Advertisement
Harga Perak Turun, Pembeli di Kotagede Tetap Sepi

Advertisement
[caption id="attachment_427281" align="alignleft" width="370"]http://www.harianjogja.com/?attachment_id=427281" rel="attachment wp-att-427281">http://images.harianjogja.com/2013/07/perak-kotagede-antara-foto-370x288.jpg" alt="" width="370" height="288" /> Foto Perak Kotagede
JIBI/Harian Jogja/Antara[/caption]
Harianjogja.com, JOGJA-Menurunnya harga perak dunia tidak mempengaruhi jumlah produksi perhiasan atau kerajinan perak di kalangan perajin perak Kotagede, Kota Jogja, disebabkan permintaan masih sepi.
Advertisement
Seorang perajin perhiasan perak Jumiran di Jogja, Rabu (17/7/2013) mengatakan, sejak penurunan harga perak dunia menjadi Rp7.500 per gram dari harga sebelumnya Rp12.000 per gram, masih belum memiliki dampak bagi bisnis kerajinan perak miliknya.
"Tidak ada perubahan apa-apa. Penjualan [kerajinan] perak di sini [Kotagede] rata-rata masih sepi, paling ada satu hingga dua pengunjung setiap harinya," kata pemilik toko kerajinan perak Bima Silver ini.
Menurut dia, penurunan harga perak tahun ini masih terbilang mahal. Penurunan harga perak akan kembali berdampak pada peningkatan penjualan apabila serupa dengan penurunan pada tahun 1995 yang mencapai Rp700 per gram.
Menurut Jumiran, dengan harga perak murni Rp7.500 per gram maka saat menjadi kerajinan atau perhiasan harganya masih tinggi, yakni berkisar Rp15.000 per gram.
"Selain bukan kebutuhan utama masyarakat, perak juga tidak sebanding dengan tren penjualan logam lainnya seperti emas," katanya.
Bahkan hingga saat ini, dirinya mengaku cenderung memperbanyak kerajinan atau perhiasan perak imitasi. Sebab, menurut dia kerajinan perak imitasi atau tembaga yang disepuh nikel, lebih banyak diminati pelanggan karena harganya yang jauh lebih murah.
"Sekarang pelanggan dari Jakarta lebih memilih untuk dibuatkan kereajinan dari tembaga yang dicelup nikel. Sehingga produksi perak tiruan justru bisa mencapai 80 persen dari keseluruhan produksi," katanya.
Namun demikian, ia selalu memberikan pilihan kepada calon pembeli. Ia mencontohkan misalnya untuk kerajinan perak asli seharga Rp5 juta, sementara untuk perak imitasi dengan ukuran yang sama hanya berkisar Rp500.000.
Sementara itu, perajin lainnya, Satio juga mengaku masih sepi pelanggan sejak awal tahun 2000. Menurut dia penurunan harga perak tidak terlalu dipersoalkan.Sebab harga tersebut masih dinilai mahal oleh konsumen.
Menurut dia, membuka kerajinan perak hingga saat ini dilakukan hanya untuk bertahan.
"Sekarang ya masih sama sepinya. ini hanya untuk bertahan saja," kata pemilik toko Ceria Silver.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ini Upaya OJK DIY Tekan Gap Literasi dan Inklusi Keuangan yang Masih Lebar
- Setoran Dividen BUMN untuk APBN Dialihkan ke Danantara, Kementerian Keuangan Putar Otak
- Nilai Investasi Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia Tembus Rp15,1 Triliun
- Asosiasi E-Commerce Diajak untuk Mencegah Perdagangan Ilegal Satwa Liar
- Serapan Tenaga Kerja DIY Capai 34.950 Orang dalam Setahun
Advertisement

Sleman Punya Dimas Diajeng Baru, Diharapkan Berikan Pengaruh Positif Bagi Generasi Muda
Advertisement

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
Advertisement
Berita Populer
- Penyidik OJK Tuntaskan 144 Perkara Jasa Keuangan
- Menteri Bahlil Segera Berlakukan Aturan Baru Terkait Penjualan LPG 3 Kilogram
- Tenaga Kerja 1,6 Juta Orang Diprediksi Bisa Terserap ke Koperasi Merah Putih
- Distribusi LPG 3 Kg Bakal Diawasi Badan Khusus
- Wakil Menteri Koperasi Tuding IMF Jadi Penyebab Tumbangnya Koperasi Unit Desa
- Pertumbuhan Kredit dan Tabungan di Bank Syariah Melambat
Advertisement