BI DIY: Pasokan Pangan Melimpah Bikin Volatile Food Sumbang Deflasi DIY
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— DIY mencatatkan deflasi sebanyak 5 kali sepanjang 2024 yakni pada Januari 0,02%, Mei 0,08%, Juni 0,25%, Juli 0,03%, dan September 0,10% secara bulanan atau (month-to-month/mtm).
Menanggapi hal ini Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Ibrahim menjelaskan ada 3 komponen utama penyebab inflasi, di antaranya core inflasi, volatile food, dan harga yang diatur pemerintah.
Menurutnya dari 3 komponen ini pergerakannya yang melambat cukup tajam adalah kelompok volatile food. Hal ini terjadi karena tahun lalu harga pangan sangat tinggi, dan tahun ini relatif turun karena panen hortikultura cukup banyak, sementara permintaan sama. Ia berpandangan ini lebih kearah normalisasi harga seperti periode-periode sebelumnya.
Advertisement
BACA JUGA: Selama Oktober 2024, BI Sebut Inflasi di DIY Terkendali
Dia menjelaskan pasokan yang lebih banyak daripada permintaan menyebabkan terjadinya penurunan harga. "Ini kalau dibalikkan ke tahun-tahun sebelumnya, memang ada normalisasi khususnya komponen volatile food seperti cabai bawang," ucapnya, Sabtu (16/11/2024).
Ibrahim menjelaskan dari sisi konsumsi dipengaruhi banyak faktor. Jika dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada Triwulan III 2024 justru capaian DIY lebih baik dari nasional dan tertinggi di Pulau Jawa yakni sebesar 5,05% (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan yang masih di atas 5% menandakan konsumsi masyarakat masih tumbuh. Ia menyebut walaupun terjadi perlambatan tidak sampai minus, esensinya adalah masih tumbuh.
Ia mengibaratkan misalnya pada triwulan ini ada peningkatan pendapatan Rp100.000 namun di triwulan sebelumnya ada penambahan pendapatan Rp150.000. Meskipun lebih rendah tapi masih tumbuh.
"Kalau bicara daya beli yang kami khawatirkan sampai minus," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, BI DIY sangat terbuka dengan berbagai masukan dari ekonom dan pihak-pihak lain yang memperhatikan kondisi ekonomi DIY. Masukan ini bisa menjadi pandangan untuk melihat faktor risiko dan menjadi input bagi BI DIY.
Sementara itu tugas dari otoritas baik di DIY dan nasional adalah memberikan insentif bagi dunia usaha. Sehingga tetap bisa bertumbuh. "Melihat potensi yang harus kami waspadai dan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi," lanjutnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Herum Fajarwati menyampaikan capaian pertumbuhan ekonomi di Triwulan III 2024 cukup menggembirakan. Sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari konstruksi, karena masih ada beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN) di DIY.
"Alhamdulillah pertumbuhan ekonomi Triwulan III mampu tumbuh 5,05%. Di antara Pulau Jawa, DIY tertinggi tumbuhnya, dan juga lebih tinggi dari nasional," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Nilai Impor pada Oktober 2024 Capai 21,94 Miliar Dolar AS, Naik 16,54 Persen
- Pembatasan Anggaran Perdin Bakal Berdampak pada MICE di Jogja, Ini Strategi yang akan Dilakukan PHRI DIY
- Wakil Menteri Luar Negeri Minta Dunia Hentikan Hubungan Ekonomi dengan Israel
- Harga Emas Antam Hari Ini 12 November 2024 Turun Drastis, Termurah Rp791.000
- Jelang Natal dan Tahun Baru, Menko Zulhas Klaim Stok Beras Aman
Advertisement
Advertisement
Yogyakarta Marriott Hotel Ajak Tamu Nikmati Keajaiban Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
Advertisement
Berita Populer
- 1O1 Yogyakarta Tugu dan Museum Benteng Vredeburg Hadirkan Peaceful Harmony
- BEI Catat Enam Persen Investor Syariah Berasal dari DIY
- Harga Pangan Hari Ini: Berikut Daftar Kenaikan Harga Komoditas Beras hingga Cabai, Sabtu 16 November 2024
- Harga Emas Antam Turun Rp2000 Pergram pada Sabtu 16 November
- BI DIY: Pasokan Pangan Melimpah Bikin Volatile Food Sumbang Deflasi DIY
- BEI DIY Ambil Peran Mengentaskan Judi Online, Ini Upayanya
Advertisement
Advertisement