Advertisement
Apindo DIY Sebut Pemberlakukan Tarif Trump Belum Berdampak pada Ekspor DIY

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia sebesar 19% yang berlaku sejak awal Agustus lalu dampaknya belum dirasakan pada ekspor DIY. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DIY Bidang Ketenagakerjaan, Timotius Apriyanto.
Dia mengatakan beberapa perusahaan yang pangsa ekspornya ke AS masih melakukan adaptasi. Mengupayakan agar rantai pasok mereka tidak berasal dari Tiongkok, karena akan terkena tarif transshipment sebesar 40%.
Advertisement
"Belum ada dampaknya, cuma saya memprediksi kinerja ekspor DIY untuk 2025 akan menurun dari 2024," ujarnya.
Menurutnya beberapa hal bisa dilakukan untuk menyiasati potensi penurunan ini. Seperti meningkatkan iklim kemudahan berusaha dibarengi dengan upaya substitusi pangsa pasar ke AS melalui diversifikasi pasar ekspor.
Diversifikasi pasar ekspor bisa dilakukan ke negara emerging market dan new emerging market. Misalnya jika berhasil tembus ke pasar Istanbul dan Turki potensinya bisa mencapai 8 miliar dolar AS.
Lalu mengoptimalkan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU CEPA) yang kemungkinan akan ditandatangani pada akhir bulan ini. Menurutnya potensinya di sini bisa mencapai 15 miliar dolar AS. Potensi pasar di Timur Tengah juga cukup besar, dia sebut mencapai sekitar 10 miliar dolar AS.
Timotius mengatakan jika dikombinasikan dengan Eropa Timur, Asia Tengah, hingga Afrika totalnya bisa lebih dari 25 miliar dolar AS. "Bisa didapatkan trade balance subtitusi pasar AS. Mestinya ini seiring dan sejalan dengan pemerintah pusat," lanjutnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat neraca perdagangan barang DIY sepanjang periode Januari-Juli 2025 surplus sebesar 221,34 juta dolar AS. Meningkat 18,82 juta dolar AS dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Plt Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati mengatakan kinerja ini ditopang oleh nilai ekspor yang mencapai 324,25 juta dolar AS, lebih tinggi dibanding impor sebesar 102,91 juta dolar AS. Menurutnya nilai ekspor periode Januari-Juli 2025 meningkat 10,30 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Peningkatan ini utamanya didorong oleh produk hasil industri pengolahan dengan total nilai ekspor sebesar 322,02 juta dolar AS, atau naik 10,14 persen," kata Herum.
Dia menjelaskan sejumlah komoditas unggulan mencatat pertumbuhan ekspor yang tinggi sepanjang Januari-Juli 2025. Ekspor pakaian dan aksesorinya (bukan rajutan) menyumbang 125,30 juta dolar AS, naik 13,68 persen. Sementara pakaian dan aksesorinya (rajutan) naik 48,46 persen menjadi 42,89 juta dolar AS.
Di sisi lain ada juga komoditas unggulan yang nilai ekspornya turun seperti perabotan, lampu, dan alat penerangan, barang anyaman, kertas, karton, dan barang daripadanya, minyak atsiri, wewangian, dan kosmetik.
Amerika Serikat (AS) tetap menjadi pasar utama ekspor DIY pada periode Januari-Juli 2025 dengan nilai ekspor mencapai 140,64 juta dolar AS atau atau 43,37 persen. Disusul Jerman sebesar 39,57 juta dolar AS atau 12,20 persen dan Jepang sebesar 25,82 juta dolar AS atau 7,96 persen. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ekonom UKDW Sebut Penurunan BI Rate Berdampak Positif pada Pasar Modal
- Dirut Pertamina Bantah Pertamina Kuasai Impor BBM Satu Pintu
- Money Changer di Perbatasan Negara Berpotensi jadi Tempat Pencucian Uang
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
Advertisement

Wajiran Eks Lurah Srimulyo Digugat Ahli Waris Soal Polemik Tanah di Bukit Bintang
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Prabowo Tunjuk Dony Oskaria jadi Plt Menteri BUMN
- Menkeu Tanggapi Potensi Kredit Fiktif Bank dari Dana Rp200 Triliun
- Dirut Pertamina Bantah Pertamina Kuasai Impor BBM Satu Pintu
- Pemerintah Anggarkan Rp9,9 Triliun Hilirisasi Komoditas Perkebunan
- Modal Asing Keluar Rp8,12 Triliun, BI Ungkap Penyebabnya
- Dolar AS Milik WNI Banyak ke Luar Negeri, Pemerintah Siapkan Insentif
- Ekonom UKDW Sebut Penurunan BI Rate Berdampak Positif pada Pasar Modal
Advertisement
Advertisement