST

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Momen kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN) ditambah semakin dekatnya pesta demokrasi dan Lebaran bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Namun, harus dilihat terlebih dahulu seberapa besar porsi dari masing-masing aspek.

Deputi Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sri Fitriani mengungkapkan peningkatan gaji pegawai negeri sipil akan memengaruhi pengeluaran atau belanja pemerintah. "Akan memengaruhi perekonomian, tetapi dilihat dahulu porsinya. Kemudian, uang itu digunakan untuk apa?" kata dia kepada Harian Jogja di Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa, Sleman, Senin (1/4).

Advertisement

Ia mengatakan ketika kenaikan gaji itu dimanfaatkan oleh ASN untuk konsumsi, maka sektor konsumsi akan meningkat dan produksi untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut. "Aktivitas yang berhubungan ya yang produksi. Secara enggak langsung, harapannya bisa mendukung ekonomi. Namun, akan dilihat dulu porsi kenaikan seperti apa dan perilaku PNS itu sendiri," kata dia.

Sementara, untuk agenda besar seperti Pemilu dan Lebaran, secara historis setiap ada event besar berskala nasional akan ada pengeluaran yang lebih banyak dibandingkan ketika tidak ada agenda. Namun, seberapa besar pengaruhnya, BI akan mengamati terlebih dahulu ketika agenda besar itu berlangsung.

 Inflasi Jogja

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY JB Priyono mengungkapkan BPS belum bisa menghitung pengaruh kenaikan gaji ASN, momen Pemilu dan Lebaran karena belum diterapkan. "Misalnya ketika harga bahan bakar turun harga awal Februari, kami baru bisa menghitung pengaruhnya mulai dari penurunan harga itu," kata dia kepada Harian Jogja di sela-sela Berita Resmi Statistik (BRS) BPS DIY.

BPS mencatat inflasi Jogja pada Maret 2019 sebesar 0,26%. Andil terbesar yang mendorong terjadi inflasi adalah komoditas bawang putih, naik sebesar 27,16%. Sementara, laju inflasi Maret 2019 terhadap Desember 2018 (inflasi kalender) sebesar 0,60%. "Untuk inflasi year on year (yoy)yakni Maret 2019 terhadap Maret 2018 sebesar 2,61 persen," kata dia.

Ia menjelaskan inflasi yoy ini lebih rendah atau kecil dibandingkan inflasi yoy bulan yang sama dari tahun-tahun sebelumnya. Inflasi yoy Maret 2018 (Maret 2018 terhadap Maret 2017) sebesar 3,29%, dan yoy Maret 2017 (Maret 2017 terhadap Maret 2016) yang sebesar 3,40%. Angka 2,61% menjadi indikasi yang bagus. "Ini menunjukkan upaya pengendalian harga komoditas yang diamati itu jauh lebih bagus. Intinya itu," kata dia.

 Volatile Food

Pada Maret 2019, perkembangan harga di DIY mencatatkan infasi sebesar 0,26% (month to month/mtm) atau 2,61% (yoy). Dengan realisasi tersebut, laju inflasi tahun kalender 2019 tercatat sebesar 0,60% (year to date/ytd). Pencapaian kali ini juga lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi DIY pada Maret dalam tiga tahun terakhir sebesar 0,03% (mtm).

Sri Ftriani menjelaskan bila melihat komponen inflasi, tekanan inflasi berasal dari inflasi volatile food yang tercatat sebesar 1,12% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Inflasi volatile food 2019 dipengaruhi oleh komoditas bumbu-bumbuan, terutama bawang merah dan bawang putih sejalan dengan terganggunya pasokan akibat gagal panen ditengah tingginya curah hujan dan kendala impor.

Sementara itu, komponen administered price masih mengalami deflasi sebesar 0,36% (mtm), meskipun lebih tinggi daripada bulan sebelumnya. Normalnya permintaan terhadap angkutan udara menyebabkan tarif angkutan udara cenderung menurun.

"Tekanan harga komoditas bensin masih melanjutkan penurunan sejalan dengan penurunan harga jual bahan bakar minyak oleh Pertamina per 10 Februari 2019," kata dia dalam keterangan resminya.

Di sisi lain, inflasi inti pada Februari 2019 relatif stabil, yaitu sebesar 0,23% (mtm). Tekanan inflasi dipengaruhi oleh kontrak rumah yang dipicu oleh penyesuaian tarif di awal tahun. Di samping itu, penyesuaian harga di awal tahun juga terjadi pada komoditas nasi dengan lauk yang turut berkontribusi terhadap tekanan inflasi inti.

Ia mengatakan pada 2019, Bank Indonesia DIY bersama TPID DIY berkomitmen untuk terus meningkatkan sinergi dan koordinasi antarlembaga di TPID DIY. Hal ini didukung oleh penyusunan Roadmap Pengendalian Inflasi DIY 2019-2022 untuk menjadi guidance program pengendalian inflasi di seluruh DIY dan telah ditetapkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) No.3/2019 tanggal 14 Januari 2019 tentang Peta Jalan (Roadmap) Pengendalian Inflasi Daerah DIY Tahun 2019-2021.

Pergub tersebut akan menjadi acuan bagi TPID DIY untuk bersama-sama berkomitmen dalam melakukan pengendalian inflasi di DIY. Dengan demikian diharapkan stabilisasi harga di daerah dapat terus terjaga dan sasaran inflasi 2019 sebesar 3,5%±1% (yoy) dapat tercapai.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Libur Panjang Paskah, Daop 6 Jogja Operasikan 5 KA Jarak Jauh Tambahan

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 18:37 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement