Advertisement

Bank Jaga Margin

Nirmala Aninda
Selasa, 13 November 2018 - 08:10 WIB
Laila Rochmatin
Bank Jaga Margin Karyawati Bank BNI (kanan) melayani nasabah di Jakarta, Selasa (6/11/2018). - JIBI/Felix Jody Kinarwan

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA--Kendati kredit tumbuh dua digit pada kuartal III/2018, tetapi margin bank pada periode yang sama justru tergerus karena kenaikan beban biaya dana. Bank pun mulai fokus menjaga margin pada sisa tahun ini.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia per September 2018, pertumbuhan kredit mencapai 12,68% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Adapun, pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 6,6%.

Advertisement

Pada saat yang sama, rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank terkoreksi menjadi 5,14% dari periode sebelumnya 5,33%. Rasio NIM bank terus menyusut dalam 2 tahun terakhir. (terlampir)

Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa bank yang terlambat melakukan penyesuaian bunga kredit akan mengalami penurunan margin lebih tinggi akibat kenaikan bunga dana.

Satu sisi, permintaan kredit akan mengalami perlambatan sehingga menjadi dilema bagi perbankan untuk menaikkan bunga kredit.

"Tren perlambatan akan berlanjut sampai akhir 2018 terutama untuk kredit investasi dan kredit modal kerja. Sementara kredit konsumsi tumbuh karena faktor seasonal akhir tahun Natal dan Tahun Baru di mana permintaan konsumsi biasanya tinggi," ujarnya kepada Bisnis, Senin (12/11).

Menurutnya, pelaku usaha dan konsumen akan memikirkan dua kali sebelum mengajukan kredit baru. Bunga kredit yang naik memicu debitur untuk menunda keputusan ekspansi bisnis atau belanja, misalnya permintaan kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor.

"Sekarang kuncinya adalah pelayanan prima ke nasabah di tengah perang suku bunga. Bank harus meningkatkan loyalitas konsumennya agar tidak berpindah bank," tambahnya.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja mengatakan, hingga saat ini perseroan masih mampu menjaga rasio NIM pada posisi 6,1%. Rasio tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pada kuartal III/2017 sebesar 6,4%.

"LFR [loan to funding ratio] BCA saat ini sekitar 82%, masih bagus dan likuid sekali. Jadi kami yakin bisa menjaga keseimbangan pada tahun ini dan tahun depan," ujarnya kepada Bisnis, Senin (12/11).

BCA juga telah melakukan penyesuaian suku bunga dasar kredit dengan kenaikan rata-rata 50 basis poin dan ditambah dengan kenaikan sebesar 25 basis poin pada September lalu.

Jika dibandingkan dengan pertumbuhan secara industri, kinerja penyaluran kredit dan penghimpunan simpanan bank milik Grup Djarum tersebut tumbuh di atas rata-rata industri pada kuartal III/2018.

Portofolio kredit naik sebesar 17,3% secara tahunan menjadi Rp516 triliun, sedangkan penghimpunan dana tumbuh 6,9% menjadi Rp613,9 triliun.

Direktur BCA Santoso mengatakan, pada penghujung 2018 perseroan akan menjaga konsistensi bisnis pada segmen ekspor yang saat ini tengah mengalami peningkatan bersamaan dengan kenaikan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah.

Rasio margin akan dijaga dengan penyesuaian suku bunga kredit yang harus dilakukan secara bertahap dan penuh kehati-hatian.

"Ini challenge yang harus kami hadapi. Kami harus lebih hati-hati dengan adjustment SBDK [suku bunga dasar kredit] karena ada kecenderungan kenaikan cost of fund tanpa menurunkan kualitas kredit," ungkap Santoso.

Pada periode yang sama, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mencatatkan penurunan rasio NIM meskipun bisnis perseroan dari sisi penyaluran kredit tetap tumbuh 13,8% menjadi Rp781,1 triliun dengan kontribusi terbesar dari kredit pada segmen korporasi besar dan mikro.

Fluktuasi nilai tukar, kenaikan suku bunga acuan hingga kondisi ekonomi global mempengaruhi bisnis perseroan dengan penurunan NIM menjadi sebesar 5,76% dari 5,86% pada periode yang sama tahun lalu.

Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi sebelumnya sempat menyampaikan bahwa sampai dengan kuartal III/2018 manajemen telah melakukan penyesuaian pada suku bunga dana simpanan maupun suku bunga dasar kredit dengan kisaran kenaikan sebesar 10 - 25 basis poin.

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. juga mencatatkan penurunan rasio NIM pada akhir kuartal III/2018. Emiten perbankan berkode saham BBTN tersebut mencatatkan NIM pada level 4,35%, menurun dari posisi September 2018 yang mencapai 4,49%.

Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan bahwa kondisi makroekonomi saat ini sedang tidak menguntungkan. Bank terpaksa menyesuaikan suku bunga dananya, tetapi tidak dapat menaikan suku bunga kredit dalam waktu yang bersamaan.

“Jadi tekanan yang terjadi pada NIM ini merupakan situasi ‘new normal’ saat ini,” katanya kepada Bisnis, Senin (12/11).

Dengan kondisi tersebut, lanjutnya, perseroan akan berupaya menjaga pencapaian laba dengan mendorong kenaikan komisi. Selain itu, perseroan akan meningkatkan efisiensi untuk mengimbangi kenaikan biaya dana.

“Tetapi ini [menaikkan fee based income] juga tidak mudah. Ya, intinya harus kerja lebih keras, lebih efektif dan efisien,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Hendak Mengambil Ponsel, Warga Sleman Malah Kecemplung Sumur

Sleman
| Jum'at, 26 April 2024, 09:07 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement