Advertisement
Industri Teksil Masih Butuh Bantuan Pemerintah
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Kinerja industri tekstil hingga saat ini belum juga menunjukkan ke arah yang lebih baik meskipun telah mendapatkan bantuan insentif dan regulasi yang ketat dari pemerintah.
Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terjadi penurunan pada utilisasi industri tekstil Mei 2023, yaitu menjadi 67,59%. Sama halnya dengan industri pakaian yang menurun utilisasinya hingga 74,79%.
Advertisement
Baca Juga: Musim Masuk Sekolah, Pelaku Industri Tekstil: Penjualan Kami Tetap Drop
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal menilai kebangkitan industri tekstil merupakan pekerjaan besar pemerintah yang mesti dilakukan secara bertahap. Pasalnya, ada banyak pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan dari segi pasar maupun fasilitas pengolahan.
Dia menuturkan dari sisi daya saing industri TPT, perlu efisiensi biaya produksi untuk meningkatkan daya saing dan menahan tingginya harga jual. Dalam hal ini, insentif operasional menjadi kunci untuk menurunkan ongkos produksi.
"Memang perlu ada insentif untuk membantu dari biaya produksi, atau komponen lain selain upah, yaitu dari sisi energi nya, logistik, pajak, dan lainnya yang membantu industri ini supaya biaya produksinya tidak semakin tinggi, sehingga harga jualnya juga semakin kompetitif," jelasnya.
Dari sisi pelaku industri, tak sedikit yang melakukan efisiensi ongkos produksi dengan merelokasi pabrik tekstil ke wilayah dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang lebih rendah, kebanyakan relokasi terjadi dari Jawa Barat ke Jawa Tengah.
Faisal berpendapat kondisi tersebut semestinya menjadi dorongan bagi regulator atau pemerintah untuk memfasilitasi relokasi fasilitas manufaktur dengan menyediakan infrastruktur dasar seperti ketersediaan listrik, air, dan akses konektivitas ke pelabuhan, jalan tol, dan lainnya.
"Selain keperluan logistik, dari sisi hilir atau pasarnya juga perlu diperhatikan, karena dari sisi pasar juga persaingan ketat maka ini yang bisa menyebabkan industri ini akan mengalami penurunan," ungkapnya.
Ekspor produk TPT tengah mengalami kontraksi mendalam. Hal ini tak mengherankan, sebab ada banyak negara yang lebih unggul dalam hal ongkos produksi sehingga harga jual di pasar lebih kompetitif.
Penurunan nilai ekspor TPT pada periode Januari-April 2023 tercatat US$3,7 miliar, turun 28,44 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$5,1 miliar.
Apalagi, Bank Indonesia juga memprediksi perlambatan Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat tahun 2023 sebesar 0,9 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada kawasan Eropa dan negara tujuan ekspor lainnya. Kondisi tersebut berdampak pada kinerja Industri TPT nasional yang memiliki tujuan utama ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa.
Lebih lanjut, Faisal menjelaskan bahwa potensi dalam negeri yang saat ini menjadi harapan bagi pemulihan industri tekstil. Untuk itu, pemerintah memiliki pekerjaan besar untuk mendorong daya saing industri lewat aliran insetif dan pengawasan impor tekstil ilegal yang tengah marak terjadi.
"Kebijakan-kebijakan yang sifatnya menjaga akses pasar dan juga daya saing di pasar dalam negeri menjadi sangat penting, salah satunya dengan mengontrol impor barang-barang ilegal, seperti barang bekas dari luar yang perlu diawasi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pemerintahan Prabowo Diminta Bangun Industri LPG Bahan Baku Lokal
- Toko Online Temu Asal China Dilarang Masuk Indonesia, Ini Alasan Menkominfo
- Mendag Sita 11.000 Ton Siku Baja Tanpa SNI Senilai Rp11 Miliar
- Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia Diklaim Mampu Menarik Investasi dari Jepang
- Harga Rokok di Indonesia Disebut Terlalu Murah, Picu Banyaknya Perokok
Advertisement
Pengajuan Bantuan RTLH ke Pemkab Kulonprogo Belum Direspons, Begini Tanggapan DPUPKP
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas Antam Hari Ini, 11 Oktober 2024, Naik Jadi Rp1,48 Juta per Gram
- Sejarah Panjang Bong Suwung yang Kini Suwung usai Ditertibkan KAI
- Harga BBM Turun Bisa Bikin Deflasi Lagi? Ini Penjelasan BPS DIY
- Hasil Table Top di Bali, Asita DIY Sebut Masih Banyak PR untuk Gaet Wisman ke Jogja
- Tekan Angka Stunting, Alfamart Sahabat Posyandu Kembali Digelar di Kota Jogja
- PAFI Kota Kediri Berkontribusi pada Peningkatan Kompetensi Apoteker
- Yamaha Rilis Varian dan Warna Terbaru Fazzio Hybrid Series, Skutik Gen Z yang Auto Worth It
Advertisement
Advertisement