Advertisement
Wali Kota Hasto Wardoyo: Perca Jadi Solusi Lingkungan dan Ekonomi
Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo foto bersama peserta Talkshow PKM Nasional bersama Komunitas Kain Perca Rumah Tukik Yogyakarta di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) Yogyakarta, Sabtu (22/11 - 2025). Anisatul Umah/Harian Jogja.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pemanfaatan kain perca dinilai mampu menjawab persoalan limbah tekstil sekaligus membuka ruang kolaborasi seni, usaha kreatif, dan pemberdayaan difabel.
Hal ini diutarakan Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo saat membuka acara Talkshow Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Nasional bersama Komunitas Kain Perca Rumah Tukik Yogyakarta bertajuk From Jogja with Perca: Eco Craft Jogja: Aksesoris dan Tote Bag Cantik dari Kain Perca di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) Yogyakarta, Sabtu (22/11/2025).
Advertisement
Dalam sambutannya, dia menyampaikan Kota Jogja sering disebut sebagai kota seni, kota budaya, kota kreatif, kota pariwisata, kota pelajar, dan kota pendidikan. Menurutnya, pemanfaatan kain perca ini menjadi bagian dari seni dan budaya yang bisa dikembangkan bersama.
Dia menyampaikan kekuatan Kota Jogja tidak hanya pada seni yang dipentaskan atau budaya yang diwariskan, namun juga kemampuan masyarakat dalam membaca persoalan, kemudian mengolahnya secara kreatif dan mencari solusinya. Hasto menyampaikan pemanfaatan kain perca ini menjadi contoh konkret.
"Kain perca dianggap kurang berharga, sisa-sisa, akhirnya jadi karya yang luar biasa," ujarnya.
Ia berharap kreativitas ini bisa memecahkan masalah limbah tekstil. Menurutnya, limbah kain perca ini sulit hancur, sedangkan jika dibakar harus dengan suhu di atas 800 °C agar tidak menghasilkan asap yang menjadi bagian dari polutan.
Hasto menjelaskan ide gagasan perca ini menjadi bagian dari solusi masalah pencemaran lingkungan. Ia menyebut agar kain perca bisa dikelola dengan baik, perlu pendataan pusat-pusat penghasil kain perca, jika perlu bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Saat ini, dia menyebut sudah ada juru pilah sampah yang bisa mendampingi.
"Kalau misal masih kurang, kita imbau produsen kain perca supaya bisa mengikuti aturan, percaya jangan dibuang ke mana-mana, harus dikumpulkan," lanjutnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan langkah seperti ini bisa menumbuhkan ekonomi sirkular; limbah perca dimanfaatkan menjadi raw material dan bisa menjadi karya. Ini pentingnya kerja sama dengan pemerintah.
"Saya berharap tidak hanya menempati ruang pertemuan di PDIN tapi juga kolaborasi. Di PDIN banyak orang seni luar biasa yang bisa dimanfaatkan, jangan hanya ruangnya," tuturnya.
Talkshow ini diikuti oleh teman-teman difabel dari Kota Jogja, Kabupaten Sleman, dan Bantul. Hasto mengatakan teman-teman difabel ini lebih tekun dan lebih fokus sehingga mampu menghasilkan karya yang tidak kalah saing dan lebih bagus. “Kita dorong teman-teman difabel bisa berkarya dan tidak ketinggalan dengan yang lain.”
Ketua Umum Gerakan Entrepreneur Masyarakat Maju (GEMMA) Indonesia Raya sekaligus Ketua Pelaksana PKM Nasional, Sri Setiawati, mengaku senang bisa berbagi dengan peserta disabilitas. Ia berharap kebersamaan ini bisa menjadi solusi dan kepedulian pada limbah sampah.
Menurutnya, kegiatan hari ini juga dikolaborasikan dengan kampus. Dia sendiri dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Manajemen Bisnis Indonesia. Nantinya, kata dia, kegiatan tidak berhenti di hari ini saja, namun diharapkan akan ada keberlanjutannya.
"Kami dari inkubator GEMMA Indonesia berkolaborasi dengan berbagai kampus akan berusaha mencari channel dalam bentuk CSR atau hibah," jelasnya.
Owner Rumah Kreatif Tukik, Yenny Christin, menjelaskan kegiatan hari ini adalah talkshow perca sekaligus workshop praktik membuat karya dari perca. Menurutnya, peserta kegiatan ini difokuskan untuk Kota Jogja, namun ada tambahan peserta dari Kabupaten Sleman dan Bantul; kurang lebih ada 15 peserta disabilitas.
Ia berpandangan peserta disabilitas punya kelebihan dalam ketelitian hingga ketekunan, sehingga menghasilkan karya yang rapi. Dia mengatakan biasanya karya sekaligus dikurasi, dan jika hasilnya sudah bagus akan dibantu penjualannya oleh Rumah Kreatif Tukik. Sejauh ini, kata Yenny, penjualannya masih dilakukan secara offline.
"Saya lebih kepada pelatihan sekaligus kampanye mengurangi limbah," tuturnya.
Dia mengatakan beberapa produk yang dihasilkan dari limbah kain ini seperti cepal anti panas, tempat untuk hantaran, dan lainnya. Yenny berharap ke depan limbah sampah khususnya fesyen bisa dimanfaatkan menjadi barang-barang bernilai sekaligus meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
"Beliau [Wali Kota Jogja] support Rumah Tukik jadi bank sampah khusus fesyen dan akan berlanjut ke kampung perca. Ini tidak lepas dari dukungan pemerintah, dari GEMMA, dan dinas terkait," ujarnya. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Harga Kopi Global Anjlok Usai AS Cabut Tarif Impor Brasil
- Warga Jogja Kini Bisa Pesan Bight Gas 12 Kg via WA Milik Pertamina
- Harga Emas Hari Ini, Logam Mulia Antam, UBS dan Galeri24, 18 Nov 2025
- Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Tetap Lanjut
- Impor Pakaian Bekas Dilarang, Mendag Fokus Penindakan
Advertisement
Viral Remaja Ditangkap, Polres Bantul: Bukan Aksi Klitih
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- BI Tahan Suku Bunga 4,75 Persen di November, Stabilitas Terjaga
- Harga Kopi Global Anjlok Usai AS Cabut Tarif Impor Brasil
- Indef Proyeksikan Ekonomi 2026 Tumbuh 5 Persen, Berikut Faktornya
- KAI Daop 6 Yogyakarta Tawarkan Diskon Tiket Nataru Hingga 30 Persen
- Harga Emas Hari Ini, Logam Mulia Antam, UBS dan Galeri24 Turun Semua
- Harga Cabai dan Beras Naik, Ini Rinciannya
- Curah Hujan Tinggi, Pasokan Cabai Mulai Tertekan, Kemendag Siaga
Advertisement
Advertisement




