Advertisement
Konsep Aerotropolis Dinilai Akan Pacu Investasi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Perizinan dan Penanaman Modal (DPPM) DIY menilai ada sejumlah faktor yang mempengaruhi peningkatan investasi di DIY, salah satunya keberadaan Yogyakarta International Airport (YIA).
“Pertama yang harus dilihat patokannya Jakarta, indikator ekonomi baik dari segi keamanan, dari segi kepastian. Kalau ada peningkatan DIY akan mengikuti. Jakarta sebagai indikator ekonomi dulu,” kata Kepala DPPM DIY, Arief Hidayat, kepada Harian Jogja, Rabu (22/5).
Advertisement
Kedua, jika akan melihat meningkat atau tidaknya. Hal tersebut harus melihat mana investor yang akan masuk mana yang sedang berjalan. Seperti halnya YIA saat ini masih berjalan, dari segi realisasi dipastikan akan meningkat.
Sementara dari segi bangkitan atau investasi penunjang bandara lainnya, menurutnya sangat potensial. Meski begitu, pematangan konsep aerotropolis diperlukan.
“Konsep aerotropolis adalah satu bangkitan ekonomi kegiatan di bandara baik terakit hubungan kegiatan bandara maupun kegiatan lainnya. Dalam hal ini prakondisi untuk mempermudah investasi dari segi planning dari zonasiasi lahan, infrastruktur ada disitu. Masih pemggodokan,” ucapnya.
Penyelesaian konsep aerotropolis, kata dia, perlu koordinasi antara Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, Pemda DIY, hingga ditingkat Pemerintah Pusat. Jika planning ini telah selesai menurut Arief akan banyak investor yang masuk.
Investor Luar
Menurut dia, saat ini ada beberapa investor yang melirik kawasan YIA. Tidak hanya investor dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Misalnya investor yang menawarkan tentang energi surya, kemudian tentang pengembangan konsep tata kota melalui pendekatan teknologi informasi (TI).
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Istidjab Danunagoro mengungkapkan potensi investasi untuk hotel di Kulonprogo sebenarnya besar. Namun diprediksinya baru akan muncul sekitar 10 tahun mendatang.
Ia melihat kondisi seperti saat awal Bandara Soekarno-Hatta beroperasi 1985, saat itu belum ada yang mau menderikan hotel di sekitaran bandara. Namun seiring berjalannya waktu sekitar 20 tahun setelahnya dikatakan Istidjab perhotelan penuh.
“Kulonprogo sudah ada satu sebenarnya yang melakukan peletakan batu pertama pada Februari tahun lalu, namun belum lanjut sekarang. Tarulah 10 tahun lagi baru berkembang. Prospeknya bagus utamanya wisatawan mancanegara,” kata Istidjab.
Dilansir dari Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah (PINA) menilai setelah pesta politik usai, keinginan investor dalam melakukan investasi akan semakin menguat.
CEO PINA Ekoputro Adijayanto mengatakan saat ini investor sudah pandai menilai situasi politik yang ada, terlebih pesta demokrasi sudah dilakukan berulang kali. “Kalau investor ya sudah makin pandai, kita liat saja indeks semakin meningkat kan walaupun isu-isu beredar di mana-mana tetapi pagi tadi indeks dibuka langsung meningkat,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
Advertisement
Warga Kulonprogo Ajukan Gugatan Disebut Nonpribumi Saat Balik Nama Sertifikat, Sidang Ditunda Lagi
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Ekonomi: Mengurangi Ketidakpastian Jangka Pendek
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Kenaikan BI-Rate Bakal Berdampak Positif untuk Pasar Modal Lokal
- BI Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin Jadi 6,25%
- Pasca-Lebaran, Bisnis Properti di DIY Reborn
- Tren Perlintasan Penumpang di Bandara Soetta Naik 10 Persen di Lebaran 2024
- InJourney Dukung Japanese Domestic Market di Sirkuit Mandalika
Advertisement
Advertisement