Advertisement
Wastraloka, Upaya Kreatif Mencari Laba dari Wastra

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA -- Berasal dari keluarga yang berjualan kain batik membuat Eni Anjayani turut menjadi penggemar batik. Luar biasanya, dia tak berbisnis kain batik seperti keluarganya, tetapi justru memanfaatkan batik untuk menghasilkan produk dekorasi rumah yang unik dan cantik.
Sejak 2014, Eni merintis bisnis kerajinan berupa suvenir dan dekorasi rumah berbahan kaleng yang ia lukis dengan motif batik. Usaha kerajinan bernama Wastraloka itu ia geluti karena kecintaannya terhadap batik.
Advertisement
Sejak remaja, perempuan asal Jogja ini sudah banyak membantu ibunya berjualan batik di salah satu kios di Pasar Beringharjo. Setiap menemukan motif batik yang langka dan ia anggap antik, ia selalu meminta ibunya untuk menyimpan karena terlalu sayang jika dijual.
"Tetapi lama-lama kalau nyimpen batik juga mengganggu jalannya bisnis. Kemudian saya ada ide bagaimana mendokumentasikan motif batik itu di media yang lain. Jadi ketika saya menemukan motif yang antik, saya bisa mengabadikannya ke media yang lain," ujar Eni menceritakan awal mula ia merintis Wastraloka kepada Harianjogja.com, belum lama ini.
BACA JUGA: Gelorakan Hidup Sehat sembari Kenalkan Produk, Salad Cuscis Gelar Senam Massal
Sebagai orang yang gemar dengan kegiatan melukis, perempuan berusia 42 tahun ini pun mencoba menorehkan kuasnya membentuk motif batik itu ke media yang lain.
Mulanya, ia memilih media kaleng kerupuk. Sebab, ia merasa batik dan kaleng kerupuk sama-sama memiliki kesan kuno dan autentik.
Kali pertama, Eni melukiskan motif kawung dan batik tiga negeri ke media kaleng kerupuk itu. Selain kalengnya yang masih bisa digunakan untuk wadah, karyanya itu juga bisa mendukung dekorasi rumah.
Begitu sudah memiliki beberapa produk, Eni unggah foto produk itu ke Facebook. Kala itu, dia sudah mengembangkan toko daring bernama Wastraloka untuk menjualkan kain batik ibunya. Rupanya, respons pengikut toko daring itu cukup bagus dan karya kaleng kerupuk motif batik itu langsung terjual habis. Ia pun semangat untuk produksi lagi.
"Dengan modal awal sekitar Rp5 juta, saya mulai melukis di beberapa media dekorasi rumah. Waktu itu saya masih kerja kantoran, jadi enggak ngoyo. Begitu pesanan mulai banyak, saya menambah modal dan melibatkan perajin. Pada 2017 saya putuskan untuk sepenuhnya menggeluti usaha kerajinan ini dan berhenti dari pekerjaan sebelumnya," ujar dia.
Langkah Eni untuk fokus di Wastraloka rupanya berbuah manis. Kaleng kerupuk motif batiknya semakin dikenal publik, bahkan menembus pasar luar negeri.
Barang Upcycle
Kini, Eni dibantu belasan perajin dan tenaga paruh waktu yang tersebar di Jogja, Sleman, Klaten, dan Magelang. Dia menggandeng anak-anak muda yang berbakat di bidang seni lukis.
Kini, produk Wastraloka tak hanya kaleng kerupuk. Ada juga teko set, tumbler, vas bunga, pot, hingga teko lampu yang kesemuanya dilukis langsung dengan tangan.
Menariknya, sebagian bahan yang digunakan Eni untuk membuat kerajinan itu merupakan kaleng sisa pabrik kulkas, seperti galvalum untuk bodi kulkas.
Dia memastikan lembaran galvalum bekas itu jadi bahan sisa bukan karena karatan dan rusak, melainkan tidak lolos kualitas kontrol pabrik.
"Ada yang sepenuhnya upcycle pakai bekas kulkas, seperti kaleng kerupuk, pot, dan vas bunga. Selain itu ada yang sebagian, misalnya di teko set, tekonya baru dari pabrik, kemudian piring tatakannya dari bahan sisa pabrik kulkas yang kita bentuk sendiri," terang Eni.
Eni membanderol produk kerajinannya dari harga Rp300.000 hingga Rp1 jutaan. Setiap bulannya, kini Wastraloka bisa memproduksi 500 buah.
"Tergantung ada project atau tidak, karena kami pasarnya enggak cuma B2C [melayani pembeli individual], tetapi juga B2B [melayani pembeli massal]. Seperti project suvenir pesanan merchandise G20, dekorasi hotel dan restoran," ujarnya.
Seperti namanya, Eni berharap Wastraloka bisa menjadi surga bagi motif-motif wastra di Indonesia. "Meskipun bukan dalam bentuk kain, justru kami menawarkan gaya baru menikmati batik. Di Wastralooka, kami merekam batik lewat dekorasi," tutur Eni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Tak Bisa Bantu Padamkan Kebakaran di Purwantoro, Damkar Wonogiri Minta Maaf
- Jalan-jalan di Kampus Kopi Banyuanyar Boyolali, Cek Yuk Paket Wisata & Tarifnya
- Ibu dan Anak di Kediri Meninggal di Dalam Rumah, Penyebabnya Diduga Kelaparan
- Kemenperin Sebut Produk Ramah Lingkungan Jadi Masa Depan Industri Tekstil
Berita Pilihan
- Kapan Harga Beras Bakal Turun? Ini Kata Bulog DIY
- Suku Bunga Tinggi, Bank Kecil Sasar Dana Murah
- QRIS Diminati Pedagang Milenial Pasar Tiban, BPD DIY: Langsung Bisa Dicairkan
- Harga Pangan Hari Ini 15 September, Beras dan Minyak Goreng Naik, Cabai dan Telur Kompak Turun
- Bea Cukai Yogyakarta Pantau Harga Transaksi Pasar Hasil Tembakau di 4 Kabupaten/Kota
Advertisement
Advertisement

Event Oktober di Jogja: Lari Marathon 42 Kilometer, Rute Sumbu Filosofi hingga Destinasi di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Gojek Sukses Ciptakan Rasa Aman dalam Ekosistem
- Kekurangan Lahan Pertanian DIY Mengintai pada 2040-2050
- Kapan Harga Beras Bakal Turun? Ini Kata Bulog DIY
- Parah! Tidak Pernah Pinjam, Bos Pendanaan Digital Modalku Pernah Ditagih Pinjol Ilegal
- Tak Perlu Panic Buying, Stok Beras tetap Tersedia
- Pedagang Minta TikTok Shop Ditutup, Menteri Teten Pilih Angkat Tangan
- OJK Panggil AdaKami Buntut Viral Nasabah Pinjol Bunuh Diri, Begini Hasilnya...
Advertisement
Advertisement