Advertisement

Potensi Pengembangan Hunian Sistem TOD, Berikut Detailnya

Rheisnayu Cyntara
Jum'at, 28 Desember 2018 - 07:30 WIB
Mediani Dyah Natalia
Potensi Pengembangan Hunian Sistem TOD, Berikut Detailnya Ilustrasi perumahan. - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kondisi perekonomian Indonesia yang tak stabil karena berbagai aspek mempengaruhi sejumlah industri, termasuk properti. Hal ini juga diamini Ketua DPD REI DIY, Rama Adyaksa Pradipta. Berdasarkan data yang dimilikinya hingga Oktober lalu penjualan properti baru mencapai 60%-70% dari target tahun ini.

Menurut Rama ada beberapa penyebab yang memengaruhi rendahnya capaian ini. Dari sisi makro hal itu dikarenakan kondisi perekonomian Indonesia yang belum pulih. Meski beberapa waktu terakhir relatif membaik, tetapi belum mampu menggerakkan sektor properti. Sedangkan dari sisi mikro atau kondisi Jogja, produk properti Jogja relatif mahal sehingga saat kondisi ekonomi sedang terpuruk masyarakat pun memilih untuk menunda dulu membeli rumah. Mahalnya properti di Jogja menurut Rama disebabkan harga tanah yang kian mahal. Pada 2019 mendatang, Rama menyebut kondisi bisnis properti masih belum stabil.

Advertisement

Di sisi lain, tahun depan pihaknya memprediksi lokasi strategis dalam kota, terutama yang berdekatan dengan simpul transportasi, akan menjadi tujuan utama pengembang untuk membangun perumahan. Pasalnya dengan makin padatnya Jogja, hunian yang letaknya strategis sangat diminati. Rama menyebut REI tengah berusaha mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan Transit Oriented Development (TOD). Sebuah konsep pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti busway, kereta api, dan juga dilengkapi jaringan pejalan kaki atau sepeda.

"Seperti TOD yang diterapkan di Jabodetabek. Hunian di simpul tersebut sangat laris dibeli. Saya rasa di Jogja kita bisa menggarap stasiun, semua harus bisa diarahkan dengan pendekatan tata ruang seperti ini," katanya kepada Harian Jogja, Senin (24/12).

Rama menyebut konsep TOD ini perlu diadaptasi untuk mengalihkan pengguna kendaraan pribadi menjadi pengguna angkutan umum. Hal ini menurutnya bisa mengatasi permasalahan Jogja yang kian macet. Namun demikian ia mengakui ini murni merupakan otoritas pemerintah daerah. Merekalah yang akan melakukan kalkulasi dengan parameter yang objektif bagaimana tata kota diatur, termasuk di dalamnya porsi untuk perumahan. "Kami terus berkomunikasi dengan pemerintah, sejauh ini tanggapannya sangat baik. Pemda open minded dengan usulan dari pengembang. Hanya saja belum ada regulasi yang dikeluarkan sebagai langkah kongkret," ujarnya.

Apartemen Bertumbuh

Sementara itu meski apartemen terus bertumbuh di Jogja, tetapi hunian ini belum dilirik untuk dijadikan hunian terutama oleh masyarakat lokal setempat. Apartemen lebih ditujukan sebagai instrumen investasi dibandingkan dijadikan tempat tinggal tetap. Rama menjelaskan ada beberapa alasan yang menyebabkan apartemen hingga kini belum dilirik untuk dijadikan hunian. Pertama alasan kultur, masyarakat Jogja belum siap untuk bertransformasi dari tinggal di landed house ke vertical house. Secara budaya, masyarakat Jogja masih memilih tinggal di rumah dengan halaman yang luas dan punya interaksi dengan tetangga di sekitarnya. Mereka masih terikat dengan spirit kebersamaan dalam bermasyarakat di tinggal RT, RW hingga Desa.

Kedua, jarak antara rumah dengan tempat kerja yang masih relatif terjangkau. Rama menyebut dengan kondisi saat ini, untuk mencapai lokasi kerja dari rumah tinggal masyarakat hanya butuh waktu sekitar satu jam, belum mencapai lebih dari dua jam karena jauh ataupun macet. Hal itu membuat masyarakat memikirkan ulang untuk tinggal di apartemen yang biasanya ada di pusat kota, kampus, atau perkantoran.

Namun demikian, Rama menyakini apartemen masih akan tetap tumbuh di Jogja. Meskipun pasarnya memang bukan menyasar masyarakat lokal. Jika diamati, apartemen yang makin banyak jumlahnya sekarang mayoritas didirikan di dekat kampus. Hal itu menurut Rama, karena pangsa pasar apartemen terbesar di Jogja merupakan para mahasiswa yang mempunyai kemampuan keuangan yang lebih untuk tinggal di apartemen. Apartemen di Jogja lebih ditujukan untuk mengambil pasar mahasiswa berada yang selama ini tinggal di rumah indekost.

"Makanya jika dilihat, komposisi unit yang dipasarkan oleh pengembang apartemen ini mayoritas didominasi tipe studio. Tipe studio ini kan sebenarnya sama halnya dengan kamar indekost meski memiliki fasilitas yang lebih baik dibandingkan kamar indekost biasa," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Perayaan Paskah 2024, Tim Jibom Polda DIY Melakukan Sterilisasi Sejumlah Gereja di Jogja

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 01:37 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement