OJK Klaim Ketahanan Perbankan Terjaga di Tengah Pelemahan Rupiah
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai ketahanan perbankan nasional masih tetap terjaga di tengah pelemahan rupiah dan tekanan geopolitik global. Berdasarkan hasil uji ketahanan atau stress test yang dilakukan OJK.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengatakan pengaruh pelemahan rupiah tidak signifikan berdampak langsung pada permodalan bank. Mengingat posisi devisa neto (PDN) perbankan Indonesia masih jauh dibawah threshold. Secara umum dalam posisi PDN 'long atau aset valas lebih besar dari kewajiban valas.
Advertisement
Ia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dalam menghadapi dampak geopolitik global yang saat ini terjadi. Menurutnya ketenangan dan rasionalitas dari masyarakat, serta koordinasi antar otoritas terkait, merupakan faktor kunci. "Dalam menghadapi dinamika perekonomian global yang saat ini terjadi," ucapnya dalam keterangan resminya, Jumat (19/04/2024).
Menurutnya OJK rutin melakukan uji ketahanan terhadap perbankan. Menggunakan beberapa variabel skenario makroekonomi dan mempertimbangkan faktor risiko utama yaitu risiko kredit dan risiko pasar.
Baca Juga
OJK Setop Kebijakan Restrukturisasi Pembiayaan Covid-19 Sektor PVML
OJK DIY Sebut Tidak Ada BPR/BPRS Diawasi Karena Bermasalah
Restrukturisasi Kredit Covid Segera Berakhir, Ini Permintaan OJK DIY untuk Perbankan
Menurutnya capital adequacy ratio (CAR) yang masih tinggi diyakini mampu menyerap fluktuasi nilai tukar rupiah maupun suku bunga yang masih tertahan relatif tinggi. "Porsi dana pihak ketiga (DPK) sampai akhir Maret 2024 masih cukup baik."
Penguatan dolar AS, kata Dian, berdampak pada seluruh mata uang global. Tercermin dari Dollar Index yang mencatatkan tren kenaikan sejak akhir Maret 2024.
Lebih lanjut dia menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kebijakan suku bunga high for longer yang masih berlanjut di tengah kuatnya perekonomian AS namun bersamaan dengan laju inflasi AS yang masih cukup jauh dari target 2%.
Diperkuat dengan pernyataan The Fed belum akan terburu-buru menurunkan suku bunga. Dan akan terus melihat perkembangan data-data perekonomian ke depan. "Konflik Iran-Israel menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya perang yang makin meluas dan dapat membebani perekonomian dunia," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
- Nilai Impor pada Oktober 2024 Capai 21,94 Miliar Dolar AS, Naik 16,54 Persen
Advertisement
Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Jumat 22 November 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- BI Janjikan Insentif untuk Perbankan Dukung Program 3 Juta Rumah
- Di Electricity Connect 2024, PLN Galang Kolaborasi Global Wujudkan Transisi Energi di Indonesia
- Hasil Sidak, 4 SPBU di DIY Ditutup karena Melakukan Kecurangan, Ini Daftarnya
- OJK Awasi Ketat Entitas Pinjol KoinP2P
- Perbanyak Transaksi di GoFood, Menangkan Pengalaman Eksklusif Konser MALIQ & DEssentials
- Ekonom Dukung Keputusan BI Tahan Suku Bunga 6%
- PPN Jadi 12% Tahun Depan, Harga Barang Elektronik Juga Bakal Ikut Naik
Advertisement
Advertisement