Advertisement
Destinasi Bertaraf Internasional Jogja Perlu Didorong, Ini Tujuannya
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pariwisata DIY sebagai penggerak roda perekonomian ditopang oleh berbagai hal yakni budaya, alam dan sejarah. Namun, peran serta dari komunitas dalam menampilkan signature event dengan skala internasional juga dinilai penting untuk didorong.
Pakar Pariwisata yang juga merupakan Tenaga Ahli Gubernur Bidang Pariwisata Ike Janita Dewi mengungkapkan acara-acara bertaraf internasional yang selama ini banyak digelar di Jogja merupakan milik komunitas. "Maka dari itu, penyelenggaraan event internasional ini perlu untuk didorong," ujar Ike, Minggu (5/8).
Advertisement
Ike menilai baik komunitas seni, budaya maupun komunitas lain yang berkembang di Jogja memiliki kreativitas dalam membuat suatu daya tarik acara yang bukan sekadar dapat dinikmati oleh wisatawan Nusantara tetapi juga berkelas internasional. Untuk itu, perlu peran serta dan kerja sama antara komunitas, pemerintah kota maupun kabupaten, serta provinsi.
"Tentunya Jogja ini juga memiliki banyak seniman, potensi penyelenggaraan event-event internasional sangat besar. Jadi semestinya tidak perlu khawatir dengan Jawa Tengah," ungkap Ike.
Kendati memiliki potensi yang besar untuk melahirkan daya tarik atraksi berskala internasional, nyatanya Jogja hanya memiliki empat signature international event. Jumlah tersebut relatif sedikit dibandingkan Jawa Tengah yang memiliki tujuh acara internasional. Keempat atraksi internasional yang dimiliki DIY antara lain Artjog, Jogja International Heritage Walk, Kustomfest dan Jogja Netpac Asian Film Festival.
Pengamat Pariwisata dari Universitas Sanata Dharma ini memaparkan fokus strategi untuk mendorong destinasi bertaraf internasional ini antara lain adalah fokus pasar yang dituju, yakni ASEAN dan pasar tradisional. Pasar tratdisional ini antara lain Belanda, Jerman dan Prancis.
"Selain itu, fokus yang perlu dibidik terkait produk. Ada tiga fokus produk yakni wisata belanja dan kuliner, wisata minat khusus budaya dan wisata minat khusus alam," papar Ike.
Wisata belanja dan kuliner yakni menyara wisatawan asal Singapura dan Malaysia. Sedangkan untuk wisata minat khusus budaya dan minat khusus alam masih didominasi oleh pasar-pasar tradisional, yakni wisatawan asal Eropa.
Ekonom Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Amirullah Setya Hardi menambahkan untuk mendorong pariwisata DIY, maka target utama yang disasar perlu diketahui dengan pasti. Pasalnya, dia menilai banyak indikator pariwisata yang dapat didorong. Antara lain dari jumlah turis, lama tinggal, tingkat okupansi hingga expenditure.
Dia menegaskan meskipun Jogja ini memiliki caring capacity yang terbatas, tetapi banyak potensi yang dimiliki. "Jogja inginnya digarap semua, baik destinasinya, maupun atraksinya. Perlu diketahui antara destinasi dan atraksi itu dua hal yang berbeda. Maka, perlu adanya pengemasan paket wisata yang tepat. Karena meski Jogja itu kecil, tetapi satu hari di sini tidak cukup," papar Amirullah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Satgas Pemberantasan Keuangan Ilegal Blokir 585 Situs Pinjol Ilegal
- Melemahnya Rupiah Tidak Lantas Mendorong Naiknya Kunjungan Wisman ke DIY
- Nilai Tukar Rupiah Remuk, Ini Opsi Bank Indonesia untuk Antisipasi
- Slot Perjalanan KA Yogyakarta-Gambir Ditambah, Ini Jadwalnya
- Transportasi Mudik 2024, Kereta Api Jadi Pilihan Utama
Advertisement
Putusan Banding Turun, Vonis Mari Terdakwa Waliyin dan Ridduan Jadi Penjara Seumur Hidup
Advertisement
Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter
Advertisement
Berita Populer
- Dampak Perang Iran Vs Israel, Harga Gandum dan Kedelai Terancam Naik
- Usai Libur Lebaran, Harga Cabai, Daging, Bawang Merah dan Gula Kompak Naik
- INNSiDE Yogyakarta Umumkan Pemenang Grand Prize Bu Iin
- Antisipasi Perang Iran Israel, Program Gas Murah Bakal Dilanjutkan
- PT KAI Sebut KA Joglosemarkerto Jadi Favorit saat Libur Lebaran
- Nilai Tukar Rupiah Remuk, Ini Langkah Menteri Keuangan Sri Mulyani Selamatkan Ekonomi
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
Advertisement
Advertisement