Advertisement

Promo November

Pengembangan Bahan Bakar Nabati Jadi Upaya Mengurangi Impor BBM

Newswire
Senin, 09 Oktober 2023 - 21:37 WIB
Maya Herawati
Pengembangan Bahan Bakar Nabati Jadi Upaya Mengurangi Impor BBM Ilustrasi pasokan BBM - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan saat ini pemerintah tengah berupaya mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM) dengan mengembangkan bahan bakar nabati (BBN).

Arifin dikutip dari keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin menyebut Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber BBN yang besar.

Advertisement

Ia mengungkapkan konsumsi BBM Indonesia pada 2022 mencapai lebih dari 1.100 million barrel oil equivalent (MBOE), meningkat sekitar 30% apabila dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya pada 2012. Hal tersebut dikarenakan terjadinya peningkatan konsumsi BBM di sektor industri dan transportasi.

Ia menyampaikannya pada acara Sustainability: Ethanol Talks yang diselenggarakan di Jakarta, Senin. Arifin mengatakan bahwa sebagian besar dari kebutuhan domestik tersebut, berasal dari impor, terutama bensin.

"Impor bensin meningkat dari sekitar 123 juta barel di tahun 2015 menjadi 138 juta barel di tahun 2022. Ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan bakar tentunya akan membahayakan ketahanan energi nasional," katanya, seperti dikutip dari keterangan resmi Senin (9/10/2023).

Adapun, kata dia, pengembangan BBN tersebut seperti program biodiesel yang telah ditetapkan pada 2008 dengan menerapkan campuran 2,5 persen dan terus meningkat hingga pada Februari 2023 telah ditetapkan mandatori campuran biodiesel mencapai 35 persen atau disebut B35.

"Implementasi program biofuel juga dimaksudkan untuk mengurangi emisi hingga 31,9 persen di bawah BAU [business as usual] pada tahun 2030 dan memenuhi target bauran energi sebesar 23 persen pada tahun 2025," ucap Arifin.

BACA JUGA: Polsek Piyungan Minta Warga Segera Lapor Jika Menemukan Praktik Pungli

Sementara untuk program bioetanol, ia mengatakan program tersebut belum dapat berjalan secara optimal, di mana pada 2008-2009 dan 2015-2016 pencampuran bioetanol dilakukan dalam skala kecil dan pada akhirnya harus dihentikan karena kurangnya bahan baku, harga bahan baku yang mahal, serta terbatasnya infrastruktur pendukung program bioetanol.

Kendati demikian, pada November 2022 lalu, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan program bioetanol dari tanaman tebu di Mojokerto, Jawa Timur untuk meningkatkan ketahanan energi nasional.

Kemudian, pencampuran bioetanol juga tengah dilaksanakan PT Pertamina (Persero) melalui campuran bensin etanol 5 persen dengan RON 95 pada produk Pertamax Green 95 yang saat ini telah tersedia di beberapa SPBU di Surabaya dan Jakarta.

Lebih lanjut, Arifin mengatakan untuk mendukung keberlanjutan mandatori bioetanol ke depan, pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).

"Perpres tersebut didorong karena terbatasnya bahan baku tebu dan juga terbentur dengan masalah pangan sehingga pemerintah mendorong pengembangan bahan bakar nabati berbasis potensi lokal dan akan menciptakan pasar baru bagi produk pertanian lokal," ucap Arifin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Disdikpora Bantul Siapkan Data Siswa untuk Program Makan Bergizi Gratis

Bantul
| Selasa, 26 November 2024, 13:17 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement