Advertisement
Mintun Ciptakan Karya dengan Sentuhan Cinta
Advertisement
Harianjogja,com, JOGJA—Berawal dari hobi senang menggambar dan saat masih duduk di bangku kuliah Seni Rupa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 2009, Evi Septin Wulandari mulai menuangkan ide-ide menggambarnya ke dalam berbagai media. Kini hobi itu dikembangkan menjadi brand Mintun.
Sejak duduk di bangku kuliah, Evi mulai menuangkan ide keahliannya menggoreskan kuas ke dalam berbagai media, mulai sepatu, kaus, dan membuat berbagai produk bersama rekan-rekannya untuk dijual. Seiring waktu berjalan ia menyelesaikan studinya dan sempat bekerja. Namun, setelah itu ia memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya dan memilih kerja sendiri, melanjutkan usaha kreatifnya.
Advertisement
Ia dibantu rekannya dulu yang juga menjadi pasangannya saat ini Andri Nugroho, mempertahankan Mintun yang ia ambil dari istilah bahasa Jawa. “Jadi yang melanjutkan tinggal saja dan Mas Andri yang awalnya dulu banyak sama teman-teman. Mintun dari istilah Jawa Mimi Lan Mintuna artinya untuk hidup rukun bahagia dengan cinta,” kata Evi, Jumat (20/9).
Kini berbagai gambar mulai dari idenya sendiri atau permintaan konsumen telah dibuatanya dan diaplikasikan pada berbagai media, seperti dompet, tas, buku catatan, pin dan berbagai media lainnya. Baik dengan gambar lukis manual maupun printing.
Permintaan gambar wajah menjadi salah satu yang paling banyak diminati, dengan sentuhan khas Mintun. Harga yang dipatok produk-produk Mintun pun berbagai macam dari puluhan ribu hingga ratusan ribu, tergantung cara pengerjaan manual atau printing dan jenis produk itu sendiri, serta tingkat kesulitan.
Produk-produk Mintun dijual dengan sistem ready stock dan juga berdasar pesanan atau custom serta bisa didapatkan secara offline di Dailynoon Store, Demangan, Mimosa Market di daerah selokan Mataram dan Kitasuka Store di Kasongan. Sementara untuk online melalui akun Instagram @mintun_hoh.
Penjualan produk Mintun sendiri telah merambah tidak hanya di Kota Jogja tetapi juga, Jakarta, Bandung hingga luar Pulau Jawa. Dikatakannya yang menjadi tantangan saat ini cukup kewalahan ia ketika menerima banyaknya permintaan, karena lebih banyak dikerjakan sendiri.
Evi mengatakan produknya memiliki pembeda dengan produk-produk sejenis. Pertama, dari karakter tema yang dibuat. Kedua, bahan yang digunakan, tidak hanya kanvas, tetapi juga dicampur dengan kain drill atau denim, dan juga memperhatikan kain bagian dalam. Ketiga, yaitu model tas yang dibuat tidak hanya totebag, namun berbagai macam tas. “Ke depan pengin lebih banyak lagi variasi tema, model, atau desain. Pengen punya toko kecil, bisa membuat workshop di situ dan bisa belajar bareng,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
- Satgas Pemberantasan Keuangan Ilegal Blokir 585 Situs Pinjol Ilegal
- Melemahnya Rupiah Tidak Lantas Mendorong Naiknya Kunjungan Wisman ke DIY
Advertisement
Jalan Rusak di Sleman Tak Kunjung Diperbaiki, Warga Pasang Spanduk Obyek Wisata Jeglongan Sewu
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
- Mark Zuckerberg Jadi Orang Terkaya Ke-3 di Dunia, Kalahkan Elon Musk
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
- OJK Klaim Ketahanan Perbankan Terjaga di Tengah Pelemahan Rupiah
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- AirAsia Batalkan Penerbangan ke Malaysia Akibat Erupsi Gunung Raung di Sitaro Sulut
- Rupiah Melemah, HIPMI Usulkan Ini kepada Pemerintah
Advertisement
Advertisement