Advertisement

COKELAT PEGAGAN WON DIS : Saatnya Produk Lokal Berbinar

Kusnul Isti Qomah
Jum'at, 17 Mei 2019 - 22:42 WIB
Mediani Dyah Natalia
COKELAT PEGAGAN WON DIS : Saatnya Produk Lokal Berbinar Owner Cokelat Won Dis Dwi Martuti Rahayu./ Ist - Dok Pribadi Dwi Martuti Rahayu

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Berawal dengan motivasi membuat anak-anak mau mengonsumsi sayuran, Dwi Martuti Rahayu mencari strategi agar anak-anak tetap mendapat asupan gizi, tetapi dengan senang hati. Saat itulah ia melahirkan cokelat yang dicampur daun pegagan. Saat ini, produk yang diberi nama Won Dis itu pun makin laris dan mampu mengangkat potensi lokal berupa kakao dan pegagan di Kalibawang, Kulonprogo. 

Di ujung teleponnya, Owner Cokelat Won Dis sekaligus Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Pawon Gendis Dwi Martuti Rahayu bercerita dengan semangat awal perjalannya menelurkan karya cokelat pegagan yang sekarang berkembang menjadi aneka ragam rasa. Pada mulanya produk yang dikembakan oleh KWT Pawon Gendis adalah kripik, eggroll, krupuk, dawet, pecel, dan makanan lain dengan berbahan dasar pegagan.

Advertisement

Kemudian pada 2014, Martuti memiliki ide untuk membuat cokelat yang dicampur dengan pegagan. Mulanya, cokelat ini ditujukan bagi anak-anak. "Niat awalnya untuk anak-anak. Dalam masa pertumbuhan, pegagan sangat bagus dikonsumsi anak-anak untuk multivitamin otak dan menambah daya ingat, tetapi, enggak semua anak-anak suka sayuran dalam bentuk apapun. Kemudian, saya ada ide untuk mencampurkan pegagan dengan cokelat dan anak-anak pasti suka," ujar dia, Jumat (17/5).

Pada mulanya, produksi cokelat pegagan dilakukan secara sederhana yakni membeli cokelat dari toko bahan roti. Kemudian, pada 2016, produk cokelat pegagan buatannya mulai mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Kulonprogo. Ketika ditanya kenapa tidak memakai bahan baku cokelat dari Kulonprogo, Martuti pun menjawab dengan apa adanya bahwa di Kulonprogo tidak ada bubuk cokelat melainkan kakao.

"Padahal Kulonprogo produksi kakao tinggi dibanding Gunungkidul, tetapi Gunungkidul mulai mengolah. Saya kemudian ditantang untuk mengolah kakao. Saya terima tantangan itu dengan dua yakni mendapatkan fasilitas alat dan disiapkan sumber daya manusia (SDM)," jelas dia.

Para anggota KWT Pawon Gendis pun diajak untuk studi banding ke daerah-daerah yang memiliki potensi kakao dan cokelat. Pada 2017, ia mendapatkan fasilitas alat untuk mengolah kakao menjadi permen cokelat. Kemudian, pada 12 Oktober 2017, merek cokelat Won Dis pun diresmikan.

Pada 2018, ia kembali mendapatkan fasilitas alat untuk mengolah kakao menjadi bubuk cokelat. Oleh karena itu, saat ini ada dua jenis produk cokelat Won Dis yang disediakan yakni permen dan bubuk cokelat. "Tahun ini, kami dapat fasilitas lagi berupa rumah produksi. Kami tidak ingin hanya berjualan produk, tetapi kami juga ingin mebagikan edukasi bagaimana cara pembuatan produk dan juga soal wisata kuliner," papar dia.

 

13 Varian

Martuti mengatakan produksi dilakukan tergantung dari stok produk yang ada. Ada 13 varian permen cokelat di antaranya cokelat pegagan, kacang tanah, kulit jeruk, kopi, gula semut, green tea, dan lainnya. Untuk cokelat bubuk pun ada beragam rasa misalnya pegagan, original, dark, milk, gula semut, jahe. Harga jualnya bervariasi mulai dari Rp10.000 hingga Rp35.000.

"Meskipun saat ini ada banyak varian dari cokelat Won Dis, tetapi pegagan tetap menjadi bintangnya. Itulah keunikannya," kata dia.

Konsumen Won Dis berasal dari berbagai kalangan. Ada dari masyarakat lokal, akademisi, wisatawan, dan pemerintahan. Kesempatan memasarkan Won Dis semakin luas sejak beroperasinya Yogyakarta International Airport (YIA). Won Dis merupakan salah satu produk UMKM yang lolos kurasi. Minat masyarakat pun tinggi terhadap Won Dis di YIA. Buktinya, Martuti kerap diminta menambah stok cokelat. Won Dis juga hadir di Tomira di Kulonprogo.

"Cita-cita saya, rumah produksi ini tidak sekadar jadi tempat produksi juga jadi tempat edukasi. Selain itu, melalui Won Dis ingin memberikan motivasi kepada petani kakao untuk meningkatkan kualitas tanaman dan mau mengolahnya sehingga ada nilai tambah untuk mereka dan harga jualnya tinggi," katanya.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Sabtu 20 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 00:57 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement