Advertisement
Backlog Rumah Tidak Layak Huni di DIY Mencapai 56.000 Unit
![Backlog Rumah Tidak Layak Huni di DIY Mencapai 56.000 Unit](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/11/1203819/rehab-bedah-rumah-ok.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Energi, dan Sumber Daya Alam (PUP-ESDM) DIY, Anna Rina Herbranti menyampaikan backlog Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di DIY masih cukup banyak, sekitar 56.000 unit.
Menurutnya untuk mengentaskan backlog ini perlu dikerjakan bersama-sama, baik dengan pemerintah pusat dan juga melalui program corporate social responsibility (CSR).
Advertisement
BACA JUGA: Belasan Ribu Rumah di Gunungkidul Berstatus Tak Layak Huni
Dia mengatakan program CSR sangat membantu dalam mengentaskan backlog rumah tidak layak huni di DIY. Ia mengatakan jumlah rumah yang dibangun kembali atau direnovasi setiap tahunnya tidak bisa dipastikan, tergantung pada anggaran.
"Rumah tidak layak backlog masih sekitar 56.000, masih cukup banyak," tuturnya, Selasa (11/2/2025).
Anna menjelaskan rumah tidak layak huni terbagi menjadi 2, pertama rumah yang hanya perlu rehab dan kedua rumah yang perlu dilakukan pembangunan baru. Khusus untuk rehab biasanya yang diperbaiki adalah atap, lantai, dan dinding.
Anggaran untuk rehab per rumah Rp20 juta dan untuk membangun rumah baru Rp50 juta. "[jumlah renovasi dan bangun] tergantung anggaran," tuturnya.
Menanggapi program 3 juta rumah, Anna mengatakan belum ada petunjuk teknis (Juknis) dan petunjuk pelaksanaan (Juklak) yang langsung ke Pemerintah Daerah (Pemda) DIY. Program rumah subsidi menurutnya sudah ada namun terkait jumlahnya dikoordinasikan langsung dengan perbankan.
Ia menjelaskan tantangan membangun rumah subsidi di DIY adalah harga tanah yang sudah mahal. Sehingga tidak bisa lagi membangun di area perkotaan.
Oleh karena itu perlu disinergikan dengan pembangunan sarana prasarana yang ada di luar perkotaan DIY. Mulai dari jalan, penerangan, dan lainnya dibangun dengan baik.
"Kuotanya [rumah subsidi] ada di bank, pusat kasih kuota ke bank," lanjutnya.
Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara (BTN) Kantor Cabang (KC) Yogyakarta menargetkan penyaluran kredit rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di 2025 sebesar Rp60 miliar, naik sekitar 40% dibandingkan dengan 2024 sebesar Rp43 miliar.
Target penyaluran kredit rumah MBR tahun ini cukup tinggi dalam rangka mendukung program 3 juta rumah Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Branch Manager BTN Yogyakarta, Arjuna Putra Kinasih berharap melalui peningkatan ini semakin banyak masyarakat yang terakomodasi untuk punya rumah. Ia menjelaskan MBR yang bisa diakomodir adalah dengan penghasilan maksimal Rp8 juta sudah menikah dan Rp7 juta belum menikah.
"Data kermain itu kami 273 unit dari total sekitar Rp43 miliar 2024, di 2025 target kami Rp60 miliar, mau naikkan 40% nan," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Makin Tajir, Baru 2 Bulan, Meta Bikin Kekayaan Mark Zuckerberg Bertambah Rp660 Triliun
- Pengecer LPG 3 Kg Jadi Sub-Pangkalan, Ini Komentar Pakar Energi UGM
- Menhub Dudy Upayakan Harga Tiket Pesawat Bisa Turun Lagi Jelang Lebaran 2025
- Tragedi di Pantai Drini, Puspar UGM Sebut Aspek Keamanan dan Keselamatan Berwisata Harus Diutamakan
- Pengecer Boleh Berjualan Lagi, Pemda DIY Pastikan Stok dan Harga LPG 3 Kg Stabil
Advertisement
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/07/1203446/ray.jpg)
Hangat dan Intimnya Romantic Dinner Hari Valentine bareng Pasangan di Royal Garden
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas Antam Hari Ini 11 Februari 2025 Naik Signifikan, RP1,70 Juta per Gram
- Donald Trump Resmi Sahkan Tarif 25 Persen untuk Impor Baja dan Aluminium
- Daihatsu Sebut Penurunan Penjualan Mobil Awal Tahun Imbas PPN 12 Persen
- Harga Pangan Hari Ini 11 Februari 2025: Cabai, Beras hingga Bawang Turun
- Smartfren for Business & Siemens Jalin Kemitraan Strategis untuk Kembangkan Solusi Smart Manufacturing
- OJK Sebut Tantangan dan Ketidakpastian Ekonomi 2025 Dinilai Tak Mudah
- Backlog Rumah Tidak Layak Huni di DIY Mencapai 56.000 Unit
Advertisement
Advertisement