Advertisement
Okupansi Hotel di DIY Turun 20% Dibandingkan Lebaran Tahun Lalu

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA–Okupansi hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama masa libur Lebaran 2025 turun 20% dibandingkan dengan periode Idulfitri tahun sebelumnya. Tak hanya di Bumi Mataram, okupansi hotel di Solo juga turun dengan jumlah yang sama.
Penurunan jumlah tamu hotel selama masa libur Lebaran itu diungkapkan oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Daya beli menjadi salah satu pemicu rendahnya okupansi pada periode ini.
Advertisement
Sekjen PHRI Maulana Yusran menyampaikan, tingkat okupansi hotel di beberapa daerah seperti Solo dan DIY turun sekitar 20% dibanding periode Lebaran tahun lalu. “Penurunannya cukup signifikan. Kalau kita data dari beberapa daerah, mereka mencapai 20% penurunannya,” kata Maulana, Rabu (2/4/2025).
BACA JUGA : Sehari, 41.197 Kendaraan Keluar dari Pintu Tol di Klaten
Namun secara keseluruhan, PHRI belum bisa menyampaikan berapa persen penurunan okupansi hotel, mengingat momen libur Lebaran masih akan berlangsung hingga 7 April 2025. Maulana menuturkan, penurunan tingkat okupansi hotel sejalan dengan menurunnya pergerakan pemudik pada Lebaran tahun ini.
Merujuk data Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah pemudik pada Lebaran tahun ini diperkirakan 146,48 juta orang atau sekitar 52% dari penduduk Indonesia. Angka tersebut turun sebesar 24% dibanding tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik. “Orang yang bergerak dulu kan yang didata. Nah, itu kalau dari situ sudah turun ya otomatis bisa penurunan [okupansi] itu sudah pasti ada,” ujar Maulana.
BACA JUGA : Mau ke Malioboro? Parkir di Gor Amongraga, Ada Shuttle Bus Siap Mengantar
Menurutnya, ada sejumlah faktor yang memicu penurunan jumlah pemudik, yang berujung pada lesunya okupansi hotel. Pertama adalah melemahnya daya beli. Ia menjelaskan lemahnya daya beli akan membuat masyarakat untuk menahan pengeluarannya dengan tidak berwisata. “Enggak mungkin mereka akan bergerak berwisata kalau mereka tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan wisata. Jadi daya beli itu adalah ukuran nomor satu,” jelasnya.
Selain itu, kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja juga menjadi salah satu faktor. Apalagi, pemerintah saat ini tengah melakukan efisiensi anggaran tahun 2025 yang berdampak kepada berbagai sektor. “Dengan situasi kayak gitu kan masyarakat tentu akan menahan untuk melakukan spending. Karena kita belum tahu situasi ke depannya seperti apa,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kaum Pekerja Kini Bisa Mengadu ke Wakil Menteri Tenaga Kerja lewat Kanal Buruh Tanya Wamen
- Gandeng Perusahaan Asal Brasil, Kementan Bakal Buka Peternakan Sapi 10 Ribu Hektare
- MPBI DIY Dukung Demo Ojol Besar-besaran Besok, Ada 6 Poin Tuntutan
- Mentan Klaim Stok Beras 3,8 Juta Ton
- Harga Emas Antam Hari Ini: Rp1,894 Juta per Gram
Advertisement

Lama Bersekolah di Gunungkidul Masih Setara Kelas 1 SMP, Pemkab Luncurkan Geni Seko Gunung untuk Pacu Pendidikan
Advertisement

Berikut Sejumlah Destinasi Wisata Berbasis Pedesaan di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Heboh Rekening Nasabah Bank Terblokir Massal, Ini Penjelasan PPATK
- Harga Emas di Pegadaian Hari Ini, Emas Antam Dibanderol Mulai Rp1,94 Juta
- Bank Sentral Amerika Serikat The Fed Bakal PHK Ribuan Karyawan, Ini Penjelasannya
- Rupiah Hari Ini Dibuka Melemah, Sentuh Rp16.480 per Dolar AS
- Berikut Harga BBM Pertamina, Shell, Vivo, BP pada Pekan Ketiga Mei
- Harga Emas Antam Hari Ini: Rp1,894 Juta per Gram
- Mentan Klaim Stok Beras 3,8 Juta Ton
Advertisement