Advertisement

Keewa, Sepatu Karya Jogja Langganan Menteri, Pejabat, sampai Selebritis

Sirojul Khafid
Senin, 26 Desember 2022 - 04:27 WIB
Arief Junianto
Keewa, Sepatu Karya Jogja Langganan Menteri, Pejabat, sampai Selebritis Dani Ika Suryandari menata sepatu di tokonya. - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA — Kapan kegiatan mencari uang bisa bernama bekerja atau berkarya? Apresiasi untuk hasil kerja mungkin bisa mengubahnya menjadi karya, bukan sekadar produk siap jual belaka. Inilah yang dipegang teguh oleh Keewa.

Dani Ika Suryandari terlihat sebagai orang yang senang bercerita. Senyum di wajahnya sudah terlatih untuk sering menghiasi saat berbicara.

Advertisement

Meski kalimatnya terucap dengan cepat, tetapi kata demi kata jelas terdengar di telinga. Kebiasaan bercerita ini juga Dani munculkan saat bertemu dengan pengrajin sepatu yang bekerja untuk usahanya, Keewa Shoes.

Dia bercerita apabila sepatu buatan perajin dipakai oleh orang-orang terkenal, seperti menteri, pejabat tinggi daerah, sampai selebritis.

Konsumen Keewa termasuk Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno; Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah; Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki; sampai istri Sultan HB X, GKR Hemas.

Penyampaian informasi ini Dani anggap penting. Perajin yang tahu apabila karyanya dipakai oleh orang-orang tersebut bisa menimbulkan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri.

Cerita ini kemudian diteruskan oleh perajin teruskan ke keluarga. Pekerjaan yang membanggakan bisa membuat hidup terasa lebih bermakna.

BACA JUGA: Keren! Kereta Panoramic Diperkenalkan KAI, Ini Harga Tiket dan Jadwal Keberangkatannya

Sejak 2015 merintis usaha, Dani dan tim memang bertekad menyejahterakan dan meregenerasi pengrajin sepatu.

“Masyarakat pakai sepatu cuma dari brand itu-itu saja. Kami tahu brand itu bikinnya di mana, tahu harga produksi dan jualnya. Tetapi [upah] yang dikasih ke perajin tidak pantas [dibanding harga sepatunya], ada keresahan itu,” kata Dani saat ditemui di Rumah Keewa, Sempu, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Minggu (11/12/2022).

Penghasilan perajin sepatu acap memang tidak layak berdampak pada kesejahteraannya. Belum lagi anak-anak perajin sepatu yang juga enggan meneruskan keahlian tersebut.

Bermodalkan pengalaman 25 tahun sebagai pencinta sepatu dan mengetahui seluk-beluknya, Dani bergerilya mencari para perajin sepatu. Perajin yang kebanyakan sudah berumur di atas 40 tahun ini kemudian ia ajak bekerja sama.

Setahun merancang bisnis dari berbagai sisi, Keewa Shoes menjual sepatunya secara daring pada 2016. Kenyamanan sepatu menjadi prioritas dalam proses produksi. Bahan baku berkualitas menjadi unsur utamanya.

Setelah itu, meski Keewa Shoes memproduksi sepatu kulit, tetapi warna-warna yang ditawarkan bervariasi dan cenderung kekinian.

Prioritas itu memang membuat harga produk Keewa cenderung tinggi, antara Rp750.000 sampai Rp2,2 juta. Namun, sambutan pasar ternyata cukup bagus, bahkan sejak awal masa penjualan. “Kami juga berikan garansi untuk lem dan jahitannya, selama masa pemakaian, tidak ada batasan waktu. Ini bentuk tanggung jawab kami atas kualitas,” kata perempuan berusia 43 ini.

“Dalam perkembangannya, justru banyak yang kemudian repair, ganti warna atau reparasi bagian dalam sepatu,” ucap dia.

BACA JUGA: Kredit Macet Pinjol Meroket, Milenial Mendominasi

Setahun berikutnya, Dani membuka toko luring lantaran banyak konsumen yang ingin berkunjung. Awalnya hanya selebar ruang tamu. Beberapa waktu kemudian store ia buat lebih luas di area belakang rumah.

Sudah banyak tamu datang dengan berbagai kebiasaannya. Para menteri dan pejabat biasanya datang bersama rombongan. Berbeda lagi dengan GKR Hemas. Dia lebih senang berkunjung malam hari, setelah toko tutup.

Pernah juga ada konsumen perempuan yang berkunjung dan menangis. Bukan, dia tidak sedang patah hati. Namun, perempuan itu senang bisa menemukan sepatu yang pas sesuai ukuran kakinya, tetapi memiliki warna dan model perempuan.

Dia tak memungkiri, mencari sepatu model perempuan dengan ukuran 41 ke atas tergolong susah.

“Dia bilang seumur hidup baru ini punya sepatu perempuan. Jadi perempuan yang kakinya besar, beli sepatunya model cowok yang warnanya itu-itu aja kaya hitam, coklat, dongker. Sekarang dia bisa pakai pink, kuning, dan sebagainya, berasa menjadi perempuan katanya,” katanya.

Owner Keewa, Dani Ika Suryandari menunjukkan sepatu produksinya./Harian Jogja-Sirojul Khafid

Keewa memang menerima pembuatan sepatu sesuai permintaan untuk warna dan aksesorisnya. Namun permintaan harus sesuai dengan model yang tersedia. Selain menyediakan model sepatu kulit untuk acara resmi, adapula model sneakers, ecoprint, dan lainnya.

Model Produksi

Pembuatan pesanan sesuai permintaan konsumen serta masih mempertahankan model produksi handmade membuat kuantitas produksi tidak banyak.

Saat ini, sehari hanya mampu membuat 6-8 pasang sepatu. Sementara penjualannya cukup tinggi, bisa mencapai 180-200 pasang per bulan. Sehingga tidak heran apabila ada yang ingin kustom, perlu waktu 5-6 minggu sampai barang selesai.

Sejauh ini, konsumen Keewa kebanyakan berumur 30 tahun ke atas. Konsumen jenis ini diduga lantaran harga sepatu yang cukup tinggi, sehingga konsumen kebanyakan sudah bekerja. Meski harganya cukup tinggi, tetap banyak yang mengapresiasi.

“Untuk orang yang sangat menghargai sepatu Keewa, seperti ada prestise kalau pakai Keewa, tapi secara ekonomi belum bisa langsung mengeluarkan uang seharga sepatunya, bisa pesen dulu ke kami, ntar bisa nabung selama tiga bulan,” kata Dani.

Sistem menabung ini agar konsumen bisa menyicil pembelian. Tidak ada perbedaan harga untuk pembelian langsung atau menyicil membuat peminat sistem nabung ini cukup banyak. Apabila sudah dipesan, maka sepatu akan disimpan sampai pembayaran dari konsumen lunas.

Di samping menghargai perajin sepatu, Keewa juga berusaha menghargai konsumen yang ingin bisa memakai sepatu karya Keewa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Pengajuan Bantuan RTLH ke Pemkab Kulonprogo Belum Direspons, Begini Tanggapan DPUPKP

Kulonprogo
| Sabtu, 12 Oktober 2024, 08:57 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Wisata Kesehatan yang Tak Tertandingi di Turki

Wisata
| Sabtu, 12 Oktober 2024, 00:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement