Advertisement
COKELAT PEGAGAN WON DIS : Saatnya Produk Lokal Berbinar
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Berawal dengan motivasi membuat anak-anak mau mengonsumsi sayuran, Dwi Martuti Rahayu mencari strategi agar anak-anak tetap mendapat asupan gizi, tetapi dengan senang hati. Saat itulah ia melahirkan cokelat yang dicampur daun pegagan. Saat ini, produk yang diberi nama Won Dis itu pun makin laris dan mampu mengangkat potensi lokal berupa kakao dan pegagan di Kalibawang, Kulonprogo.
Di ujung teleponnya, Owner Cokelat Won Dis sekaligus Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Pawon Gendis Dwi Martuti Rahayu bercerita dengan semangat awal perjalannya menelurkan karya cokelat pegagan yang sekarang berkembang menjadi aneka ragam rasa. Pada mulanya produk yang dikembakan oleh KWT Pawon Gendis adalah kripik, eggroll, krupuk, dawet, pecel, dan makanan lain dengan berbahan dasar pegagan.
Advertisement
Kemudian pada 2014, Martuti memiliki ide untuk membuat cokelat yang dicampur dengan pegagan. Mulanya, cokelat ini ditujukan bagi anak-anak. "Niat awalnya untuk anak-anak. Dalam masa pertumbuhan, pegagan sangat bagus dikonsumsi anak-anak untuk multivitamin otak dan menambah daya ingat, tetapi, enggak semua anak-anak suka sayuran dalam bentuk apapun. Kemudian, saya ada ide untuk mencampurkan pegagan dengan cokelat dan anak-anak pasti suka," ujar dia, Jumat (17/5).
Pada mulanya, produksi cokelat pegagan dilakukan secara sederhana yakni membeli cokelat dari toko bahan roti. Kemudian, pada 2016, produk cokelat pegagan buatannya mulai mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Kulonprogo. Ketika ditanya kenapa tidak memakai bahan baku cokelat dari Kulonprogo, Martuti pun menjawab dengan apa adanya bahwa di Kulonprogo tidak ada bubuk cokelat melainkan kakao.
"Padahal Kulonprogo produksi kakao tinggi dibanding Gunungkidul, tetapi Gunungkidul mulai mengolah. Saya kemudian ditantang untuk mengolah kakao. Saya terima tantangan itu dengan dua yakni mendapatkan fasilitas alat dan disiapkan sumber daya manusia (SDM)," jelas dia.
Para anggota KWT Pawon Gendis pun diajak untuk studi banding ke daerah-daerah yang memiliki potensi kakao dan cokelat. Pada 2017, ia mendapatkan fasilitas alat untuk mengolah kakao menjadi permen cokelat. Kemudian, pada 12 Oktober 2017, merek cokelat Won Dis pun diresmikan.
Pada 2018, ia kembali mendapatkan fasilitas alat untuk mengolah kakao menjadi bubuk cokelat. Oleh karena itu, saat ini ada dua jenis produk cokelat Won Dis yang disediakan yakni permen dan bubuk cokelat. "Tahun ini, kami dapat fasilitas lagi berupa rumah produksi. Kami tidak ingin hanya berjualan produk, tetapi kami juga ingin mebagikan edukasi bagaimana cara pembuatan produk dan juga soal wisata kuliner," papar dia.
13 Varian
Martuti mengatakan produksi dilakukan tergantung dari stok produk yang ada. Ada 13 varian permen cokelat di antaranya cokelat pegagan, kacang tanah, kulit jeruk, kopi, gula semut, green tea, dan lainnya. Untuk cokelat bubuk pun ada beragam rasa misalnya pegagan, original, dark, milk, gula semut, jahe. Harga jualnya bervariasi mulai dari Rp10.000 hingga Rp35.000.
"Meskipun saat ini ada banyak varian dari cokelat Won Dis, tetapi pegagan tetap menjadi bintangnya. Itulah keunikannya," kata dia.
Konsumen Won Dis berasal dari berbagai kalangan. Ada dari masyarakat lokal, akademisi, wisatawan, dan pemerintahan. Kesempatan memasarkan Won Dis semakin luas sejak beroperasinya Yogyakarta International Airport (YIA). Won Dis merupakan salah satu produk UMKM yang lolos kurasi. Minat masyarakat pun tinggi terhadap Won Dis di YIA. Buktinya, Martuti kerap diminta menambah stok cokelat. Won Dis juga hadir di Tomira di Kulonprogo.
"Cita-cita saya, rumah produksi ini tidak sekadar jadi tempat produksi juga jadi tempat edukasi. Selain itu, melalui Won Dis ingin memberikan motivasi kepada petani kakao untuk meningkatkan kualitas tanaman dan mau mengolahnya sehingga ada nilai tambah untuk mereka dan harga jualnya tinggi," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
- Satgas Pemberantasan Keuangan Ilegal Blokir 585 Situs Pinjol Ilegal
- Melemahnya Rupiah Tidak Lantas Mendorong Naiknya Kunjungan Wisman ke DIY
Advertisement
Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Sabtu 20 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
Advertisement
Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter
Advertisement
Berita Populer
- Usai Libur Lebaran, Harga Cabai, Daging, Bawang Merah dan Gula Kompak Naik
- INNSiDE Yogyakarta Umumkan Pemenang Grand Prize Bu Iin
- Antisipasi Perang Iran Israel, Program Gas Murah Bakal Dilanjutkan
- PT KAI Sebut KA Joglosemarkerto Jadi Favorit saat Libur Lebaran
- Nilai Tukar Rupiah Remuk, Ini Langkah Menteri Keuangan Sri Mulyani Selamatkan Ekonomi
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
- Mark Zuckerberg Jadi Orang Terkaya Ke-3 di Dunia, Kalahkan Elon Musk
Advertisement
Advertisement