Advertisement
Pendapatan Operator Seluler Diklaim Menurun, Ini Penyebabnya
Petugas Telkomsel meninjau peningkatan kapasitas jaringan di salah satu BTS di Sumatra Bagian Selatan. istimewa
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Industri telekomunikasi masih dihantui dengan perang tarif yang membuat pendapatan operator dan kualitas layanan masyarakat tidak optimal.
Pemerintah diharapkan terlibat dalam pengaturan harga untuk industri telekomunikasi yang lebih sehat dan kualitas layanan yang lebih baik di era digital.
Advertisement
Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam mengatakan setelah lebih dari 1,5 tahun pandemi Covid-19 terjadi, persaingan antaroperator seluler masih sangat intens.
Operator berlomba untuk menghadirkan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, salah satunya paket data unlimited dengan harga yang terjangkau.
“Namun, [harga yang terjangkau] menunjukkan bahwa kompetisi pasar masih terdorong pada persaingan harga, yang disayangkan tidak mendorong peningkatan kualitas layanan yang berdampak pada penurunan tarif rupiah per megabite,” kata Hendri dalam acara diskusi Akhir Tahun Telekomunikasi, Kamis (2/12/2021).
Hendri mengatakan perang harga berdampak pada arus kas operator seluler yang rendah, bahkan beberapa ada yang mencatatkan kinerja yang negatif.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (Atsi) Ririek Adriansyah mengatakan saat ini tarif layanan di industri telekomunikasi selular persaingan harga masih cukup berat.
Pemerintah diharapkan dapat terlibat dalam pengaturan harga agar industri menjadi lebih sehat. “Agar persaingan di industri telekomunikasi kemudian menjadi lebih sehat,” kata Ririek.
Dia menuturkan harga yang terlalu murah secara jangka pendek nampak baik untuk masyarakat, tetapi sebenarnya untuk jangka panjang kurang baik. Tarif murah mengganggu arus keuangan operator yang juga berisiko turunnya kualitas layanan yang diterima masyarakat.
Sebagai gambaran untuk meningkatkan kualitas layanan operator membutuhkan dukungan permodalan yang kuat. Dampak dari pendapatan yang rendah adalah turunnya kualitas layanan operator seluler. Dalam beberapa hal dikhawatirkan operator tersebut tidak dapat bertahan.
“Ini yang harus kita cari titik keseimbangan dan pemerintah bisa membuat peraturan yang mengatur harga layanan lebih adil, yang membuat operator dapat menjaga kualitas layanan,” kata Ririek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bantul Diminta Siaga Hadapi Puncak Cuaca Ekstrem Februari
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Harga Cabai Rawit Tembus Rp72.700, Telur Ayam Naik Lagi
- Harga Emas UBS Naik Tipis, Galeri24 Tetap Stabil
- Regulasi Baru, Kenaikan UMP 2026 Berpotensi Berbeda di Tiap Daerah
- Kinerja Belanja APBN DIY Capai Rp16,66 Triliun hingga Oktober 2025
- Persaingan Chatbot AI Memanas, Pertumbuhan ChatGPT Mulai Melambat
- Indonesia Tak Lagi Impor Beras Medium pada 2025
- Harga Emas UBS dan Galeri24 Kompak Turun per 7 Desember
Advertisement
Advertisement




