Advertisement
Dolar AS Menguat, Penukaran Valas Masih Lengang

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Hingga Sabtu (23/6) penukaran valuta asing (valas) di kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank (KUPVA BB) masih lengang. Belum banyak masyarakat yang membeli maupun menjual mata uang miliknya meski rupiah kembali melemah ke level Rp14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan setelah libur cuti bersama Hari Raya Idulfitri.
Pegawai PT Cahaya Abadi Valas Haryono mengatakan pasca-Lebaran, penukaran valas masih sangat sepi padahal ini sudah memasuki libur musim panas di luar negeri, saat para wisatawan asing mulai membanjiri Jogja. Bahkan KUPVA cenderung lebih ramai pada saat sebelum Lebaran. Para wisatawan asing banyak menukarkan uangnya saat kondisi rupiah cenderung stabil di level Rp13.000 per dolar AS. "Wisatawan asing biasanya menukar sesuai kebutuhan, mereka akan menukar uang secukupnya untuk digunakan selama liburan di sini, jadi periodik. Ramai-ramainya sebelum Lebaran. Ini hari ketiga kami buka setelah Lebaran, sepi," katanya kepada Harian Jogja.
Advertisement
Haryono menuturkan beberapa mata uang yang banyak ditukarkan adalah dolar AS dan Singapura, euro serta ringgit. Menurut dia, mata uang ringgit banyak ditukarkan karena bertepatan dengan kepulangan para tenaga kerja Indonesia (TKI) ke kampung halaman. Mereka menukarkan uang ringgit untuk kemudian diberikan saat Hari Raya Idulfitri. Namun rata-rata masih menukarkan uang di bawah nominal Rp10 juta, belum ada transaksi besar terutama saat ada kabar kenaikan suku bunga oleh BI.
Dia mengatakan sentimen atas kebijakan tersebut cukup membuat para pemegang valas berhati-hati melepaskan uangnya. Meski dolar AS menguat, belum banyak orang yang menjual valas miliknya. Mereka masih menunggu fluktuasi rupiah terhadap dolar AS. Haryono menambahkan KUPVA makin sepi pada akhir pekan. Sebab bank tutup di akhir pekan dan masyarakat yang ingin menukar valas dalam jumlah besar tidak bisa mengambil uang di bank. Oleh sebab itu banyak dari mereka yang memilih untuk menukarkan uang saat weekdays.
BACA JUGA
Sebagaimana diketahui pada Kamis (22/6) lalu, rupiah dibuka pada Rp14.000 dan merosot hingga Rp14.099 atau sebesar 1,20% dari penutupan perdagangan pada 8 Juni. Ini merupakan titik terendah sejak November 2016. Oleh sebab itu, Bank Indonesia berencana kembali menaikkan suku bunga acuan meski telah naik sebanyak dua kali pada 2018 ini. Hal ini seiring dengan langkah Federal Reserve yang menaikkan Fed Fund Rate sebanyak empat kali pada tahun ini.
Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menuturkan jika Bank Sentral menaikkan suku bunga acuan secara berkala dalam waktu yang cepat dan jumlah yang besar, maka dapat memengaruhi daya beli masyarakat Indonesia. Tak hanya itu, laju pertumbuhan ekonomi pun akan menurun. Ia juga memprediksi Rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.000 hingga Rp14.150 per dolar AS selama sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Harga Emas Perhiasan Dorong Inflasi September 2025
- Daop 6 Jogja Sebut Tingkat Ketepatan Waktu Keberangkatan Capai 99,81 Persen
- Etanol 3,5 Persen Picu Polemik, Pertamina Klaim Tekan Emisi
- Sosok Bjorka yang Ditangkap Polisi Belum Lulus Sekolah dan Pengangguran
- Impor Sapi Bakal Dilonggarkan untuk Percepat Swasembada
Advertisement

Dua SPPG di Gunungkidul Ditutup Imbas Dugaan Keracunan MBG
Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya
Advertisement
Berita Populer
- Naik Lagi! Harga Emas Antam Tembus Rp2.250.000 per Gram
- Harga BBM SPBU Pertamina, BP, Shell dan Vivo
- Analis Prediksi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Melemah
- Harga Sembako Senin 6 Oktober 2025
- Cara Purbaya Berantas Rokok Ilegal, Cukai Tak Naik
- Pertamina Patra Niaga Ungkap Sejumlah Hoaks Terkait BBM
- Harga Emas Perhiasan Dorong Inflasi September 2025
Advertisement
Advertisement