Advertisement
Laba Meituan-Alibaba Tertekan, Akibat Perang Harga di E-commerce

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Persaingan sengit antar raksasa e-commerce China untuk memperebutkan pasar instant retail atau layanan belanja dengan pengantaran cepat dalam satu jam diperkirakan semakin menekan laba jangka pendek hingga menengah perusahaan, sekaligus berkontribusi pada tekanan deflasi di ekonomi terbesar kedua dunia itu.
BACA JUGA: Harga Emas Hari Ini Naik
Advertisement
Melansir laman Reuters pada Selasa (9/9/2025) Alibaba Group (9988.HK), Meituan (3690.HK), dan JD.com (9618.HK) terus membanjiri konsumen dengan diskon dan kupon demi merebut pangsa pasar. Strategi bakar uang ini menggerus margin keuntungan dan memicu pertanyaan investor mengenai arah strategi bisnis mereka. Selain itu, regulator China mulai mengawasi ketat tren perang harga ini.
Pemerintah khawatir spiral penurunan harga akan semakin menekan kondisi ekonomi domestik, yang sebelumnya sudah terguncang akibat lemahnya harga properti serta ketidakstabilan pekerjaan, sehingga membuat konsumsi masyarakat lesu.
Dalam laporan kinerja kuartal II/2025, isu kompetisi mendominasi pernyataan eksekutif maupun diskusi dengan analis. CEO JD.com Sandy Xu menilai kompetisi yang ada sudah berlebihan dan tidak berkelanjutan.
CEO Meituan Wang Xing menyebut adanya fase baru persaingan, sementara co-CEO PDD Holdings, Zhao Jiazhen, menegaskan kompetisi semakin intensif.
Awal tahun ini, JD.com meluncurkan aplikasi untuk menyaingi bisnis utama Meituan di sektor food delivery. Alibaba, yang juga mengoperasikan Ele.me, ikut meningkatkan investasi pada segmen yang sama.
Ketiga perusahaan tersebut telah berkomitmen menggelontorkan dana miliaran dolar demi menguasai pasar. Nomura memperkirakan total uang tunai yang dibakar industri mencapai lebih dari US$4 miliar atau sekitar Rp61,6 triliun hanya pada kuartal II.
“Situasi ini semakin mirip permainan ‘adu ayam’, di mana investasi awal bisa terbuang percuma bagi pihak yang menyerah lebih dulu. Kami memperkirakan persaingan sengit ini berlanjut setidaknya hingga festival belanja Singles’ Day pada November mendatang,” kata Kepala Riset Internet UBS Investment Bank China, Kenneth Fong.
S&P Global memproyeksikan Meituan, JD.com, dan Alibaba akan menggelontorkan setidaknya 160 miliar yuan atau sekitar Rp349,8 triliun, dalam 12–18 bulan ke depan untuk mempertahankan atau memperluas pangsa pasar.
Analis memperingatkan adanya potensi revisi signifikan pada proyeksi laba karena margin diperkirakan sulit pulih dalam 1–2 tahun mendatang. Meituan diperkirakan paling terpukul, mengingat sebagian besar pendapatannya berasal dari layanan pesan-antar makanan.
JD.com bahkan hampir kehilangan seluruh laba kuartal II akibat kerugian dari segmen tersebut. Sementara itu, Alibaba relatif lebih aman karena kontribusi instant retail terhadap bisnis intinya lebih kecil.
Pinduoduo, platform domestik milik PDD, sejauh ini cenderung menjauh dari persaingan instant retail. Namun, keunggulan harganya mulai tergerus akibat gempuran diskon dari pesaing.
“Kami tidak yakin tingkat keuntungan kuartal ini bisa berlanjut. Profit kemungkinan akan berfluktuasi pada kuartal-kuartal mendatang,” kata Zhao.
Tantangan lain adalah mempertahankan pendapatan e-commerce setelah periode Juni yang terdongkrak oleh festival belanja pertengahan tahun “618”. Meski demikian, perusahaan-perusahaan besar yakin pengorbanan jangka pendek akan terbayar pada jangka panjang.
CEO grup bisnis e-commerce Alibaba, Jiang Fan memperkirakan segmen instant retail bisa menambah nilai transaksi bruto (GMV) tahunan hingga 1 triliun yuan atau sekitar Rp2.187 triliun dalam tiga tahun ke depan.
Beberapa indikator penting yang dipantau paruh kedua tahun ini adalah perpindahan pengguna instant retail ke platform e-commerce inti. JD.com melaporkan jumlah pelanggan aktif kuartalan naik lebih dari 40% secara tahunan (Year on Year/YoY) pada kuartal II, sementara aplikasi Taobao milik Alibaba mencatat kenaikan pengguna aktif bulanan 25% pada tiga minggu pertama Agustus berkat konversi dari pengguna layanan pesan-antar makanan.
Namun, potensi penghentian perang harga bisa datang dari pihak eksternal. Regulator telah berulang kali memperingatkan agar perusahaan tidak terjebak dalam persaingan race to the bottom.
Pada Juli lalu, Meituan, Alibaba, dan JD.com sempat merilis pernyataan komitmen untuk mengurangi intensitas perang harga.
“Kami memperkirakan komitmen perusahaan terhadap kebijakan pemerintah untuk mencegah involusi kompetisi akan berangsur menormalkan dinamika persaingan,” kata analis senior Moody’s Ratings, Ying Wang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Terbakar di 2024, Perbaikan Pasar Trowono Gunungkidul Telan Rp515 Juta
Advertisement

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot
Advertisement
Berita Populer
- DHINAR ARGA DUMADI: Public Speaking Jadi Cara Menjaga Citra Diri
- Harga Emas di Pegadaian Kompak Turun Hari Ini
- Purbaya Akan Kembalikan Dana Pemerintah dari BI lewat Perbankan
- Harga Tembaga Tembus U$10.000 per Ton
- Wamentan Beberkan Penyebab Gula Petani Tak Terserap
- Purbaya Siapkan Kenaikan Anggaran Transfer ke Daerah
- Ekonom UGM Soroti Plus Minus Rencana Penarikan Rp200 Triliun dari BI
Advertisement
Advertisement