Advertisement
Percaya Diri Hadapi Persaingan Hotel di Era Jaringan Startup
General Manager Ibis Yogyakarta Malioboro Nanang Sumardjono/ Harian Jogja - Salsabila Annisa Azmi.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Bertahun-tahun bekerja di dunia perhotelan Jakarta, sebulan yang lalu, Nanang Sumardjono diberi tantangan untuk mengembangkan Ibis Yogyakarta Malioboro. Sebagai General Manager, Nanang merasakan persaingan hotel yang ketat karena menjamurnya startup jaringan hotel di Jogja. Nanang percaya diri dengan sejumlah strategi rancangannya untuk membawa Ibis Yogyakarta Malioboro menyasar target pasar yang tepat.
 Persaingan hotel di Jakarta sangat berbeda dengan persaingan hotel di Jogja. Menurut Nanang, jaringan startup yang mengakibatkan brand mereka di hotel-hotel low budget membuat persaingan harga hotel di Jogja ketat dan cenderung tidak sehat. Meskipun begitu, Nanang menganggapnya sebagai sebuah keniscayaan akibat berkembangnya era teknologi.
Advertisement
Nanang pun mempersiapkan sejumlah strategi untuk menonjolkan keunikan Ibis Yogyakarta Malioboro di mata para tamunya. "Ibis terletak di ikon pariwisata Jogja yaitu Malioboro, jadi segmennya banyak dan market belum tahu pasti. Apalagi, crowd-nya tidak bisa diprediksi. Saya mengamati, kawula muda adalah market yang paling banyak ada di Malioboro," kata Nanang.
Nanang fokus mengembangkan brand awareness Ibis Yogyakarta Malioboro sebagai hotel yang dituju kawula muda saat butuh beristirahat melepas penat setelah bekerja, atau sekadar mengadakan pertemuan dengan santai. Nanang menggunakan Ibar sebagai tombak proyek brand awareness di mata kawula muda. "Resto ini konsepnya baru, saya ingin gencarkan brand awareness melalui Ibar. Maka saya gencarkan promo, misal buy one get one, happy hours. Juga tempat yang instagramable," kata Nanang.
BACA JUGA
Demi mengakali crowd wisatawan dan tamu yang tak terprediksi, Nanang mengatakan dirinya selalu disiplin dalam menetapkan base occupancy. Tujuannya supaya pertambahan jumlah volume tamu terukur dengan jelas dan stabil. Kedua, di tengah persaingan hotel yang makin ketat karena jaringan startup, Nanang berkomitmen untuk tidak menggunakan strategi banting harga.
"Saya berprinsip Ibis Yogyakarta Malioboro tidak bisa create demand by dropping price dalam bersaing di era teknologi ini. Nanti merusak brand. Saya selalu tekankan, ciptakan reason yang tepat untuk pengunjung datang ke Ibis, supaya stabil volume pengunjungnya," kata Nanang.
Mempertahankan harga asli dan meningkatkan brand awareness melalui Ibar, menurut Nanang, sudah menjadi strategi yang membuatnya percaya diri bahwa Ibis Yogyakarta Malioboro akan dilirik oleh target pasarnya. "Saya tidak ingin banting harga, selain volumenya tidak stabil, itu akan berpengaruh pada brand awareness yang sedang saya bangun," kata Nanang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penjualan Tiket Kereta Api Jarak Jauh Melonjak hingga Jutaan Kursi
- Pendapatan Box Office Disney 2025 Tembus Rp100 Triliun
- Harga Pangan Nasional di Hari Natal: Cabai hingga Telur
- Upah Minimum Naik, Industri Tekstil Waspadai PHK dan Otomatisasi
- Harga Emas Antam Naik Rp11.000, Kini Rp2.502.000 per Gram
Advertisement
Advertisement
Menikmati Senja Tenang di Pantai Kerandangan Senggigi Lombok Barat
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




