Advertisement
Masalah Sampah Bisa Berdampak ke Sektor Wisata, Ini Penjelasan GIPI DIY
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Persoalan penanganan sampah di Jogja hingga kini belum selesai. Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY menyebut masalah sampah bisa berdampak ke sektor pariwisata.
Wakil Ketua GIPI DIY, Erwan Widyarto menjelaskan, pariwisata mengharuskan adanya something to do, something to buy, something to see, something to remember.
Advertisement
Menurutnya jika yang dilihat dikotori oleh tumpukan sampah bisa dipastikan akan membuat wisatawan menjadi jengah. Dampaknya yang diingat adalah masalah sampah tersebut, bukan kenangan indah seputar atraksi atau keindahan alam di DIY.
"Terutama jika sampah yang tidak terkelola berada atau dekat dengan tempat wisata," ucapnya, Selasa (9/7/2024).
Dia menjelaskan para pelaku industri pariwisata terus berusaha mewujudkan DIY sebagai destinasi pariwisata yang bertanggung-jawab. Salah satunya melalui edukasi dan pengelolaan sampah di destinasi.
Erwan mengatakan sejumlah hotel mengelola sampah organiknya menjadi pupuk cair. Beberapa kampung wisata juga sudah melakukan hal yang sama seperti
Kampung Wisata Prenggan dan Purbayan.
Lebih lanjut dia mengatakan, sejauh ini belum ada informasi yang menunjukkan pembatalan kunjungan wisatawan karena masalah sampah. Namun, semua stakeholder pariwisata di DIY semakin menyadari pentingnya menjaga keberlanjutan industri pariwisata.
"Pengelola desa wisata antusias meningkatkan kapasitas SDM-nya agar bisa mengelola sampah dari kegiatan pariwisata," jelasnya.
Ia menyebut selama ini pariwisata selalu dijadikan tersangka berbagai masalah yang ada seperti jalanan macet hingga masalah saat ini terkait sampah. Pariwisata, kata Erwan, bisa lepas dari tudingan tersebut dengan melakukan beberapa hal.
Seperti pelaku wisata dan pemerintah secara serius membenahi tata kelola pengelolaan sampah. Setiap orang adalah penghasil sampah, sehingga wajib mengelola sampah yang dihasilkan.
"Dilakukan dengan reduce, reuse, recycle (3R)," ungkapnya.
Dia mencontohkan upaya pengurangan sampah bisa dilakukan dengan mengganti welcome drink di desa wisata dari kemasan plastik menjadi minuman khas lokal disajikan dengan wadah gelas gerabah, cangkir blirik dan lainnya. Welcome snack juga bisa disajikan dengan konsep nirsampah.
Langkah berikutnya penanganan sampah dilakukan dengan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir. Dia mengaku sudah berkeliling ke desa wisata untuk melakukan edukasi mengelola sampah di destinasi.
"Semoga cara mengelola sampah yang benar dan berwawasan lingkungan ini benar-benar dilaksanakan." (Anisatul Umah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Dirut Pertamina Nicke Widyawati Cek Ketersediaan Elpiji 3 Kg di Surakarta
- Johann Rupert Jadi Orang Terkaya di Afrika, Berikut Profilnya
- Harga Emas Antam Hari Ini (1/9) Stagnan, Termurah Rp750.500
- Bencana Kekeringan, Ini Langkah untuk Mengurangi Dampaknya Menurut Pakar dari UMY
- Geser Francoise Bettencourt Meyers, Alice Walton Jadi Perempuan terkaya Dunia
Advertisement
Mahasiswa UPN Veteran Jogja Hilang Sejak Juli Lalu, Terakhir Kali Terpantau di Gunungkidul
Advertisement
Resor Ski Indoor Terbesar di Dunia di Shanghai China, Berukuran 350 Ribu Meter Persegi
Advertisement
Berita Populer
- Harga Telur Ayam Ras Naik Rp28.560 per Kg, Harga Ikan Turun
- Ini Kata Pendiri Telegram Pavel Durov Soal Penangkapannya di Prancis
- Penyelenggara Pinjol Diminta Mitigasi Risiko untuk Berantas Judi Online
- Novotel Suites Malioboro Terus Mendukung Program Ramah Lingkungan
- Event Land of Leisures 2024 Digelar di Plaza Ambarrukmo Jogja
- Kredit Bermasalah UMKM DIY Tinggi, OJK Minta Perbankan Intens Lakukan Penagihan
- Prediksi Pakar Ekonomi Terkait BI Rate di September 2024
Advertisement
Advertisement