Advertisement
DIY Bakal Deflasi atau Inflasi, Ini Proyeksi Ekonom

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat September 2024 DIY mengalami deflasi 0,10% secara bulanan (month-to-month/mtm). Ini menjadi deflasi ke 5 sepanjang 2024.
Ekonom Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Nano Prawoto memperkirakan pada Oktober 2024 akan terjadi inflasi tipis di kisaran 0,02% secara bulanan. Dia menyebut kebijakan QR Code untuk pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi berdampak pada kenaikan ongkos untuk transportasi. Sehingga meningkatkan biaya makanan dan minuman.
Menurutnya masyarakat yang belum terinformasi biasanya akan membeli BBM non subsidi. Ketidaksiapan masyarakat ini membuat pengeluaran terdongkrak. "Berdampak meskipun kecil ke transportasi," ucapnya, Sabtu (26/10/2024).
Selain itu, menurutnya faktor lain pendorong inflasi bulan ini adalah semakin meningkatnya pariwisata di DIY menjelang akhir tahun. Tren inflasi diperkirakan akan berlanjut sampai Desember.
"Akhir tahun ini wisata sudah mulai ada kenaikan, perkiraan saya besok inflasi meskipun tipis," lanjutnya.
Sementara itu, Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y. Sri Susilo memperkirakan Oktober 2024 secara tahunan atau (year-on-year/yoy) masih akan inflasi. Namun secara bulanan dia menyebut akan deflasi, besarannya tidak jauh dari bulan lalu.
BACA JUGA: Polda Jawa Tengah Mulai Menyidik Kasus Dugaan Pemerkosaan Dua Remaja di Purworejo
Dia menyebut deflasi diperkirakan masih akan berlanjut karena belum ada faktor pengungkit. Belum ada momentum yang mendongkrak untuk mengarah ke inflasi.
Sri mengatakan penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6% secara makro belum terlalu berdampak. Di mana dari penurunan suku bunga ini diharapkan bisa menurunkan suku bunga kredit di bank, sehingga meningkatkan konsumsi masyarakat.
"Kalau bicara mtm masih ada kemungkinan deflasi karena belum ada daya pengungkit," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan harga bahan pokok di DIY saat ini juga cenderung stabil tidak ada gejolak. Menurutnya jika volatile food seperti beras, telur, ayam, cabai, dan lainnya bergejolak bisa menyebabkan inflasi.
"Gak ada gejolak, kalau prediksi saya tetap deflasi," kata Sri.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Setoran Dividen BUMN untuk APBN Dialihkan ke Danantara, Kementerian Keuangan Putar Otak
- Nilai Investasi Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia Tembus Rp15,1 Triliun
- Asosiasi E-Commerce Diajak untuk Mencegah Perdagangan Ilegal Satwa Liar
- Serapan Tenaga Kerja DIY Capai 34.950 Orang dalam Setahun
- Pengin Menabung di Deposito? Berikut Bunga Deposito BCA, Mandiri, BNI, dan BRI Terbaru
Advertisement

Truk Bermuatan Batu Alam Kecelakaan Tunggal di Piyungan, Sopir Meninggal di Tempat
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Rocketindo: Lebih dari Sekadar Marketing Agency, Penyedia Layanan Omni Channel yang Mendorong Kesuksesan Brand di Indonesia
- Tak Ingin Ada Diskriminasi Usia dalam Rekrutmen Tenaga Kerja, Menaker Bakal Sisir Aturan Batasan Usia
- Pemerintah Pusat Siapkan Inpres Infrastruktur untuk Bantu Daerah
- Setoran Dividen BUMN untuk APBN Dialihkan ke Danantara, Kementerian Keuangan Putar Otak
- Harga Emas Antam, UBS, dan Galeri24 Kompak Turun Hari Ini 9 Mei 2025
- Harga Pangan Hari Ini 9 Mei 2025: Daging Ayam dan Cabai Naik
Advertisement