Advertisement
Waspada! Kandungan Berbahaya dalam Bahan Makanan Beredar di Pasar
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Selama Ramadan harga kebutuhan pokok di DIY dinilai masih stabil, stok kebutuhan juga masih mencukupi. Meski begitu makanan mengandung bahan berbahaya masih ditemukan dibeberapa takjil maupun di pedagang pasar.
Sekda DIY, Gatot Saptadi mengungkapkan secara umum stok bahan kebutuhan pokok mencukupi hingga menghadapi Lebaran nanti. Hargapun dinilai masih cukup stabil.
Advertisement
“Yang perlu jadi perhatian daging ayam dan telur masih bergerak dari sisi harga. Kualitas sejumlah pangan juga perlu diperhatikan yang ditemukan BPOM DIY (Badan Pengawas Obat dan Makanan), tapi secara umum sudah menurun [makanan yang mengandung bahan berbahaya],” kata Gatot, Jumat (17/5).
Gatot mengungkapkan pantauan ini akan terus dilakukan hingga Lebaran dan memastikan setelah Idulfitri stok bahan kebutuhan pokok juga masih mencukupi. Kemungkinan, operasi pasar akan dilakukan jika terjadi lonjakan yang signifikan.
Menurut Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda DIY, Tri Saktiyana, setelah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) berkeliling di kabupaten dan kota, harga kebutuhan pokok stabil. Justru beberapa turun, seperti bawang putih saat ini dikisaran Rp33.000/kilogram (kg) yang sempat menyentuh Rp50.000/kg.
Dikutip dari web TPID pada Jumat (17/5), terlihat dua komoditas yang cukup mencolok mengalami kenaikan. Pertama bawang merah yang naik Rp2.200/kg, menjadi Rp26.700/kg, dan cabai merah biasa naik Rp3.900/kg menjadi Rp37.500. Namun kenaikan tersebut dinilainya tidak sepenuhnya terjadi di pasar lantaran tergantung kualitas dari barang tersebut juga.
“Ya memang beda-beda bawang merah dipasar biasanya disortir, kalau yang kecil biasanya lebih murah mendekati kulakan, besar lebih mahal. Begitu juga cabai, punya segmen sendiri-sendiri,” ujarnya.
Bahan Makanan Berbahaya
Kepala BPOM DIY, Rustyawati mengatakan secara umum temuan bahan makanan di pasaran yang mengandung bahan berbahaya semakin menurun. “Awal Ramadan 17 persen dari sampel yang masih mengandung bahan berbahayaa. Pertengahan ini turun menjadi 13,9 persen,” ucap Rustyawati.
Takjil dari 79 sampel yang diambil hanya dua yang ditemukan bahan berbahaya. Beberapa makanan yang mengandung bahan berbahaya mulai dari rodamin B, boraks, maupun formalin. Adapun makanan yang mengandung bahan berbahaya itu, kerupuk singkong, rengginan, gender, teri nasi, cumi dan mi basah yang didapat dari Pasar Argosari di Wonosari, kemudian Pasar Bantul, Pasar Prambanan, Pasar Bendungan, Wates, Pasar Niten dan Beringharjo.
Dia menuturkan ada modus baru yang digunakan untuk mengelabuhi pembeli, yang terjadi di Pasar Argosari, Wonosari. Rodamin B yang biasa berwarna merah muda, dicampur pewarna lain sehingga warna tidak lagi merah muda.
“Masyarakat harus cerdas dalam membeli. Kami juga terus lakukan tindakan. Kendalanya bahan-bahan makanan berbahaya tersebut beberapa dari luar Jogja,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
Advertisement
Pencurian Ternak di Kulonprogo Marak, 5 Kambing Hilang dalam Semalam
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Kenaikan BI-Rate Bakal Berdampak Positif untuk Pasar Modal Lokal
- BI Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin Jadi 6,25%
- Pasca-Lebaran, Bisnis Properti di DIY Reborn
- Tren Perlintasan Penumpang di Bandara Soetta Naik 10 Persen di Lebaran 2024
- InJourney Dukung Japanese Domestic Market di Sirkuit Mandalika
- Transaksi Rupiah di Lintas Negara Naik 100 Persen
Advertisement
Advertisement