Advertisement
Gara-gara Resesi, UMR 2021 Diprediksi Tidak Naik
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Indonesia mengalami perlambatan ekonomi dampak adanya Pandemi Covid-19. Ketua Umum DPD HIPPI Provinsi DKI Jakarta Sarman Simanjorang memperkirakan tidak bakal ada kenaikan upah minimum regional (UMR) pada tahun 2021.
Perkiraan itu berdasarkan pada data pertumbuhan ekonomi tahun 2020 yang terkontraksi akibat pandemi Covid-19.
Advertisement
Sarman mengatakan pada kuartal I kinerja ekonomi nasional turun 2,79 persen, kuartal II terkontraksi minus 5,32 persen, sedangkan pada kuartal III tetap terkontraksi minus 2,9 sampai 1,1 persen.
Baca juga: Demo UU Cipta Kerja di Bundaran UGM, Ada 'Dukun' yang Ikut Bersuara
“Kuartal IV juga diprediksi minus dengan demikian pertumbuhan ekonomi tahun 2020 dipastikan minus. Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 terkontraksi minus 2 persen,” kata Sarman melalui keterangan tertulis pada Rabu (21/10/2020).
Di sisi lain, inflasi tahunan berdasarkan data Bank Indonesia (BI) sampai dengan bulan Oktober sebesar 1,41 persen.
“Di sisi lain kondisi dunia usaha saat ini juga sangat tidak memungkin UMP dinaikkan. Beban pengusaha sudah sangat berat, jika UMP dinaikkan akan sangat memukul pengusaha dan mendorong pengusaha semakin terpuruk,” ujarnya.
Baca juga: Bank BPD DIY Syariah Dukung Pengembangan Pondok Pesantren
Berdasarkan situasi itu, Sarman berharap serikat pekerja atau buruh dapat memahami kondisi krisis tersebut dan tidak menuntut kenaikan UMP yang berlebihan dalam kondisi ekonomi yang sudah masuk resesi.
“Tugas kita bersama menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif, pro aktif memberikan masukan dalam penyusunan aturan turunan dari UU Cipta Kerja, sehingga nantinya diharapkan investor akan mengalir deras, lapangan kerja akan tersedia, devisa kita akan naik, daya beli akan meningkat, pertumbuhan ekonomi 2021 akan mencapai target dikisaran 4,54 – 5,5 persen,” ujarnya.
Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim kondisi perekonomian pada kuartal ketiga tersebut masih lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain, termasuk negara di kawasan Asean dan negara G20.
Sri Mulyani menjelaskan, negara lain di dunia juga menghadapi situasi yang luar biasa. Perekonomian menurun sangat signifikan sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan penutupan sekolah, tempat kerja, hingga tempat hiburan.
"Negara-negara di dunia juga masih mengalami struggle untuk menghadapi Covid-19 dan mereka menggunakan instrumen fiskalnya secara luar biasa, kalau kita lihat dari sisi magnitude-nya, seluruh dunia terjadi pelebaran defisit fiskal yang luar biasa besar," katanya dalam acara Ceremony Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2020, Senin (19/10/2020).
Sri Mulyani mencontohkan, negara-negara di Eropa hampir seluruhnya mengalami kontraksi di atas 20 persen pada kuartal kedua. Kontraksi paling kecil dialami Italia yaitu pada level -17,9 persen, Jerman -11,7 persen. Sementara itu, Spanyol dan Inggris terkontraksi 21,1 persen dan 21,7 persen.
Pada kuartal ketiga, ekonomi Spanyol diproyeksikan masih akan terkontraksi di atas 12 persen, sedangkan Inggris diproyeksikan masih di atas 10 persen.
Di luar Eropa, India yang pada kuartal kedua mengalami kontraksi lebih dari 23 persen, diperkirakan pada kuartal ketiga akan minus 6,6 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
Advertisement
Pendaftaran Ditutup, Ini 8 Nama yang Mendaftar Lewat Golkar di Pilkada Bantul 2024
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kenaikan BI-Rate Bakal Berdampak Positif untuk Pasar Modal Lokal
- BI Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin Jadi 6,25%
- Pasca-Lebaran, Bisnis Properti di DIY Reborn
- Tren Perlintasan Penumpang di Bandara Soetta Naik 10 Persen di Lebaran 2024
- InJourney Dukung Japanese Domestic Market di Sirkuit Mandalika
- Transaksi Rupiah di Lintas Negara Naik 100 Persen
- Harga Bawang Merah Naik 100 Persen, Ini Penyebabnya
Advertisement
Advertisement