Advertisement

Promo November

Wastraloka, Upaya Kreatif Mencari Laba dari Wastra

Lajeng Padmaratri
Senin, 25 Juli 2022 - 06:27 WIB
Arief Junianto
Wastraloka, Upaya Kreatif Mencari Laba dari Wastra Eni Anjayani, owner Wastraloka. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA -- Berasal dari keluarga yang berjualan kain batik membuat Eni Anjayani turut menjadi penggemar batik. Luar biasanya, dia tak berbisnis kain batik seperti keluarganya, tetapi justru memanfaatkan batik untuk menghasilkan produk dekorasi rumah yang unik dan cantik.

Sejak 2014, Eni merintis bisnis kerajinan berupa suvenir dan dekorasi rumah berbahan kaleng yang ia lukis dengan motif batik. Usaha kerajinan bernama Wastraloka itu ia geluti karena kecintaannya terhadap batik.

Advertisement

Sejak remaja, perempuan asal Jogja ini sudah banyak membantu ibunya berjualan batik di salah satu kios di Pasar Beringharjo. Setiap menemukan motif batik yang langka dan ia anggap antik, ia selalu meminta ibunya untuk menyimpan karena terlalu sayang jika dijual.

"Tetapi lama-lama kalau nyimpen batik juga mengganggu jalannya bisnis. Kemudian saya ada ide bagaimana mendokumentasikan motif batik itu di media yang lain. Jadi ketika saya menemukan motif yang antik, saya bisa mengabadikannya ke media yang lain," ujar Eni menceritakan awal mula ia merintis Wastraloka kepada Harianjogja.com, belum lama ini.

BACA JUGA: Gelorakan Hidup Sehat sembari Kenalkan Produk, Salad Cuscis Gelar Senam Massal

Sebagai orang yang gemar dengan kegiatan melukis, perempuan berusia 42 tahun ini pun mencoba menorehkan kuasnya membentuk motif batik itu ke media yang lain. 

Mulanya, ia memilih media kaleng kerupuk. Sebab, ia merasa batik dan kaleng kerupuk sama-sama memiliki kesan kuno dan autentik.

Kali pertama, Eni melukiskan motif kawung dan batik tiga negeri ke media kaleng kerupuk itu. Selain kalengnya yang masih bisa digunakan untuk wadah, karyanya itu juga bisa mendukung dekorasi rumah.

Begitu sudah memiliki beberapa produk, Eni unggah foto produk itu ke Facebook. Kala itu, dia sudah mengembangkan toko daring bernama Wastraloka untuk menjualkan kain batik ibunya. Rupanya, respons pengikut toko daring itu cukup bagus dan karya kaleng kerupuk motif batik itu langsung terjual habis. Ia pun semangat untuk produksi lagi.

"Dengan modal awal sekitar Rp5 juta, saya mulai melukis di beberapa media dekorasi rumah. Waktu itu saya masih kerja kantoran, jadi enggak ngoyo. Begitu pesanan mulai banyak, saya menambah modal dan melibatkan perajin. Pada 2017 saya putuskan untuk sepenuhnya menggeluti usaha kerajinan ini dan berhenti dari pekerjaan sebelumnya," ujar dia.

Langkah Eni untuk fokus di Wastraloka rupanya berbuah manis. Kaleng kerupuk motif batiknya semakin dikenal publik, bahkan menembus pasar luar negeri.

Aneka produk Wastraloka./Istimewa

Barang Upcycle

Kini, Eni dibantu belasan perajin dan tenaga paruh waktu yang tersebar di Jogja, Sleman, Klaten, dan Magelang. Dia menggandeng anak-anak muda yang berbakat di bidang seni lukis.

Kini, produk Wastraloka tak hanya kaleng kerupuk. Ada juga teko set, tumbler, vas bunga, pot, hingga teko lampu yang kesemuanya dilukis langsung dengan tangan.

Menariknya, sebagian bahan yang digunakan Eni untuk membuat kerajinan itu merupakan kaleng sisa pabrik kulkas, seperti galvalum untuk bodi kulkas. 

Dia memastikan lembaran galvalum bekas itu jadi bahan sisa bukan karena karatan dan rusak, melainkan tidak lolos kualitas kontrol pabrik.

"Ada yang sepenuhnya upcycle pakai bekas kulkas, seperti kaleng kerupuk, pot, dan vas bunga. Selain itu ada yang sebagian, misalnya di teko set, tekonya baru dari pabrik, kemudian piring tatakannya dari bahan sisa pabrik kulkas yang kita bentuk sendiri," terang Eni.

Eni membanderol produk kerajinannya dari harga Rp300.000 hingga Rp1 jutaan. Setiap bulannya, kini Wastraloka bisa memproduksi 500 buah.

"Tergantung ada project atau tidak, karena kami pasarnya enggak cuma B2C [melayani pembeli individual], tetapi juga B2B [melayani pembeli massal]. Seperti project suvenir pesanan merchandise G20, dekorasi hotel dan restoran," ujarnya.

Seperti namanya, Eni berharap Wastraloka bisa menjadi surga bagi motif-motif wastra di Indonesia. "Meskipun bukan dalam bentuk kain, justru kami menawarkan gaya baru menikmati batik. Di Wastralooka, kami merekam batik lewat dekorasi," tutur Eni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Prameks Stasiun Tugu Jogja-Kutoarjo, Sabtu 23 November 2024

Jogja
| Sabtu, 23 November 2024, 03:37 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement