Advertisement
Laporan Grab: 78% Konsumen di Asia Tenggara Senang Pesan Makanan via Daring

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Grab merilis laporan Tinjauan Industri Pengiriman Makanan 2021 dalam kemitraan dengan Euromonitor International. Laporan tersebut menyebut 78 persen konsumen di kawasan Asia Tenggara menggunakan layanan pengantaran makanan.
Group Managing Director for Operations di Grab Russell Cohen mengatakan bahwa sekitar satu dari empat (26 persen) konsumen yang disurvei di wilayah regional tersebut adalah pengguna baru layanan pengantaran makanan online selama pandemi.
Advertisement
Menurutnya, motivasi utama konsumen untuk mencoba layanan ini adalah menghindari kegiatan makan di luar dan meminimalisir kontak dengan orang lain. Selain itu mereka juga memesan makanan bagi keluarga dan teman, serta menikmati promosi eksklusif yang hanya tersedia di platform pengantaran online.
"Pada periode Oktober 2020 hingga Maret 2021, 78 persen konsumen di kawasan Asia Tenggara dikatakan menggunakan layanan pengantaran makanan setidaknya seminggu sekali atau lebih. Selain itu, hampir 9 dari 10 konsumen [87 persen] juga mengharapkan angka penggunaan yang tetap stabil bahkan meningkat ke depannya meskipun aturan pembatasan Covid-19 sudah dilonggarkan," ujarnya dalam siaran pers, Senin (13/9/2021).
Cohen menyebut selain kondisi pandemi Covid-19 yang mempercepat adopsi pengantaran makanan di Asia Tenggara, apresiasi positif dari layanan pengantaran makanan juga akan membawa kontribusi pada pertumbuhan layanan yang berkelanjutan.
"Kemudahan layanan pengantaran makanan kiranya menjadi alasan nomor satu bagi keberlanjutan dan meningkatnya penggunaan layanan di masa pasca pandemi," tambahnya.
Dia memperkirakan jumlah pengeluaran pengantaran makanan online Asia Tenggara akan terus bertumbuh khususnya di pasar negara berkembang seperti Myanmar, Vietnam, dan Filipina, dengan total nilai Gross Merchandise Value (GMV) pengantaran makanan online di kawasan tersebut diperkirakan menjadi lebih dari tiga kali lipat lebih tinggi dari US$9 miliar pada 2020 menjadi US$28 miliar pada 2025.
Menanggapi tren ini, Cohen menilai dengan peningkatan infrastruktur dan konektivitas, gelombang pertumbuhan berikutnya akan datang dari kota-kota kecil. Pihaknya juga akan terus berinvestasi dalam teknologi untuk menurunkan keseluruhan biaya pengantaran dan biaya yang dikeluarkan untuk melayani konsumen, agar layanan pengantaran on-demand menjadi lebih terjangkau dan dapat diakses lebih banyak orang.
“Pandemi telah mempercepat pergeseran perilaku konsumen untuk membeli makanan dan bahan makanan secara online. Namun, penetrasi pengantaran bahan makanan online sangat rendah di kawasan ini, hanya di atas 1 persen di sini dibandingkan dengan 8 persen di China dan 9 persen di AS," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ini Upaya OJK DIY Tekan Gap Literasi dan Inklusi Keuangan yang Masih Lebar
- Setoran Dividen BUMN untuk APBN Dialihkan ke Danantara, Kementerian Keuangan Putar Otak
- Nilai Investasi Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia Tembus Rp15,1 Triliun
- Asosiasi E-Commerce Diajak untuk Mencegah Perdagangan Ilegal Satwa Liar
- Serapan Tenaga Kerja DIY Capai 34.950 Orang dalam Setahun
Advertisement

Tanah Tutupan di Bantul Sudah Bersertifikat, Warga Tuntut Ganti Rugi JJLS
Advertisement

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
Advertisement
Berita Populer
- Tenaga Kerja 1,6 Juta Orang Diprediksi Bisa Terserap ke Koperasi Merah Putih
- Distribusi LPG 3 Kg Bakal Diawasi Badan Khusus
- Wakil Menteri Koperasi Tuding IMF Jadi Penyebab Tumbangnya Koperasi Unit Desa
- Pertumbuhan Kredit dan Tabungan di Bank Syariah Melambat
- Harga Bahan Pangan Hari Ini Minggu 11 Mei 2025, Bawang Merah Rp39 Ribu hingga Cabai Rpp51 Ribu
Advertisement