Advertisement

Bencana Kekeringan, Ini Langkah untuk Mengurangi Dampaknya Menurut Pakar dari UMY

Anisatul Umah
Jum'at, 30 Agustus 2024 - 16:27 WIB
Maya Herawati
Bencana Kekeringan, Ini Langkah untuk Mengurangi Dampaknya Menurut Pakar dari UMY Kekeringan / Ilustrasi StockCake

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY memperpanjang status siaga darurat kekeringan sampai akhir September 2024. Status siaga darurat kekeringan ditetapkan sepanjang Agustus lalu akibat kemarau berkepanjangan.

Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian UMY, Oki Wijaya menyampaikan ada beberapa upaya yang bisa dilakukan pemerintah dan petani untuk meminimalisir dampak kekeringan. Beberapa upaya yang bisa dilakukan pemerintah diantaranya lewat optimalisasi sistem irigasi.

Menurutnya infrastruktur irigasi perlu ditingkatkan untuk memastikan distribusi air yang efisien dan merata ke lahan pertanian, terutama di daerah rawan kekeringan. Bisa dilakukan dengan membangun dan memperbaiki jaringan irigasi.

"Serta mengembangkan teknologi irigasi tetes atau sprinkler yang hemat air," ucapnya, Jumat (30/8/2024).

Kemudian pemerintah dapat mendorong penggunaan teknologi pertanian yang lebih adaptif terhadap kekeringan. Seperti varietas tanaman tahan kekeringan atau sistem pertanian berbasis teknologi informasi untuk pemantauan cuaca dan kebutuhan air tanaman.

Selanjutnya, memberikan edukasi dan pelatihan kepada petani tentang praktik pertanian yang lebih efisien dalam penggunaan air. Seperti penggunaan mulsa untuk mengurangi penguapan air dari tanah, serta teknik budidaya konservasi tanah dan air.

"Mendorong diversifikasi jenis tanaman dengan menanam tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan atau tanaman yang membutuhkan air lebih sedikit," jelasnya.

Langkah lainnya bisa dengan mengembangkan dan mengimplementasikan skema asuransi pertanian, untuk memberikan perlindungan kepada petani terhadap kerugian yang diakibatkan oleh gagal panen akibat kekeringan. Dan terakhir,
memperkuat sistem pemantauan dan peringatan dini terhadap kondisi kekeringan.

"Sehingga petani dapat mengambil langkah antisipatif lebih awal untuk melindungi tanaman mereka," ucapnya.

Sementara dari sisi petani perlu menerapkan teknik pengelolaan air yang efisien, seperti menggunakan sistem irigasi tetes atau irigasi sprinkler.

Serta melakukan pengelolaan air tanah dengan baik untuk memastikan tanaman tetap mendapatkan suplai air yang cukup selama periode kekeringan.

Lalu memilih dan menanam varietas tanaman yang telah terbukti lebih tahan terhadap kondisi kekeringan. Varietas ini umumnya memiliki kebutuhan air yang lebih rendah dan dapat tetap produktif meskipun kondisi air terbatas.

Advertisement

Petani juga bisa menggunakan mulsa organik atau plastik di sekitar tanaman untuk mengurangi evaporasi air dari tanah, menjaga kelembaban tanah, dan mengurangi suhu tanah.

"Petani dapat mengurangi risiko gagal panen dengan menanam berbagai jenis tanaman yang lebih adaptif terhadap kondisi kering," kata Oki.

Lebih lanjut dia mengatakan petani bisa menerapkan rotasi tanaman dan polikultur. Menanam lebih dari satu jenis tanaman dalam satu lahan untuk menjaga kesuburan tanah dan mengurangi kebutuhan air yang berlebihan.

Dan terakhir petani juga bisa mengadopsi teknik pertanian konservasi seperti penanaman tanpa olah tanah (no-till farming) atau pertanian berbasis agroforestri yang dapat meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air dan menjaga kelembaban tanah.

"Dengan kombinasi upaya dari pemerintah dan petani, dampak kekeringan terhadap sektor pertanian di DIY dapat diminimalkan," katanya. 

BACA JUGA: SPBU di DIY Mulai Sosialisasi Rencana Pembatasan Pembelian Pertalite dan Solar


Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad mengatakan, berdasarkan koordinasi pihaknya dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hari tanpa hujan di DIY masih akan berlangsung sampai dengan Oktober dasarian tiga mendatang. Pada masa itu hujan akan turun tetapi masih dalam intensitas rendah.

"Makanya kami memutuskan untuk memperpanjang, karena kabupaten semua juga memperpanjang status siaga darurat kekeringannya," kata Noviar.

Status siaga darurat kekeringan itu nantinya akan berlaku sampai 30 September 2024. Adapun surat ketetapan (SK)-nya masih berada di Gubernur DIY untuk segera disahkan. Dengan begitu upaya-upaya penyaluran bantuan air bersih masih akan dilakukan.

"Aktivitasnya masih sama, tindakan berupa penyaluran air ke masyarakat terutama yang di Gunungkidul, Bantul dan Kulonprogo," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Tenggelam Dalam Lautan Buku, Ini Rekomendasi Perpustakaan di Jogja

Jogja
| Minggu, 15 September 2024, 21:57 WIB

Advertisement

alt

Kota Jogja Masih Jadi Magnet Wisatawan

Wisata
| Minggu, 08 September 2024, 11:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement