Advertisement
Jogja Catatkan Deflasi 0,17 Persen di September, Konsumsi Masyarakat Perlu Didorong
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kota Jogja mencatatkan deflasi 0,17% pada September, terjadinya deflasi dikarenakan perkembangan harga berbagai komoditas pada September 2021 secara umum menunjukkan adanya penurunan. Konsumsi masyarakat dinilai juga perlu ditingkatkan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Sugeng Arianto mengatakan terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,21 pada Agustus 2021 menjadi 107,03 pada September 2021. Sementara itu tingkat inflasi tahun kalender September 2021 terhadap Desember 2020 sebesar 0,88% dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun September 2021 terhadap September 2020 sebesar 1,58%.
Advertisement
BACA JUGA : Kota Jogja Mengalami Deflasi 0,04%
“Deflasi terjadi karena turunnya harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks harga konsumen kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,01%, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,02%, dan kelompok transportasi sebesar 0,17%,” ujar Sugeng, Jumat (1/10/2021).
Kelompok yang mengalami inflasi yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,11%, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,15%, kelompok kesehatan sebesar 0,13%, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,02%, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,40%, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,65%.
“Adapun kelompok yang relatif stabil yaitu kelompok pendidikan, dan kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran,” ucap Sugeng.
Deputi Kepala Bank Indonesia (BI) DIY, Miyono mengatakan pada September aktivitas masyarakat sudah berjalan, namun belum sesuai yang diharapkan. “Dari sisi demand ada peningkatan, tetapi belum banyak. Sementara dari sisi supply memang berlebih,” ucap Miyono.
BACA JUGA : DIY Alami Deflasi 0,24% tetapi Stok Bahan Pangan Aman
Miyono mengatakan di Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY dalam menjaga inflasi, tidak hanya kestabilan harga rendah terus, tapi juga melihat sisi produsen. “Kala terus rendah, produsen rugi, petani terpuruk. Memang harus seimbangkan, harga yang bagus seimbang level terjangkau,” ucapnya.
Untuk itu menurutnya penting aktivitas mulai berjalan, seperti pariwisata, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan tetap memperhatikan prokes yang ketat, dan kewajiban sudah tervaksin. Sekitar 66% ekonomi DIY dari konsumsi. Ketika pergerakan manusia dibatasi, wisatawan dan mahasiswa tidak ada, konsumsi turun. Akhirnya deflasi, karena demand turun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Ratusan Juta Rupiah Dicairkan BPJS Ketenagakerjaan buat Pekerja di Kulonprogo
Advertisement
Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Menginap Super Hemat Selama Bulan Mei di The Atrium Hotel and Resort
- 4 Bank Bangkrut di April 2024, Ini Daftarnya
- Harga Emas Batangan Antam Merosot, Ini Daftarnya
- Layanan Seller Tokopedia Naik, Begini Simulasi Perhitungannya
- Resmi! Menteri Teten Tegaskan Tak Larang Warung Madura Buka 24 Jam
- Barang Kiriman dari Luar Negeri Kini Bebas Bea Masuk, Ini Syaratnya
- Buruh Minta Upah Murah Dihapus, Begini Penjelasan Kalangan Pengusaha
Advertisement
Advertisement