Advertisement
Uang Beredar Lebaran 2025 di DIY Turun 21% Menjadi Rp4,6 Triliun

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Bank Indonesia (BI) Perwakilan DIY mencatat peredaran uang pada periode Ramadhan dan Idulfitri (RAFI) 2025 di DIY mencapai Rp4,6 triliun. Hal in turun 21% dibandingkan dengan peredaran uang periode RAFI 2024 sebesar Rp5,8 triliun
Deputi Kepala Perwakilan BI DIY, Hermanto mengatakan untuk realisasi yang ditukarkan oleh masyarakat pada periode RAFI 2025 sebesar Rp43,9 miliar. "Turun 21% dari peredaran uang periode RAFI 2024," ucapnya, Kamis (10/4/2025).
Ia menjelaskan kondisi ini antara lain disebabkan oleh preferensi masyarakat yang semakin banyak menggunakan transaksi non tunai secara digital. Menurutnya hal ini terlihat dari realisasi nominal transaksi QRIS di DIY pada Januari-Februari 2025 mencapai Rp6,79 triliun atau naik 274,9% dari Januari-Februari 2024 sebesar Rp1,81 triliun.
"Nominal transaksi menggunakan uang elektronik juga meningkat, yaitu dari Rp1,58 triliun pada Januari-Februari 2024 naik 10,1% menjadi Rp1,74 triliun pada Januari-Februari 2025."
Menanggapi kondisi ini, Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y. Sri Susilo mengatakan salah satu penyebab turunnya uang beredar adalah daya beli. Di mana menurutnya penurunan daya beli masyarakat sudah terindikasi sejak pertengahan tahun lalu saat terjadi penurunan kelas menengah.
Fenomena ini terus berlanjut kemudian terdeteksi lagi dan diperkuat dengan fenomena menjelang lebaran tahun ini. Mulai dari indikasi jumlah pemudik yang turun 24%, penumpang kereta api turun 7%, angkutan bis turun 20%, dan juga pesawat 8%.
"Menjelang lebaran ini jumlah transaksi melalui kartu kredit dan debit turun, berarti kan konsumsi turun. Kemudian QRIS juga ada kecenderungan turun," ungkapnya.
Menurutnya berbagai penurunan ini menunjukkan aktivitas konsumsi turun, identik dengan penurunan daya beli. Masyarakat juga lebih berhati-hati dalam belanja untuk menambah tabungan mereka.
"Istilahnya menjaga saving untuk jaga-jaga atau precautionary saving. Aku gak mudik, lebih baik uangnya buat yang lain dulu buat jaga-jaga ini terjadi," tuturnya mencontohkan.
BACA JUGA: Ekonomi DIY Berpotensi Kecipratan Dampak Positif Uang
Lebih lanjut dia mengatakan, tinggi rendahnya penurunan uang beredar sifatnya relatif, namun baginya penurunan 21% cukup signifikan. Apabila dikaitkan dengan aktivitas DIY yang lebih dekat dengan pariwisata dan pendidikan, bisa dipastikan aktivitas Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions (MICE) DIY berkurang.
Sri menyebut hal ini disebabkan anggaran pemerintah yang ditekan habis-habisan sehingga event dari pemerintah berkurang. Lalu tingkat hunian turun beserta turunnya.
"Tampaknya trend berlanjut, kondisi Indonesia gak lepas dari kondisi ekonomi global," lanjutnya.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Negosiasi Tarif Impor, Amerika Serikat Persoalkan Penggunaan QRIS dan GPN di Indonesia
- Harga Emas Hari Ini Kembali Meroket, Tembus Rp2,04 Juta
- Pemerintah Menyambut Baik Investasi Microsoft Rp27 Triliun untuk Cloud dan AI di Indonesia
- Nego Tarif Impor AS-Jepang, Trump Turun Gunung
- Warga Berbondong-Bondong Beli Emas Batangan, Ini Menurut Ekonom UAJY
Advertisement

Tabung Salju di Tempat Cuci Mobil Meledak, Satu Orang Meninggal Dunia
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Wacana Penghapusan Kuota Impor Dikhawatirkan Bisa Mematikan Produk Pangan Lokal
- Perusahaan Amerika Serikat yang Pindahkan Produksi dari China Jadi Incaran India
- Pemerintah Menyambut Baik Investasi Microsoft Rp27 Triliun untuk Cloud dan AI di Indonesia
- Harga Emas Hari Ini Kembali Meroket, Tembus Rp2,04 Juta
- Harga Pangan Hari Ini, Jumat 18 April 2025, Cabai Rawit Makin Pedas
- Begini Upaya BEI Jaga Stabilitas Pasar Modal Hadapi Kebijakan Trump
- XLSMART Resmi Berdiri,Kekuatan Baru Masa Depan Digital Indonesia
Advertisement