Apindo: Tenaga Kerja Indonesia Masih Didominasi Low Skill

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA — Tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh pekerja berkeahlian rendah atau low skill. Rendahnya kualitas pekerja ini salah satunya disebabkan keterbatasan angkatan kerja memperoleh pelatihan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi B. Sukamdani mengatakan berdasarkan data Bappenas 2018, diketahui pekerja di sektor pertanian dan industri sebagian besar berkeahlian rendah.
Advertisement
BACA JUGA: TelkomClick 2023: Kesiapan Kerja Karyawan dalam Sukseskan Strategi Five Bold Moves di Tahun 2023
Dari total pekerja sebanyak 121,02 juta sekitar 99,41% pekerja di sektor pertanian adalah berkeahlian rendah, 0,47% berkeahlian menengah, dan hanya 0,13% berkeahlian tinggi.
Kondisi tersebut tidak jauh berbeda di sektor manufaktur, di mana sebanyak 90,45% berkeahlian rendah, 6,52% berkeahlian menengah, dan 3,03% berkeahlian tinggi.
Lalu untuk sektor jasa dan lainnya cenderung membutuhkan keahlian menengah dan tinggi dengan potret sebanyak 14,36% berkeahlian tinggi, 52,74% berkeahlian menengah, dan 32,90% berkeahlian rendah.
“Dalam empat tahun terakhir, proporsi pekerja formal berkisar pada 42% atau sekitar 53,09 juta pada 2018. Pekerja formal sektor industri cenderung berkeahlian rendah. Rendahnya kualitas pekerja ini salah satunya disebabkan keterbatasan angkatan kerja memperoleh pelatihan,” kata dia saat menjadi narasumber Sosialisasi Pemagangan dan Kuliah Umum bersama Apindo dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di Ruang Multimedia UGM dan platform Zoom, Selasa (4/10/2022).
BACA JUGA: Platform Start Up Hobikoe Mampu Bertahan di Masa Sulit, Ini Trik Andalannya
Dia menyampaikan selama 2018-2021, tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh pekerja dengan tingkat pendidikan maksimal jenjang SD. Dominasi rendahnya pendidikan para pekerja menandakan kualitas pekerja di Indonesia masih sangat rendah.
Untuk itu, lanjut Sukamdani, upaya peningkatan keterampilan menjadi penting untuk dilakukan. Salah satunya dengan membangun lingkungan pengembangan keterampilan yang baik.
Beberapa di antaranya seperti pengembangan SKKNI sektor prioritas, pemagangan, pelatihan kejuruan, dan revitalisasi BLK.
Selain itu, skema kebijakan ketenagakerjaan komperehensif untuk pengembangan keterampilan. Tak kalah penting adalah kerja sama industri dengan sekolah kejuruan dan perguruan tinggi. Sementara itu, Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono menyampaikan industri kelapa sawit berperan strategis terutama sebagai sumber devisa, penyerapan tenaga kerja dan pengembangan wilayah sehingga perlu terus dijaga kesinambungannya.
Lahan perkebunan sawit yang luas dan tersebarnya industri sawit menjadi salah satu tempat belajar bagi mahasiwa maupun lulusan perguruan tinggi untuk untuk lebih memahami kinerja objektif industri sawit di lapangan.
Dengan peran penting industri sawit dan luasnya penggunaan produk sawit untuk berbagai keperluan, maka kebutuhan tenaga kerja di sektor ini sangat tinggi.
"UGM sebagai salah satu perguruan tinggi tertua dan terbesar di Indonesia memberikan perhatian lebih kepada industri sawit, dalam bentuk pengkajian, penelitian maupun riset-riset karya tulis yang dilakukan oleh mahasiswa maupun staf pengajar," katanya.
BACA JUGA: Finnet Dukung Digitalisasi Sistem Pembayaran Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Hestia Connecting Hotel Beri Promo Spesial Staycation With Hestia di Bulan Ramadhan
- Ramadan, Hyatt Regency Yogyakarta Hadirkan Ngabuburit dan Bazaar UMKM di Alam Terbuka
- UU Cipta Kerja Disahkan, Begini Cara Hitung Pesangon sesuai Masa Kerja
- Berhenti Jual Dawet dan Bakso Keliling, Wahyudin Sukses Berjualan Martabak dan Jadi Mitra UMKM Indomaret
- UMKM Expo, Kemenkeu Hadir untuk UMKM di DIY
Advertisement
Advertisement

Deretan Warung Sate di Seputaran Imogiri, Serbu Saat Buka Puasa!
Advertisement
Berita Populer
Advertisement