Tekfin Lokal Banyak yang Tumbang, Ternyata Ini Penyebabnya
Advertisement
Harianjogjac.om, JAKARTA—Ketua Indonesia Fintech Society (IFSoc) Rudiantara memprediksi akan lebih banyak perusahaan teknologi finansial (tekfin) yang bangkrut. Sebab perusahaan tekfin tersebut kehilangan sumber-sumber pendanaan baru.
Rudi menuturkan pinjaman peer to peer lending (P2P Lending) kerap bersumber dari dana individu, loan channeling dari bank hingga investor baik sebagai peminjam atau bahkan sebagai penambah modal “Nah, sekarang kalau investor yang mendanai lewat peningkatan modal, di mana investor nambah lagi uang. Investor sendiri sekarang memilih simpan dananya di bank, dibanding investasi di startup [fintech] yang risikonya tinggi,” ujarnya di Kantor Wisma Bisnis Indonesia, Kamis (14/3/2024).
Advertisement
Alhasil, menurutnya ini menjadi salah satu indikasi tech winter yang berdampak pada startup, hingga gilirannya untuk pasokan dana makin berkurang. Lebih lanjut, secara tren tahun lalu, dia menyebut investor yang masih ingin menambah modal di startup bukan lagi melihat indikator pertumbuhan, akan tetapi justru hanya masuk demi meningkatkan volume bisnis. “Jadi, dia [investor] lihat cashflow sudah positif belum. EBITDA-nya positif belum. Kalau keduanya positif dan sudah profit, maka investor mau masuk. Kalau belum ya enggak mau, karena risikonya tinggi,” paparnya.
Baca Juga
OJK Prediksi Kredit Paylater Bakal Naik hingga 13% Saat Ramadan 2024
OJK Sebut Masih Ada 13 Belum Turunkan Bunga Pinjaman
Jangan Sampai Terjebak! Kenali Perbedaan Paylater dan Pinjol
Senada, Executive Director Aftech Aries Setiadi mengakui anggota Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) tercatat berkurang hampir 10% pada 2023. Menurutnya, ini akibat dari fenomena tech winter. "Survival of the fittest [seleksi alam], 2022 sampai 2023 itu ada 84 atau 82 perusahaan fintech yang jadi member AFTECH itu melakukan lay off, jadi itu jadi salah satu indikasi bagaimana tech winter," kata Aries dalam Media Gathering AFTECH beberapa waktu lalu.
Melansir data AFTECH, anggota yang tergabung dalam asosiasi tersebut pada akhir 2022 tercatat ada sebanyak 366 perusahaan fintech. Namun, pada kuartal III/2023 susut 36 dan menyisakan menyisakan 330 anggota. Selain kehilangan sumber pendanaan, penyebab lain pemain fintech makin tumbang, lantaran regulator Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tengah melakukan 'bersih-bersih' terhadap perusahaan fintech yang terdaftar dan berizin tetapi kegiatan usahanya fiktif. "Dari sisi OJK sekarang sudah mulai lebih tertib untuk sandboxing. Jadi, di inovasi keuangan digital di OJK kemarin di akhir tahun itu bagi perusahaan yang tercatat tapi tidak melakukan usaha bisnis itu akhirnya dicabut," ungkap Aries.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
Advertisement
20 Bidang Tanah Wakaf dan Masjid Kulonprogo Terdampak Tol Jogja-YIA
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Perbanyak Transaksi di GoFood, Menangkan Pengalaman Eksklusif Konser MALIQ & DEssentials
- Ekonom Dukung Keputusan BI Tahan Suku Bunga 6%
- PPN Jadi 12% Tahun Depan, Harga Barang Elektronik Juga Bakal Ikut Naik
- Menyambut Masa Depan Cerah Emas dan Pangan pada 2025
- Ketimbang Kenaikan PPN, Ekonom Sarankan Pemerintah Bidik Kalangan Super Rich
- Mengenal Galeri 24, Anak Perusahaan Pegadaian untuk Investasi Emas
- Harga MinyaKita Melambung hingga Rp18.000, Kemendag Segera Panggil Distributor
Advertisement
Advertisement