Advertisement

Warganet Ribut Soal Harga Pertamax Naik, Bagaimana Penjualan BBK Ini?

Rheisnayu Cyntara
Selasa, 10 Juli 2018 - 15:30 WIB
Mediani Dyah Natalia
Warganet Ribut Soal Harga Pertamax Naik, Bagaimana Penjualan BBK Ini? SPBU Pertamina. Ilustrasi - Solopos/Nicolous Irawan

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dampak kenaikan harga Pertamax di wilayah DIY dan Jawa Tengah dari Rp8.900 menjadi Rp9.500 pada awal Juli ini tak begitu terasa di lapangan. Konsumsi masyarakat akan harga bahan bakar khusus (BBK) ini tercatat masih stabil. 

Ketua Hiswana Migas DIY Siswanto mengakui dampak kenaikan harga Pertamax tak begitu terasa di lapangan. Hal itu terlihat dari jumlah konsumsi harian bahan bakar Pertamax di SPBU yang tak berubah. Ia menyebut jumlah konsumsi stagnan. Jika ada penurunan tidak mencapai angka 1% sejak kebijakan tersebut diterapkan pada 1 Juli lalu. Artinya kenaikan harga ini, tak lantas membuat konsumen Pertamax beralih ke jenis bahan bakar lain seperti Pertalite yang harganya lebih murah. 

Advertisement

"Misalnya SPBU yang kebutuhan konsumsi hariannya tiga ton Pertamax, sekarang tetap segitu. Saya lihat seluruh SPBU yang totalnya berjumlah 106 begitu, stagnan konsumsinya," katanya kepada Harian Jogja, Senin (9/7). 

Siswanto menuturkan hal itu disebabkan segmen konsumen Pertamax yang menyasar masyarakat kelas menengah ke atas. Konsumen BBK ini merupakan masyarakat yang secara finansial sudah stabil sehingga kenaikan harga Pertamax dianggap tak begitu memengaruhi keuangan mereka. Maka dengan adanya kenaikan harga ini, mereka tak lantas beralih mengonsumsi bahan bakar jenis lain untuk kendaraannya. 

Apalagi Siswanto menganggap dengan tingkat kemampuan finansial konsumen Pertamax, mereka lebih mengutamakan kualitas dibandingkan harga. Mereka memilih bahan bakar yang pengaruhnya lebih baik kepada mesin kendaraan mereka meskipun harganya lebih mahal. Belum lagi soal tarikan mesin yang lebih halus jika menggunakan Pertamax. "Intinya konsumen sekarang makin cerdas. Mereka akan membeli bahan bakar sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing, tidak terpengaruh dengan naik turunnya harga," ujarnya. 

Sebagaimana diketahui, penyesuaian harga bahan bakar jenis Pertamax Series dan Dex Series sejak awal Juli merupakan dampak dari harga minyak mentah dunia yang terus merangkak naik. Tercatat saat ini, harga minyak dunia mencapai US$75 [Rp1,073 juta] per barel. Padahal Indonesia merupakan negara pengimpor minyak. Bahan baku BBM juga merupakan minyak mentah. Maka ketika harga minyak dunia naik tentu akan diikuti kenaikan BBM. 

Apalagi kini permintaan akan minyak cenderung terus meningkat, karena pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kian membaik. Hal itu mengakibatkan tidak seimbangnya antara suplai minyak mentah dan permintaan. Mau tak mau, pemerintah pun harus menyesuaikan dengan hal itu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Masa Jabatan Lurah Diperpanjang, Apdesi Bantul: Harus Dioptimalkan Untuk Peningkatan Kinerja Lurah

Bantul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement