Advertisement

Industri Manufaktur Besar DIY Tumbuh Negatif, Ada Apa?

Holy Kartika Nurwigati
Jum'at, 10 Agustus 2018 - 10:30 WIB
Mediani Dyah Natalia
Industri Manufaktur Besar DIY Tumbuh Negatif, Ada Apa? Ilustrasi mebel - Solopos/ Sunaryo Haryo Bayu

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) DIY pada triwulan II/ 2018 mengalami pertumbuhan negatif dibandingkan triwulan I/ 2018 sebesar -8,69%. Industri furnitur dan industri barang galian bukan logam yang tumbuh negatif memberi kontribusi pada pertumbuhan IBS DIY triwulan II ini.

"Industri ini tumbuh negatif dipengaruhi oleh sebagian besar jenis industri yang mengalami pertumbuhan negatif dan mempunyai pengaruh besar terhadap total output," ujar Kepala Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) DIY JB Priyono, Kamis (9/8).

Advertisement

Angka pertumbuhan IBS diambil dari survei bulanan terhadap industri besar dan sedang yang tersebar di lima kabupaten kota di DIY. Sedangkan untuk angka pertumbuhan industri mikro kecil (IMK) diperoleh dari survei Industri Mikro Kecil di DIY yang dilakukan setiap triwulan. Pada 2018 jumlah sampel yang diambil sebanyak 929 usaha untuk setiap triwulan.

Priyono menjelaskan angka pertumbuhan produksi IBS dan IMK ini menggambarkan perkembangan produksi industri baik yang berskala besar sedang maupun usaha mikro kecil. Pada pertumbuhan IBS, jenis-jenis industri yang tumbuh negatif pada triwulan II/2018 adalah industri furnitur yang tumbuh -28,91% dan industri barang galian bukan logam yang tumbuh -22,96%.

"Jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar sedang nasional, kinerja produksi IBS di DIY lebih rendah. Pada triwulan tersebut, IBS nasional tumbuh positif 1,49 persen. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan produksi yang positif lebih dari separuh jenis industri," jelas Priyono.

Namun, jika dilihat dari pertumbuhan per tahunnya, IBS di DIY pada triwulan II/2018 tumbuh positif dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, yakni tumbuh positif sebesar 5,9%. Kondisi ini, kata Priyono, mengindikasikan kinerja produksi IBS pada triwulan II/2018 lebih baik dibandingkan triwulan yang sama pada 2017 lalu.

Pertumbuhan year on year (yoy) industri IBS DIY tersebut didorong oleh pertumbuhan cukup tinggi dari industri furnitur. Industri ini mampu tumbuh secara signifikan sebesar 60,14%, disusul industru pengelohan tembakau yang tumbuh 21,6%.

"Sedangkan untuk IMK juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar -2,13 persen. Salah satunya dipengaruhi oleh pertumbuhan negatif dari industri jasa reparasi dan pemasangan mesin, serta industri kertas dan barang dari kertas," ungkap Priyono.

Industri mikro kecil merupakan salah satu komponen sektor industri pengolahan di DIY yang memiliki sumbangan cukup besar terhadap penyerapan tenaga kerja di wilayah ini. Bahkan berdasarkan hasil Survei Ekonomi 2016, sebanyak 77% lebih jumlah tenaga kerja kategori industri diserap oleh industri mikro kecil.

"Sementara itu, jenis industru yang membunyai share cukup besar terhadap output juga mengalami pertumbuhan negatif. Jenis industrinya antara lain industri barang galian bukan logam, industri kayu, barang dari kayu, anyaman rotan, serta industri pengolahan lainnya," kata Priyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Daftar Tarif Tol Trans Jawa untuk Mudik Lebaran 2024, Jakarta-Jogja Rp507 Ribu

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement